MEDAN, SUMUTPOS.CO – Usai Badan Narkotika Nasional (BNN) Pusat menangkapi jaringan peredaran narkoba internasional Malaysia-Aceh-Medan, giliran polisi unjuk gigi. Kali ini, tim khusus (Timsus) Narcotic International Center (NIC) Direktorat Narkoba Bareskrim Polri menggagalkan penyelundupan 41 kilogram sabu dan 70 ribu pil ekstasi asal Malaysia yang hendak masuk ke Sumut. Dalam aksinya, lagi-lagi bandar narkoba tewas diterjang peluru.
Tim kepolisian dan BNN kian sering mengobral peluru untuk menangkap bandar narkotika di Sumut. Sepanjang 2017, ada empat orang tewas diterjang timah panas di Kota Medan dan Deliserdang. Dari keempat orang yang tewas itu, polisi menembak satu orang, sedangkan BNN menembak mati tiga orang. Dari empat kali aksi penangkapan sepanjang 2017, Polisi dan BNN Pusat berhasil mengamankan sekitar 100 Kg sabu-sabu, dan menyita puluhan ribu pil ekstasi.
Dalam pengungkapan kasus tersebut, hasil yang didapatkan kian fantastis. Namun, dalam aksinya ada kesan Polisi dan BNN saling gagah-gagahan dalam memburu bandar narkoba di Sumut. Alhasil, peluru semakin diobral untuk mematikan para bandar narkoba.
Melihat kondisi aparat yang kian mengumbar peluru di Medan, Kriminolog asal Sumut, Redianto Sidi mengatakan, secara aturan tidak diharamkan kedua lembaga ini untuk beraksi mengungkap dan memberantas sindikat pengedar barang haram ini, keduanya diberi wewenang yang sama dalam mengungkap jaringan narkoba.
“Pada prinsipnya Polisi dan BNN dua lembaga memiliki kewenangan yang untuk memberantas narkoba dan secara prinsip tidak ada persoalan,” katanya.
Dia melihat sepertinya saat ini Polisi dan BNN tidak lagi ada sinergi, bahkan seakan tumpang tindih atau dalam tanda kutip berebut lahan. “Ini sangat disayangkan,” kata Redianto Sidi, kepada Sumut Pos, Senin (6/3).
Dia menyatakan, selayaknya dalam setiap pengungkapan sindikat narkoba jaringan internasional di Sumut, alangkah baiknya bila dua lembaga ini bersinergi. “Saya pikir dengan bekerja sama semua bandar narkoba jadi takut, tapi dengan begini saya pikir bandar malah ketawa karena sepertinya dua lembaga ini sedang berebut lahan,” sebutnya.
Menurut Redianto, aksi tembak mati bandar narkoba sangat disayangkan. Tentunya, bandar narkoba yang masih hidup akan memudahkan pengungkapan sindikat bisnis narkoba yang lebih besar lagi.
“Kita sangat menyayangkan dan kecewa dengan ditembak matinya salahsatu pelaku, karena sebenarnya mengungkap peristiwa itu dari sana untuk dikembangkan,” katanya.