30 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

BI Dukung Bisnis Syariah

Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo (tengah) bersama rekan saat temu pers dalam penyelenggaraan Indonesia Shari’a Economic Forum (ISEF) 2017, di Surabaya, Jawa Timur, Rabu (8/11).

SURABAYA, SUMUTPOS.CO – Tidak bisa dipungkiri jika Indonesia merupakan negara dengan mayoritas muslim terbesar di dunia. Kondisi itu membuat Indonesia menjadi pasar terbesar dalam kebutuhan halal.

Sayangnya, potensi itu tak mampu terpenuhi di dalam negeri. Pengusaha maupun industri dalam negeri pun gigit jari. Pangsa pasar mereka harus digerus oleh produk halal dari negeri lain.

Padahal, kebutuhan produk halal baik di dalam negeri maupun luar negeri mencapai Rp 3.000 triliun per tahun.

Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo mengatakan, pihaknya akan berupaya menciptakan pelaku usaha baik skala kecil sampai besar dalam bisnis syariah. Salah satunya adalah dengan melakukan kampanye dan sosialisasi dalam penyelenggaraan Indonesia Shari’a Economic Forum (ISEF) 2017.

“Dalam berbagai kesempatan, Indonesia itu merupakan salah satu pasar terbesar di dunia mengenai kebutuhan halal. Apa itu makanan, fashion maupun kosmetik, farmasi dan lain-lain. Tahun 2015 pernah diestimasi, size atau jumlah kebutuhan itu sekitar hampir Rp3.000 triliun,” ujarnya di Grand City, Surabaya, Jawa Timur, Rabu (8/11).

“Nah, itu bagaimana kita harus menciptakan pelaku bisnis baik yang besar, menengah atau kecil untuk memproduksi, memasarkan memenuhi kebutuhan itu, sehingga kebutuhan kita banyak dipenuhi oleh dalam negeri. Ini yang disebut halal supply chain,” tambahnya.

Nantinya, lanjut Perry, pihaknya akan fokus dalam pengembangan bisnis makanan halal. Lalu ada fesyen halal dan wisata halal. Diharapkan, pelaku bisnis yang akan dikembangkan BI dapat mendorong ketersediaan kebutuhan halal di Indonesia maupun di luar negeri kedepannya.

“Fokusnya antara lain, halal food kebutuhan makanan halal kita. Kedua, terkait halal fashion. Juga mengenai halal tourism, itu juga jadi salah satu fokus pengembangan sampai kemudian juga cosmetic maupun obat-obatan. Pelaku ekonomi itu bisa kecil, pemberdayaan ekonomi pesantren sampai terbesar,” tandasnya.  (jpg/ram)

 

Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo (tengah) bersama rekan saat temu pers dalam penyelenggaraan Indonesia Shari’a Economic Forum (ISEF) 2017, di Surabaya, Jawa Timur, Rabu (8/11).

SURABAYA, SUMUTPOS.CO – Tidak bisa dipungkiri jika Indonesia merupakan negara dengan mayoritas muslim terbesar di dunia. Kondisi itu membuat Indonesia menjadi pasar terbesar dalam kebutuhan halal.

Sayangnya, potensi itu tak mampu terpenuhi di dalam negeri. Pengusaha maupun industri dalam negeri pun gigit jari. Pangsa pasar mereka harus digerus oleh produk halal dari negeri lain.

Padahal, kebutuhan produk halal baik di dalam negeri maupun luar negeri mencapai Rp 3.000 triliun per tahun.

Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo mengatakan, pihaknya akan berupaya menciptakan pelaku usaha baik skala kecil sampai besar dalam bisnis syariah. Salah satunya adalah dengan melakukan kampanye dan sosialisasi dalam penyelenggaraan Indonesia Shari’a Economic Forum (ISEF) 2017.

“Dalam berbagai kesempatan, Indonesia itu merupakan salah satu pasar terbesar di dunia mengenai kebutuhan halal. Apa itu makanan, fashion maupun kosmetik, farmasi dan lain-lain. Tahun 2015 pernah diestimasi, size atau jumlah kebutuhan itu sekitar hampir Rp3.000 triliun,” ujarnya di Grand City, Surabaya, Jawa Timur, Rabu (8/11).

“Nah, itu bagaimana kita harus menciptakan pelaku bisnis baik yang besar, menengah atau kecil untuk memproduksi, memasarkan memenuhi kebutuhan itu, sehingga kebutuhan kita banyak dipenuhi oleh dalam negeri. Ini yang disebut halal supply chain,” tambahnya.

Nantinya, lanjut Perry, pihaknya akan fokus dalam pengembangan bisnis makanan halal. Lalu ada fesyen halal dan wisata halal. Diharapkan, pelaku bisnis yang akan dikembangkan BI dapat mendorong ketersediaan kebutuhan halal di Indonesia maupun di luar negeri kedepannya.

“Fokusnya antara lain, halal food kebutuhan makanan halal kita. Kedua, terkait halal fashion. Juga mengenai halal tourism, itu juga jadi salah satu fokus pengembangan sampai kemudian juga cosmetic maupun obat-obatan. Pelaku ekonomi itu bisa kecil, pemberdayaan ekonomi pesantren sampai terbesar,” tandasnya.  (jpg/ram)

 

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/