Duduk berdekatan seolah sejoli jatuh cinta, ayah dan anak itu tertawa lebar-lebar. Senyum keduanya terus merekah. Sang ayah yang selama di RS Tentara Psp minggu lalu, wajahnya tampak gelap dan berbeban berat, kini tampak lepas. Sang anak yang sebelumnya rewel, kini bahkan cekikikan. Semua perubahan itu terjadi berkat mata sang anak yang kembali bisa melihat.
–————————————
Dame Ambarita, Medan
————————————-
Tiga belas jam naik mobil dari Desa Sosa Panyabungan, Madina, ke Rumkit Putri Hijau Medan, ditempuh M Soleh Harahap (32) dan istri, berikut anaknya Ahmad Rohan Harahap (7), dengan penuh harapan.
Selama di perjalanan, menurut Sholeh, anaknya sama sekali tidak rewel.
“Kami berangkat tanggal 13 Desember naik mobil travel. Setiap ada yang kenalan yang bertanya mau ke mana… anak saya selalu menjawab: saya mau operasi biar bisa sekolah,” cetus ayahnya sembari tertawa.
Tanggal 8-9 Desember sebelumnya, Rohan seharusnya dioperasi katarak gratis dalam bakti sosial yang digelar Tambang Emas Martabe bekerja sama dengan A New Vision dan Kodam I Bukit Barisan, di RS Tentara Padangsidimpuan. Tetapi saat mau disuntik bius lokal di matanya, Rohan menjerit dan mewek berjam-jam. Relawan ditambah ayah dan ibunya gagal membujuknya operasi (baca: Ayah Ini Belikan Sepeda dan Janji Ajak sang Anak Tamasya ke Mal Demi…). Padahal sebelumnya Rohan paling semangat mau operasi, biar bisa sekolah.
Empat jam berikutnya, usai makan siang plus dibelikan mobil-mobilan ekstra besar, Rohan akhirnya mau dibius lokal. Namun saat masuk ruang operasi, ia kembali menjerit-jerit.
Alhasil operasi ditunda. Rohan kemudian ditawarkan operasi katarak khusus anak tanggal 14 Desember 2016 di RS Tentara Putri Hijau Medan, dengan bius total. Biaya ditanggung Tambang Emas Martabe.
Operasi sukses dilakukan. Ada tiga anak penderita katarak yang dioperasi di hari yang sama tanggal 14 Desember itu.
Kata ibunya, semalaman di ruang pemulihan pascaoperasi, Rohan sangat rewel minta dop penutup operasi di matanya dibuka.
“Buka Mak… sakittt..!” rengeknya.
Namun esoknya tanggal 15, Rohan tampak tertawa lebar setelah ia bisa melihat lagi.
“Udah bisa lihat warna?”
“Udah kak!”
“Warna baju kakak apa, hayo?” tanya seorang relawan.
“Rara (merah)…!” jawab Rohan mantap
Hmmm..
“Coba lihat.. kakak cantik tidak?” sambung si relawan lagi.
“Cantikkk…!” dan Rohan pun cekikikan malu-malu.
M. Soleh mengatakan lega sekali katarak di kedua mata anaknya dapat diangkat. “Setelah dua tahun menanti dan mengupayakan pengobatan macam-macam demi mengembalikan penglihatan Rohan, saya bersyukur sekali sekarang kedua mata Rohan bisa melihat kembali,” kata M. Soleh.
Ahmad Rohan mulai mengalami kebutaan pada kedua matanya sejak usia 5 tahun. Dia tidak tahan melihat sinar matahari atau lampu yang terlalu terang. Di usianya yang sudah 7 tahun, dia belum SD bahkan Taman Kanak-kanak pun belum. Semua karena katarak.
Setelah operasinya berhasil, Rohan semangat sekali mau segera sekolah.
“Oo Ayah… udah bisa melihatlah aku. Bulan enam nanti, sekolahlah aku ya Yah,” pintanya semangat.
Ayah dan ibunya mengiyakan dengan cepat. “Begitu kembali ke rumah kami di Panyabungan, kami akan segera mencari informasi pendaftaran sekolah untuk Rohan,” kata Sholeh.
Tapi sebelum pulang, ada permintaan khusus Rohan sebagai perayaan matanya kembali bisa melihat. “Singgahlah kita ke Danau Toba ya Yah… biar kulihat,” pintanya.