28 C
Medan
Thursday, November 21, 2024
spot_img

Data Ponsel Dunia: Orang Indonesia Paling Malas Berjalan Kaki

Foto: AFP/Getty Images
Sebuah keluarga menggunakan sepeda motor untuk berkeliling di Jakarta. Data ponsel seluruh dunia menunjukkan publik Indonesia paling jarang berjalan kaki.

SUMUTPOS.CO – Orang Indonesia paling malas berjalan kaki. Itulah temuan sejumlah ilmuwan Amerika Serikat yang mengkaji data ponsel dari ratusan ribu orang di seluruh dunia.

Para peneliti di Universitas Stanford menggunakan data menit per menit dari 700.000 orang yang menggunakan Argus–aplikasi pemantau aktivitas–pada telepon seluler mereka.

Hasilnya, orang-orang di Hong Kong menempati urutan teratas dalam daftar penduduk paling rajin berjalan kaki. Rata-rata publik Hong Kong berjalan kaki sebanyak 6.880 langkah setiap hari.

Adapun penduduk paling malas sedunia adalah orang Indonesia yang berada pada posisi terbuncit dengan mencatat 3.513 langkah per hari.

“Kajian kami menyediakan data dari lebih banyak negara, lebih banyak subyek, dan memantau aktivitas orang setiap hari. Hal ini membuka pintu dalam melakoni sains dengan cara baru dan dalam skala yang lebih besar dari sebelumnya,” kata Scott Dep, salah satu peneliti yang merupakan profesor di bidang bioteknik.

Salah satu subyek dalam kajian yang dipublikasikan jurnal Nature itu adalah taraf obesitas.

Foto: Tim Althoff
Perbandingan jumlah langkah per hari. Tampak bahwa khalayak paling banyak berjalan kaki pada pagi dan sore hari.

KESENJANGAN AKTIVITAS

Para peneliti menemukan adanya kesenjangan di setiap negara antara penduduk yang paling rajin beraktivitas dan paling malas bergerak. Semakin besar kesenjangan itu, semakin besar pula taraf obesitasnya.

Tim Althoff, salah seorang peneliti, mencontohkan Swedia.

“Swedia adalah salah satu negara dengan celah tersempit…Swedia juga merupakan negara dengan taraf obesitas terendah,” kata Althoff.

Para peneliti terkejut bahwa kesenjangan aktivitas didorong oleh kegiatan berbasis gender.

Di negara seperti Jepang—dengan kesenjangan sempit dan taraf obesitas rendah—pria dan perempuan berolahraga sama rajinnya.

Namun, di negara-negara yang kesenjangan aktivitasnya lebar—seperti Amerika Serikat dan Arab Saudi—kaum perempuannya menghabiskan waktu lebih sedikit untuk beraktivitas.

“Ketika kesenjangan aktivitas lebar, kegiatan perempuan berkurang jauh lebih dramatis dibandingkan kegiatan pria. Karena itu, keterkaitan dengan obesitas memengaruhi perempuan lebih besar,” ujar Jure Leskovec, salah satu peneliti.

Subyek lainnya yang timbul dalam kajian ini adalah infrastruktur.

Data ponsel memperlihatkan kota-kota yang trotoarnya lebih bagus, seperti New York dan San Francisco, penduduknya lebih rajin berjalan kaki dibanding kota-kota yang bertumpu pada kendaraan sebagai wahana berkeliling, seperti Houston dan Memphis. (bbc)

Foto: AFP/Getty Images
Sebuah keluarga menggunakan sepeda motor untuk berkeliling di Jakarta. Data ponsel seluruh dunia menunjukkan publik Indonesia paling jarang berjalan kaki.

SUMUTPOS.CO – Orang Indonesia paling malas berjalan kaki. Itulah temuan sejumlah ilmuwan Amerika Serikat yang mengkaji data ponsel dari ratusan ribu orang di seluruh dunia.

Para peneliti di Universitas Stanford menggunakan data menit per menit dari 700.000 orang yang menggunakan Argus–aplikasi pemantau aktivitas–pada telepon seluler mereka.

Hasilnya, orang-orang di Hong Kong menempati urutan teratas dalam daftar penduduk paling rajin berjalan kaki. Rata-rata publik Hong Kong berjalan kaki sebanyak 6.880 langkah setiap hari.

Adapun penduduk paling malas sedunia adalah orang Indonesia yang berada pada posisi terbuncit dengan mencatat 3.513 langkah per hari.

“Kajian kami menyediakan data dari lebih banyak negara, lebih banyak subyek, dan memantau aktivitas orang setiap hari. Hal ini membuka pintu dalam melakoni sains dengan cara baru dan dalam skala yang lebih besar dari sebelumnya,” kata Scott Dep, salah satu peneliti yang merupakan profesor di bidang bioteknik.

Salah satu subyek dalam kajian yang dipublikasikan jurnal Nature itu adalah taraf obesitas.

Foto: Tim Althoff
Perbandingan jumlah langkah per hari. Tampak bahwa khalayak paling banyak berjalan kaki pada pagi dan sore hari.

KESENJANGAN AKTIVITAS

Para peneliti menemukan adanya kesenjangan di setiap negara antara penduduk yang paling rajin beraktivitas dan paling malas bergerak. Semakin besar kesenjangan itu, semakin besar pula taraf obesitasnya.

Tim Althoff, salah seorang peneliti, mencontohkan Swedia.

“Swedia adalah salah satu negara dengan celah tersempit…Swedia juga merupakan negara dengan taraf obesitas terendah,” kata Althoff.

Para peneliti terkejut bahwa kesenjangan aktivitas didorong oleh kegiatan berbasis gender.

Di negara seperti Jepang—dengan kesenjangan sempit dan taraf obesitas rendah—pria dan perempuan berolahraga sama rajinnya.

Namun, di negara-negara yang kesenjangan aktivitasnya lebar—seperti Amerika Serikat dan Arab Saudi—kaum perempuannya menghabiskan waktu lebih sedikit untuk beraktivitas.

“Ketika kesenjangan aktivitas lebar, kegiatan perempuan berkurang jauh lebih dramatis dibandingkan kegiatan pria. Karena itu, keterkaitan dengan obesitas memengaruhi perempuan lebih besar,” ujar Jure Leskovec, salah satu peneliti.

Subyek lainnya yang timbul dalam kajian ini adalah infrastruktur.

Data ponsel memperlihatkan kota-kota yang trotoarnya lebih bagus, seperti New York dan San Francisco, penduduknya lebih rajin berjalan kaki dibanding kota-kota yang bertumpu pada kendaraan sebagai wahana berkeliling, seperti Houston dan Memphis. (bbc)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/