FLORES, SUMUTPOS.CO – Kementerian Pariwisata (Kemenpar) meninjau langsung perkembangan pembangunan Kawasan Marina Wisata PT ASDP Indonesia Ferry (Persero) di Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur (NTT) dan penutupan Tour de Flores, Selasa (18/7). Penutupan Tour de Flores digelar pada tanggal 19 Juli 2017.
Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran Pariwisata Nusantara Esthy Reko Astuti, mewakili Menpar Arief Yahya, langsung menyambangi ASDP. Rencananya, Menpar Arief juga hadir ke Labuan Bajo, NTT, tetapi harus menghadiri Rapat Koordinasi dan Peluncuran Badan Otorita Borobudur (BOB) di panggung tertutup Sendratari Ramayana, kompleks Candi Prambanan, Jogja.
Esthy mengatakan, hal ini dilakukan Kemenpar agar semua yang berkaitan dengan rumus Menteri Pariwisata Arief Yahya dengan 3A (Akses, Amenitas, dan Atraksi) bisa terealisasi dengan baik.
Esthy juga mengatakan bahwa kunjungannya ini ingin melihat perkembangan proyek tersebut yang terdiri dari pelabuhan marina, peningkatan fasilitas dermaga penyeberangan, hotel, serta area komersial lainnya.
”Karena ini bagian dari percepatan 10 destinasi prioritas di Labuan Bajo. Hanya dengan semangat Indonesia Incorporated inilah Labuan Bajo akan semakin meningkat dan bertambah siap menyambut wisatawan mancanegara, semoga ini bisa terlaksana dengan baik dan rampung pada Desember 2018 nanti,” ujar Esthy.
Esthy juga menutup perhelatan Tour de Flores 2017 yang juga masuk dalam program yang didukung Kemenpar. ”Marina ASDP itu nantinya akan menjadi tempat bersandar kapal-kapal wisata berbagai jenis, phinisi maupun yacht, dan tentunya menjadi pintu masuk wisatawan mancanegara melalui laut. Selama ini semua kegiatan wisata laut masih bercampur aksesnya dengan kegiatan peti kemas, menjadi sulit untuk pengelolaan profesional. Ini salah satu upaya dari Pemerintah untuk mendorong penataan kawasan pelabuhan Labuan Bajo,”tambahnya.
Lebih lanjut dia mengatakan, bahwa proyek ASDP dengan nilai total investasi sekitar Rp 400 miliar itu telah dilakukan pelaksanaan pemancangan tiang pertama (ground breaking ) pada April 2017.
”Kami mendapatkan kabar up date bahwa Marina ASDP direncanakan rampung dan beroperasi pada Desember 2018. Jika ini sudah jadi, aksesibilitas Labuan Bajo melalui laut untuk wisatawan semakin terbuka lebar,” tambah Shana Fatina, PIC Pokja Percepatan Destinasi Labuan Bajo.
Direktur Utama PT ASDP Indonesia Ferry (Persero) Faik Fahmi mengatakan, pembangunan dan pengembangan kawasan komersial Labuan Bajo ini sejalan dengan road map perusahaan yang telah disusun, yakni RE – ASDP.
Road map tersebut terdiri dari Re-formulation of Business Foundation (2016), Acceleration of Commercial (2017), Services to The Nation (2018), Drive to Excellent (2019) dan Performance to The Best (2020).
Proyek pembangunan kawasan komersial Labuan Bajo merupakan proyek sinergi Badan Usaha Milik Negara antara PT ASDP Indonesia Ferry (Persero) dengan PT Pembangunan Perumahan (Persero) Tbk dan PT Patra Jasa.
Kawasan komersial ini akan dikelola perusahaan patungan ketiga pihak tersebut, di mana PT ASDP Indonesia Ferry (Persero) menjadi pemegang saham mayoritas 51 persen karena pengembangan proyek berada di atas lahan milik ASDP (landlord), PT Patra Jasa sebesar 25 persen, dan PT Pembangunan Perumahan (Persero) sebesar 24 persen.
“Tahun ini merupakan waktu percepatan sisi komersial. Kami berharap, ASDP bisa lebih besar berperan buat negara, membangun konektivitas tanpa bergantung kepada pemerintah, serta dapat lebih memajukan pariwisata nasional dengan standar dunia. Karenanya, kami ingin mengembangkan Labuan Bajo,” kata Faik Fahmi dalam keterangannya beberapa waktu lalu.
Diketahui, Labuan Bajo ditetapkan pemerintahan Presiden Jokowi sebagai salah satu 10 Bali Baru bersama Danau Toba, Raja Ampat, Wakatobi dan lainnya. Labuan Bajo, ibukota Kabupaten Manggarai Barat (Mabar), Flores, Nusa Tenggara Timur menjadi salah satu destinasi pariwisata berbasis bahari yang lengkap, dan serius untuk dikembangkan.
Soal potensi alam, Labuan Bajo memang punya segalanya, mulai dari eksotisnya Pulau komodo, satu-satunya binatang purba yang masih tersisa di muka bumi, panorama Pulau Padar yang sangat indah, hingga sensasi tracking ala Jurrasic di Pulau Rinca.Pengakuan datang dari CNN Travel 2015 silam.
Saat itu, Labuan Bajo dinobatkan CNN sebagai snorkel site kedua terbaik di dunia. Nomor satunya Raja Ampat Papua dan nomor tiganya Kepulauan Galapagos di Amerika Selatan.
Faik menerangkan, seiring dengan pengembangan kawasan komersial dan sektor pariwisata di Labuan Bajo, maka direncanakan pembangunan proyek hotel di atas lahan seluas 8.000 meter persegi.
“Kami melihat prospek bisnis properti, khususnya hotel sangat bagus ke depannya. Keberadaan hotel ini akan sangat menunjang pariwisata, karena lokasinya sangat strategis, berada di tepi pantai di Jalan Soekarno Hatta. Sehingga, untuk view hotel sangat indah dan sempurna, karena menghadap ke laut, ini penuh sensasi,” jelasnya.
Menteri Pariwisata Arief Yahya menegaskan bahwa Marina ASDP sangat strategis untuk pariwisata Indonesia karena menjadi integrasi kawasan bersandar kapal, Tempat Pelelangan Ikan, dan Kawasan Kuliner yang akan menjadi Icon kota Labuan Bajo. Diharapkan menjadi ruang publik masyarakat dengan wisatawan, sehingga wisatawan menjadi bagian dari komunitas Labuan Bajo.
“Tentunya Kemenpar mendukung pembangunan pariwisata dengan memperhatikan bentang alam dan kelestarian. Sesuai dengan prinsip kami, semakin dilestarikan, semakin mensejahterakan,” pungkas Menpar Arief Yahya. (rel)