28 C
Medan
Wednesday, January 15, 2025

Pancaroba, Harga Garam Naik 400 Persen

Kadis Perdagangan Kota Medan Syarif Armansyah Lubis saat melakukan kunjungan ke pergudangan garam di daerah Medan Labuhan.

MEDAN, SUMUTPOS.CO -Meski harga garam saat ini sedang tinggi, namun ketersediaannya diprediksi cukup sampai empat bulan kedepan. Tingginya harga garam lokal beryodium di pasaran saat ini, dikarenakan musim pancaroba.

“Akibat tidak adanya musim kemarau, petani di Madura tidak bisa panen. Sebab kadar airnya lebih banyak,” kata Kepala Dinas Perdagangan Kota Medan Syarif Armansyah Lubis kepada Sumut Pos, Senin (7/8).

Syarif Armansyah beserta jajaran yang baru selesai melakukan kunjungan ke pergudangan garam di kawasan Medan Labuhan pada hari itu, memastikan bahwa stok garam di Medan tidak berpengaruh meski harga jualnya cukup tinggi saat ini. “Ya, stok aman tapi memang ada lonjakan harga. Masalahnya karena susah panen itu,” ungkapnya.

Dari hasil kunjungan pihaknya ke pergudangan garam milik PT Jangkar Waja, pria yang akrab disapa Bob itu menyebut garam beryodium yang laik konsumsi ada stok sekitar dua ribu ton. “Dan masih ada lagi di Belawan dan belum mereka bongkar, sekitar tiga ribu ton lagi. Dengan stok segitu, menurut pengakuan mereka, bisa cukup sampai tiga bahkan empat bulan kedepan,” katanya.

Pihaknya mengaku tidak bisa membatasi atau melarang pembelian masyarakat terhadap komoditi ini. Hanya saja pihaknya akan selalu memantau dan mengawasi, apabila ada indikasi penimbunan yang dilakukan oknum tidak bertanggungjawab.

“Harganya memang melampaui saat ini. Satu goni itu harganya Rp250 ribu. Kalau perkilo sekitar Rp5 ribu. Kalau dulu sekitar Rp1000 sampai Rp2000. Dikarenakan musim kemarau di Indonesia tidak menentu lagi,” jelasnya.

Mantan Kadisnaker dan Kadis Perhubungan Medan ini menambahkan, ketersediaan garam nonberyodium yang biasa diberikan untuk ikan asin, juga tidak ada kendala. Artinya stok masih aman sejauh ini. “Mereka juga sekarang sudah bisa impor. Kran tersebut mulai dibuka. Makanya agak terlambat, disamping permintaan masyarakat di Jawa cukup tinggi untuk garam,” jelasnya.

Bob didampingi Kepala Bidang Tertib Niaga Perdagangan Dalam Negeri, Rislan Indra dan beberapa staf. Kehadiran mereka disambut Hendy Rimba selaku  pengusaha pergudangan garam di kawasan Medan Labuhan.

Sementara itu, Kepala Dinas Ketahanan Pangan Kota Medan, Muslim Harahap mengaku jika kenaikan harga garam belum membuat gejolak di Kota Medan. Dikatakan Muslim, hal tersebut karena kebutuhan garam tidak setinggi kebutuhan bahan pangan pokok seperti beras dan lainnya. Disebut Muslim, garam digolongkan pada bumbu-bumbuan atau bahan pangan pendukung.

“Biasanya untuk 1 Kepala Keluarga, memakai garam 3 sampai 4 sendok perhari. Jadi, kalau 1 bungkus itu bisa 1 sampai 2 minggu. Dengan harga yang masih relatif terjangkau itu, sepertinya masih ” ungkap Muslim.

Disinggung soal kenaikan harga garam itu berdampak kepada kenaikan harga ikan asin, dikatakan Muslim hal itu juga tidak begitu berdampak, karena Medan bukan daerah penghasil dan penyuplai ikan asin. Selain itu, dikatakannya masih masyarakat masih ada pilihan yang lain, karena ikan asin juga bukan bahan pangan pokok.

” Bahkan dengan kenaikan harga ikan asin, permimtaan di masyarakat malah berkurang. Itu karena masyarakat milih yang lain, ” tambah Muslim.

Meski demikian, guna mengantisipasi spekulan yang memanfaatkan kenaikan harga garam, Muslim mengaku pihaknya terus melakukan pengawasan. Dikatakan Muslim, beberapa distributor garam di Medan, sudah didatangi pihaknya. Diakui Muslim, hal itu juga sebagai upaya agar harga stabil, meski sudah terjadi kenaikan. (prn/ain/ram)

Kadis Perdagangan Kota Medan Syarif Armansyah Lubis saat melakukan kunjungan ke pergudangan garam di daerah Medan Labuhan.

MEDAN, SUMUTPOS.CO -Meski harga garam saat ini sedang tinggi, namun ketersediaannya diprediksi cukup sampai empat bulan kedepan. Tingginya harga garam lokal beryodium di pasaran saat ini, dikarenakan musim pancaroba.

“Akibat tidak adanya musim kemarau, petani di Madura tidak bisa panen. Sebab kadar airnya lebih banyak,” kata Kepala Dinas Perdagangan Kota Medan Syarif Armansyah Lubis kepada Sumut Pos, Senin (7/8).

Syarif Armansyah beserta jajaran yang baru selesai melakukan kunjungan ke pergudangan garam di kawasan Medan Labuhan pada hari itu, memastikan bahwa stok garam di Medan tidak berpengaruh meski harga jualnya cukup tinggi saat ini. “Ya, stok aman tapi memang ada lonjakan harga. Masalahnya karena susah panen itu,” ungkapnya.

Dari hasil kunjungan pihaknya ke pergudangan garam milik PT Jangkar Waja, pria yang akrab disapa Bob itu menyebut garam beryodium yang laik konsumsi ada stok sekitar dua ribu ton. “Dan masih ada lagi di Belawan dan belum mereka bongkar, sekitar tiga ribu ton lagi. Dengan stok segitu, menurut pengakuan mereka, bisa cukup sampai tiga bahkan empat bulan kedepan,” katanya.

Pihaknya mengaku tidak bisa membatasi atau melarang pembelian masyarakat terhadap komoditi ini. Hanya saja pihaknya akan selalu memantau dan mengawasi, apabila ada indikasi penimbunan yang dilakukan oknum tidak bertanggungjawab.

“Harganya memang melampaui saat ini. Satu goni itu harganya Rp250 ribu. Kalau perkilo sekitar Rp5 ribu. Kalau dulu sekitar Rp1000 sampai Rp2000. Dikarenakan musim kemarau di Indonesia tidak menentu lagi,” jelasnya.

Mantan Kadisnaker dan Kadis Perhubungan Medan ini menambahkan, ketersediaan garam nonberyodium yang biasa diberikan untuk ikan asin, juga tidak ada kendala. Artinya stok masih aman sejauh ini. “Mereka juga sekarang sudah bisa impor. Kran tersebut mulai dibuka. Makanya agak terlambat, disamping permintaan masyarakat di Jawa cukup tinggi untuk garam,” jelasnya.

Bob didampingi Kepala Bidang Tertib Niaga Perdagangan Dalam Negeri, Rislan Indra dan beberapa staf. Kehadiran mereka disambut Hendy Rimba selaku  pengusaha pergudangan garam di kawasan Medan Labuhan.

Sementara itu, Kepala Dinas Ketahanan Pangan Kota Medan, Muslim Harahap mengaku jika kenaikan harga garam belum membuat gejolak di Kota Medan. Dikatakan Muslim, hal tersebut karena kebutuhan garam tidak setinggi kebutuhan bahan pangan pokok seperti beras dan lainnya. Disebut Muslim, garam digolongkan pada bumbu-bumbuan atau bahan pangan pendukung.

“Biasanya untuk 1 Kepala Keluarga, memakai garam 3 sampai 4 sendok perhari. Jadi, kalau 1 bungkus itu bisa 1 sampai 2 minggu. Dengan harga yang masih relatif terjangkau itu, sepertinya masih ” ungkap Muslim.

Disinggung soal kenaikan harga garam itu berdampak kepada kenaikan harga ikan asin, dikatakan Muslim hal itu juga tidak begitu berdampak, karena Medan bukan daerah penghasil dan penyuplai ikan asin. Selain itu, dikatakannya masih masyarakat masih ada pilihan yang lain, karena ikan asin juga bukan bahan pangan pokok.

” Bahkan dengan kenaikan harga ikan asin, permimtaan di masyarakat malah berkurang. Itu karena masyarakat milih yang lain, ” tambah Muslim.

Meski demikian, guna mengantisipasi spekulan yang memanfaatkan kenaikan harga garam, Muslim mengaku pihaknya terus melakukan pengawasan. Dikatakan Muslim, beberapa distributor garam di Medan, sudah didatangi pihaknya. Diakui Muslim, hal itu juga sebagai upaya agar harga stabil, meski sudah terjadi kenaikan. (prn/ain/ram)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/