MEDAN, SUMUTPOS.CO -Komisi VII DPR-RI yang membidangi energi dan lingkungan hidup menantang konsorsium pembangunan listrik tenaga panas bumi Medco Energy di Sarulla untuk mengoperasikan pembangkit hingga 1.000 MW. Penegasan ini disampaikan Ketua Komisi VII DPR-RI Gus Irawan Pasaribu kepada wartawan di Medan.
Gus mengatakan, kawasan Sarulla memiliki potensi pengembangan listrik panas bumi 1.000 MW. Bila dioperasikan, akan menjadi salah satu pembangkit listrik panas bumi terbesar di dunia, bukan saja di Indonesia.
“Saat bertemu dengan konsorsium pengelola Sarulla 1, sudah dijajaki kemungkinan untuk mengembangkan pembangkit dengan kapasitas besar. Sekarang kan baru 1×110 MW, nanti akan dilanjutkan dengan proyek Sarulla 2 dan Sarulla 3. Bahkan jika serius mereka bisa mendapatkan energi terbarukan dengan kapasitas lebih besar lagi,” papar Gus yang juga Wakil Ketua Fraksi Gerindra DPR-RI.
Gus mengatakan, pembangkit listrik panas bumi (geothermal) Sarulla merupakan proyek pembangkit listrik energi terbarukan yang dianggap paling efisien dibanding PLTP Drajat, PLTP Kamojang dan PLP Wayang Windu. “Efisiensi itu karena memanfaatkan uap dan produk uap melalui penggunaan tiga metode pembangkitan yaitu condensing, bottomic, danbinary atau yang disebut dengan teknologi combine cycle,” jelas Gus.
Gus mengatakan, pada prinsipnya sisa buangan uap di pembangkit bisa diolah lagi menjadi tambahan kapasitas listrik. “Ini merupakan penggunaan teknologi baru dimana PLPT sebelumnya tidak ada yang menggunakan teknologi tersebut. Teknologi lama tidak ada combine cycle. Tapi di PLTP Sarulla sudah bisa digunakan sistem baru,” ujarnya.
Gus Irawan mengungkapkan, Kementerian ESDM malah menyatakan bahwa uap sumur yang dimanfaatkan untuk PLTP Sarulla hanya 65 megawatt tapi mampu menghasilkan listrik dengan kapasitas terpasa 110 MW. “Saat berangkat ke Sarulla dengan Menteri ESDM, PLTP seperti Kamojang atau Drajat asap pembangkitan listriknya banyak, uap panas buminya juga banyak. Di Sarulla nyaris tidak ada uapnya karena diserap kembali menjadi tambahan tenaga listrik,” papar Gus.
Jadi teknologi seperti ini, lanjutnya, harus diimplementasikan dalam proyek listrik selanjutnya. Sebab energi terbarukan ini merupakan road map ketahanan energi hingga 2025. “Pada prinsipnya nanti proyek ini akan diresmikan oleh Presiden namun belum dapat waktu yang pas,” ujarnya.
Gus menyatakan problem lama seperti pemadaman bergilir hingga empat jam harus dihentikan. “Saya selalu nyatakan dulunya Sumut ini seperti dianaktirikan soal kecukupan energi listrik. Karena sedik-sedikit masalahnya sudah pemadaman berkelanjutan. Kita tidak mau lagi seperti itu. Krisis energi listrik harus berakhir,” bilangnya.
Bila kelak pembangkit listrik 1.000 MW bisa terealisasi di Sumut, ia yakin cadangan energi menjadi lebih baik. “Jadi sekarang realisasi yang harus dikejar bukan hanya janji-janji tapi tak terealisasi. Nanti kalau mesin pembangkitnya sudah cukup baru PLN bisa jamin tak ada lagi pemadaman bergilir,” tuturnya. (ila/ram)