26.7 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Adu Keluarga Lucu

Azrul Ananda

Hidup saya rasanya tidak terlalu lucu. Keluarga saya juga tidak terlalu lucu. Mungkin hidup Anda dan keluarga Anda jauh lebih lucu.

Semua orang mungkin punya momen-momen yang lucu dalam kehidupan pribadi dan keluarganya. Dengan tingkat kelucuan dan frekuensi lucu yang berbeda-beda.

Dan tingkat kelucuan merupakan sesuatu yang subjektif. Lucu bagi seseorang mungkin tidak lucu bagi yang lain. Bahkan, yang dianggap lucu itu justru mengundang amarah bagi orang lain.

Kelucuan di tingkat keluarga mungkin asyik dibahas. Apalagi bagi mereka yang punya keluarga muda, dengan anak-anak yang masih kecil.

Ada teman pernah bilang, nikmatilah anak-anak saat mereka masih kecil dan lucu. Karena kalau disia-siakan, nanti tidak terasa masa lucu itu sudah lewat dan kita tidak bisa mengulanginya lagi.

Walau kesibukan membuat saya tidak bisa intens dengan anak-anak, saya masih mendapatkan satu-dua momen yang menggelitik itu. Saya juga sering mendengar cerita lucu dari teman/keluarga lain, yang juga punya anak-anak yang masih kecil.

Kebanyakan berkaitan dengan sekolah.

Di sekolah, anak-anak kecil tampaknya seperti wajib mendapatkan kuis soal keluarganya sendiri. Misalnya; nama ayah siapa, nama ibu siapa, pekerjaan ayah apa, pekerjaan ibu apa, dan lain-lain yang seperti itu.

Entah kenapa semua itu harus ditanyakan kepada sang anak. Mungkin untuk double check karena sekolah mungkin tidak percaya dengan formulir yang diserahkan orang tua bersama uang pembayaran.

Wkwkwkwk…

Tentu saja, tidak ada masalah dengan pertanyaan-pertanyaan itu. Dan anak-anak kecil mungkin juga belum tentu tahu apa pekerjaan orang tua mereka yang sebenarnya.

Berdasar apa yang mereka lihat dan apa yang mereka tahu (secara terbatas), muncullah jawaban-jawaban yang ternyata seru.

Anak saya yang paling kecil misalnya. Ketika ditanya ayah bekerja untuk apa, maka jawabannya, ’’Cari uang.” Tapi ketika ditanya lagi uangnya untuk apa, jawabannya ternyata, ’’Untuk ayah.”

Ya, begitu itu jadinya kalau ayah dan anak-anaknya sama-sama suka beli mainan…

Bagi para ayah, mungkin pertanyaan itu tidak terlalu menakutkan. Setelah dapat cerita kanan-kiri, pertanyaan-pertanyaan sekolah untuk anak itu mungkin lebih mendebarkan bagi para ibu.

Ada teman saya yang anak kecilnya dapat kuis serupa di sekolah. Hobi ayah? ’’Main sepeda.” Hobi ibu? ’’Makan dan tidur.”

Wkwkwkwk…

Lalu, ada lagi yang sharing cerita serupa. Sang anak ditanyai tugas ayah dan ibunya. Tugas ayah? ”Cari uang.” Tugas ibu? ”Main hape!”

Super-wkwkwkwkwkwk…

Hayooo, siapa yang seperti itu?

Saya yakin masih banyak cerita serupa yang jauh lebih lucu. Menurut saya, itu ironis karena ibu-ibu kayaknya lebih serius dalam menjaga penampilan dan gaya, tapi image-nya justru paling gampang bocor atau runtuh dari anaknya sendiri!

Wkwkwkwk…

Bicara soal keluarga lucu, saya harus angkat topi pada tamu saya yang baru datang dari Jerman. Dia baru dua tahun pensiun jadi pembalap sepeda profesional kelas dunia.

Namanya Jens Voigt, umur 44. Dia pernah jadi juara dunia amatir, pernah memegang rekor dunia, pernah 17 kali ikut Tour de France, dan pernah-pernah luar biasa yang lain.

Azrul Ananda

Hidup saya rasanya tidak terlalu lucu. Keluarga saya juga tidak terlalu lucu. Mungkin hidup Anda dan keluarga Anda jauh lebih lucu.

Semua orang mungkin punya momen-momen yang lucu dalam kehidupan pribadi dan keluarganya. Dengan tingkat kelucuan dan frekuensi lucu yang berbeda-beda.

Dan tingkat kelucuan merupakan sesuatu yang subjektif. Lucu bagi seseorang mungkin tidak lucu bagi yang lain. Bahkan, yang dianggap lucu itu justru mengundang amarah bagi orang lain.

Kelucuan di tingkat keluarga mungkin asyik dibahas. Apalagi bagi mereka yang punya keluarga muda, dengan anak-anak yang masih kecil.

Ada teman pernah bilang, nikmatilah anak-anak saat mereka masih kecil dan lucu. Karena kalau disia-siakan, nanti tidak terasa masa lucu itu sudah lewat dan kita tidak bisa mengulanginya lagi.

Walau kesibukan membuat saya tidak bisa intens dengan anak-anak, saya masih mendapatkan satu-dua momen yang menggelitik itu. Saya juga sering mendengar cerita lucu dari teman/keluarga lain, yang juga punya anak-anak yang masih kecil.

Kebanyakan berkaitan dengan sekolah.

Di sekolah, anak-anak kecil tampaknya seperti wajib mendapatkan kuis soal keluarganya sendiri. Misalnya; nama ayah siapa, nama ibu siapa, pekerjaan ayah apa, pekerjaan ibu apa, dan lain-lain yang seperti itu.

Entah kenapa semua itu harus ditanyakan kepada sang anak. Mungkin untuk double check karena sekolah mungkin tidak percaya dengan formulir yang diserahkan orang tua bersama uang pembayaran.

Wkwkwkwk…

Tentu saja, tidak ada masalah dengan pertanyaan-pertanyaan itu. Dan anak-anak kecil mungkin juga belum tentu tahu apa pekerjaan orang tua mereka yang sebenarnya.

Berdasar apa yang mereka lihat dan apa yang mereka tahu (secara terbatas), muncullah jawaban-jawaban yang ternyata seru.

Anak saya yang paling kecil misalnya. Ketika ditanya ayah bekerja untuk apa, maka jawabannya, ’’Cari uang.” Tapi ketika ditanya lagi uangnya untuk apa, jawabannya ternyata, ’’Untuk ayah.”

Ya, begitu itu jadinya kalau ayah dan anak-anaknya sama-sama suka beli mainan…

Bagi para ayah, mungkin pertanyaan itu tidak terlalu menakutkan. Setelah dapat cerita kanan-kiri, pertanyaan-pertanyaan sekolah untuk anak itu mungkin lebih mendebarkan bagi para ibu.

Ada teman saya yang anak kecilnya dapat kuis serupa di sekolah. Hobi ayah? ’’Main sepeda.” Hobi ibu? ’’Makan dan tidur.”

Wkwkwkwk…

Lalu, ada lagi yang sharing cerita serupa. Sang anak ditanyai tugas ayah dan ibunya. Tugas ayah? ”Cari uang.” Tugas ibu? ”Main hape!”

Super-wkwkwkwkwkwk…

Hayooo, siapa yang seperti itu?

Saya yakin masih banyak cerita serupa yang jauh lebih lucu. Menurut saya, itu ironis karena ibu-ibu kayaknya lebih serius dalam menjaga penampilan dan gaya, tapi image-nya justru paling gampang bocor atau runtuh dari anaknya sendiri!

Wkwkwkwk…

Bicara soal keluarga lucu, saya harus angkat topi pada tamu saya yang baru datang dari Jerman. Dia baru dua tahun pensiun jadi pembalap sepeda profesional kelas dunia.

Namanya Jens Voigt, umur 44. Dia pernah jadi juara dunia amatir, pernah memegang rekor dunia, pernah 17 kali ikut Tour de France, dan pernah-pernah luar biasa yang lain.

Artikel Terkait

Wayan di New York

Trump Kecele Lagi

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/