26.7 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Kemenpar Turut Lestarikan Budaya Keraton Solo ‘Tinggalan Dalem Jumenengan’

JIBI/SP/Ivanovich Aldino
Tamu kehormatan mengikuti kirab saat pembukaan prosesi upacara Pengetan Tinggalan Dalem Jumenengan Sri Susuhunan Paku Buwono XIII Hangabehi di kompleks Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat. Prosesi upacara Jumenengan ke-12 tersebut digelar untuk memperingati kenaikan tahta raja Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat.

SOLO, SUMUTPOS.CO -Memiliki jargon Kota Budaya, Solo, memiliki warisan budaya terun-temurun. Salah satu budaya itu adalah Prosesi Budaya Keraton ‘Tinggalan Dalem Jumenengan’ ke-13 Pakubuwono XIII.

Sesuai kepercayaan Keraton, Tinggalan Dalem Jumenengan dinilai menjadi ritual paling sakral dan bermakna penting. Agenda tahunan ini untuk memperingati hari ulang tahun kenaikan takhta Raja, sesuai dengan arti Tinggalan Dalem Jumenengan itu sendiri. Prosesi acara ini berlangsung mulai pukul 10:00 -12:00 WIB.

Gending gamelan Jawa mengiringi kirab pasukan Keraton sebagai pembuka acara, berlanjut dengan tarian sakral Bedoyo. Sembilan penari wanita membawakan tarian tradisional ini. Iringan gamelan laras pelog menambah suasan sakran Tinggalan Dalem Jumenengan di Keraton Solo.

Sekitar 4000 undangan menghadiri acara Tinggalan Dalem Jumenengan ini, termasuk dari kalangan pemerintah pusat dan daerah, seperti Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, Wali Kota Solo, FX Hadi Rudyatmo. Bahkan, Ibunda Presiden Jokowi, Sujiatmi Notomihardjo menyaksikan ritual ini.

Kementrian Pariwisata di bawah Menteri Arief Yahya pun melihat ritual tahunan di Solo ini sebagai salah satu agenda pariwisata dengan nilai jual tinggi untuk mempercepat destinasi Joglosemar (Yogya-Solo-Semarang).

Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran Pariwisata Nusantara, Esthy Reko Astuti menilai, acara ini bukan hanya bisa menjadi wisata budaya dengan nilai jual tinggi. Lebih dari itu, Tinggalan Dalem Jumenengan ini di mata Esthy bisa mempersatukan Keluarga Keraton Solo setelah dilanda konflik internal berkepanjangan.

“Acara Jumenengan ini semoga bisa persatukan kembali Keluarga Keraton Solo dengan penuh keharmonisan. Menjalin kesepakatan bersama untuk melestarikan merawat dan menjaga tinggalan budaya adiluhung,” ujar wanita berjilbab ini.

Presiden Joko Wdodo sendiri sangat concern dengan budaya. Karena Solo sudah menjadi kawasan pariwisawa –Joglosema–, maka Kemenpar, bersama Kementrian Dalam Negeri dan Kemendikbud agar memberikan dukungan agar Keraton Kasunan Surakarta tetap eksis sebagai salah satu wisata dan cagar budaya bernilai sejarah tinggi.

JIBI/SP/Ivanovich Aldino
Tamu kehormatan mengikuti kirab saat pembukaan prosesi upacara Pengetan Tinggalan Dalem Jumenengan Sri Susuhunan Paku Buwono XIII Hangabehi di kompleks Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat. Prosesi upacara Jumenengan ke-12 tersebut digelar untuk memperingati kenaikan tahta raja Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat.

SOLO, SUMUTPOS.CO -Memiliki jargon Kota Budaya, Solo, memiliki warisan budaya terun-temurun. Salah satu budaya itu adalah Prosesi Budaya Keraton ‘Tinggalan Dalem Jumenengan’ ke-13 Pakubuwono XIII.

Sesuai kepercayaan Keraton, Tinggalan Dalem Jumenengan dinilai menjadi ritual paling sakral dan bermakna penting. Agenda tahunan ini untuk memperingati hari ulang tahun kenaikan takhta Raja, sesuai dengan arti Tinggalan Dalem Jumenengan itu sendiri. Prosesi acara ini berlangsung mulai pukul 10:00 -12:00 WIB.

Gending gamelan Jawa mengiringi kirab pasukan Keraton sebagai pembuka acara, berlanjut dengan tarian sakral Bedoyo. Sembilan penari wanita membawakan tarian tradisional ini. Iringan gamelan laras pelog menambah suasan sakran Tinggalan Dalem Jumenengan di Keraton Solo.

Sekitar 4000 undangan menghadiri acara Tinggalan Dalem Jumenengan ini, termasuk dari kalangan pemerintah pusat dan daerah, seperti Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, Wali Kota Solo, FX Hadi Rudyatmo. Bahkan, Ibunda Presiden Jokowi, Sujiatmi Notomihardjo menyaksikan ritual ini.

Kementrian Pariwisata di bawah Menteri Arief Yahya pun melihat ritual tahunan di Solo ini sebagai salah satu agenda pariwisata dengan nilai jual tinggi untuk mempercepat destinasi Joglosemar (Yogya-Solo-Semarang).

Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran Pariwisata Nusantara, Esthy Reko Astuti menilai, acara ini bukan hanya bisa menjadi wisata budaya dengan nilai jual tinggi. Lebih dari itu, Tinggalan Dalem Jumenengan ini di mata Esthy bisa mempersatukan Keluarga Keraton Solo setelah dilanda konflik internal berkepanjangan.

“Acara Jumenengan ini semoga bisa persatukan kembali Keluarga Keraton Solo dengan penuh keharmonisan. Menjalin kesepakatan bersama untuk melestarikan merawat dan menjaga tinggalan budaya adiluhung,” ujar wanita berjilbab ini.

Presiden Joko Wdodo sendiri sangat concern dengan budaya. Karena Solo sudah menjadi kawasan pariwisawa –Joglosema–, maka Kemenpar, bersama Kementrian Dalam Negeri dan Kemendikbud agar memberikan dukungan agar Keraton Kasunan Surakarta tetap eksis sebagai salah satu wisata dan cagar budaya bernilai sejarah tinggi.

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/