Di Balik Seringnya Pipa Pertamina Bocor
Pencurian BBM Pertamina dengan cara mengebor pipa distribusi di beberapa kawasan di Belawan selalu berulang. Dalam sebulan bisa dua kali peristiwa itu terjadi. Dan, sejak bertahun-tahun lalu tak pernah terungkap jaringan pelakunya. Mengapa bisa begitu?
Beberapa waktu lalu wartawan koran ini menelusuri persoalan itu. Tak susah masuk dalam jaringan pelakunya. Kemudian, diketahui bagaimana pencuri minyak itu bisa beroperasi dengan mudah. Padahal lokasi pengeboran pipa dan modus operandinya dengan mudah diketahui. Tapi mengapa petugas tak bisa mengungkapnya?
Awalnya sejumlah warga yang sedang berkumpul di rumah sederhana di pinggiran paluh di kawasan Kelurahan Belawan II sedikit curiga dengan kehadiran wartawan koran ini. Apalagi setelah seorang teman yang menjadi ‘pemandu’ mengungkapkan maksud kedatangan wartawan koran ini terkait maraknya pencurian BBM milik Pertamina. Namun setelah dilakukan pendekatan, sejumlah warga yang ternyata pelaku pencurian itu bersedia diwawancarai. Tentu saja dengan syarat tak menyebut tempat tinggal dan identitas mereka dengan jelas.
“Kami hanya cari makan. Dapatnya pun tak seberapa. Kalau ada pekerjaan lain, siapa yang mau jadi pencuri,” ujar Amat (nama disamarkan, Red), menjawab pertanyaan wartawan koran ini. “Kami paling dapat Rp300 ribu, itu dari bos, minyaknya bos yang jual,” ujarnya lagi.
Dari cerita Amat dan kawan-kawan, meski mereka pelaku lapangan, mereka menyangkal sebagai pelaku utama. Mereka hanya pekerja yang mendapat perintah dari cukong sebagai penadah.
Dalam setiap aksinya, mereka selalu berkordinasi dengan oknum aparat, bahkan terkadang mendapat pengawalan. Itu makanya mereka tak pernah tertangkap. “Kami ditawari kerjaan mencuri minyak itu. Upah kami dibayar di depan, per orang Rp300 ribu. Berhasil gak berhasil, kami tetap dapat upah, keamanan kami dijamin,” ujar Budi (nama disamarkan, Red), menimpali Amat.
Menyelam di kedalaman air, mengebor pipa baja, menyalurkan minyak ke dalam karung plastik berukuran panjang, ternyata bukan hal yang sulit. “Kalau sedang pasang, pipa terkadang berada di kedalaman hingga enam meter. Ya, tinggal menyelam, dibor pake bor baja, dalam waktu 20 menit siap, tinggal pasang kran. Dengan selang lalu dialirkan ke dalam karung plastik yang telah dimodifikasi.
Karung plastik berukuran besar dan panjang, bisa muat ribuan liter. Dalam waktu setengah jam, plastik sudah penuh lalu ditarik dengan boat ke suatu tempat di kawasan Belawan atau ke kapal yang sedang melego jangkar (di kawasan perairan Belawan, Red),” kata Amat lagi.
Mencuri ribuan liter BBM bisa dilakukan dalam hitungan setengah jam. Jika kran dalam pipa tidak diketahui petugas Pertamina, pencurian berikutnya bisa dilakukan dalam waktu belasan menit.
“Kalau kran kami ketahuan Pertamina, kemudian ditutup, kami bor lagi di bagian pipa yang lain,” ujar Amat yang mengaku hanya berlima saat beraksi. Dia mengaku, saat beraksi tak jauh dari mereka selalu ada oknum aparat yang mengawasi dan memberi kode jika ada patroli.
Siapa penampung BBM curian itu? Amat langsung menyebut satu nama, orang terkenal di Belawan yang bermukim di kawasan Hamparan Perak. “Semua (disetor, Red) sama dia,” katanya. Dari cerita Amat kemudian diketahui pelaku lapangan bukan hanya mereka.
Sedikitnya ada lima grup pelaku lapangan yang masing-masing menguasai pipa Pertamina dari perairan Lampu I hingga Medan Labuhan. “Jadi macam dikapling-kapling. Kalau kami beroperasi di sekitar paluh-paluh saja. Kami tak boleh beroperasi di bagian pipa yang lain, sudah ada kelompok yang lain,” terangnya.
Dia mengatakan, biasanya setiap kelompok beroperasi sangat rapi dan ‘tertib’. Sesekali saat dapat kode ada petugas patroli, mereka buru-buru, sehingga BBM tumpah ke segala penjuru. Tapi kejadian itu jarang terjadi. “Kalau yang main di Labuhan, itu bukan kelompok kami, mungkin main sendiri. Karena setiap curi minyak, lubangnya jarang ditutup lagi, jadi ributlah,” ujarnya. (her)