KARO, SUMUTPOS.CO -Aktivitas vulkanik Gunung Sinabung belakangan hari ini semakin meningkat. Dalam sehari, Gunung Sinabung sudah mengalami erupsi antara dua hingga tuga kali. Jarak luncur debu yang sebelumnya hanya mencapai ketinggian 1.500 meter, kini meningkat menjadi 2.000-2.500 meter.
Alhasil, puluhan desa yang berada di wilayah timur Kabupaten Karo, termasuk Kota Berastagi kembali dihujani debu vulkanik sedang, Selasa (16/5) siang.
“Gunung Sinabung masih berstatus awas level IV dan erupsi rata-rata 2 sampai tiga kali sehari, namun erupsi kali ini tak disertai dengan luncuran awan panas,” kata Putra, Petugas Pemantau Gunung Api Sinabung (PPGA) saat dikonfirmasi Sumut Pos di Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Desa Ndokum Siroga, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo.
Dipaparkan Putra, untuk hari ini (Selasa) hingga pukul 13.00 WIB, Gunung Sinabung mengalami erupsi terbesar pada pukul 19.49 WIB, dengan ketinggian kolom debu mencapai 2.300-2.500 meter selama 547 detik.
Dampak dari luncuran debu vulkanik mengarah ke Timur Tenggara, lanjut Putra, Kota Berasragi juga dihujani debu vulkanik.
“Berastagi pasti terpapar debu, karena arah angin dan luncuran memang ke sana, yakni Timur-Tenggara, kita belum bisa memperdiksi sampai kapan erupsi ini akan berlangsung, saat ini kita terus mengintensifkan pemantauan,” pungkasnya.
Sebagai langkah antisipasi, PVMBG tetap mengingatkan agar warga untuk tidak masuk ke dalam zona bahaya (merah), yakni sekitar radius tiga kilometer (km) sekeliling kaki gunung. Kemudian radius tujuh km arah Tenggara dan Selatan, enam km arah Tenggara Timur serta radius empat km arah Utara-Timur. Selain itu, masyarakat yang bermukim di sepanjang aliran sungai juga diimbau agar waspada akan terjangan lahar dingin, terutama di saat hujan datang.
Perlu diketahui, sebelumnya erupsi kemarin Kota Berastagi juga dihujani abu vulkanik. Meski tak setebal erupasi sebelumnya, namun debu sempat mengganggu pemandangan para pengandara, khususnya sepeda motor.
Debu yang mirip salju itu menempel rumah-rumah dan kendaraan warga. Atap-atap rumah dan mobil warga berubah menjadi putih.
Pantauan koran ini, meski hujan debu, warga dan pengendara sepertinya tidak merasa begitu terganggu dengan kondisi tersebut. Bahkan masyarakat yang sedang mengendarai sepeda motor tetap melintas tanpa mengenakan masker. Masyarkat menganggap kondisi seperti ini sudah terbiasa mereka hadapi.”Sudah terbiasa kami hadapi seperti ini,” kata warga Karo bermarga Sembiring.(deo/azw)