MEDAN, SUMUTPOS.CO – Puluhan massa dari Pemerintahan Mahasiswa Universitas Mahasiswa Sumatera Utara (Pema-USU) menggelar unjuk rasa menolak kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) nonsubsidi jenis Pertalite. Aksi itu berlangsung di Bundaran Gatot Subroto, Kota Medan, Senin (26/3).
Unjuk rasa sempat diwarnai bentrokan antara polisi dan massa. Kericuhan terjadi saat massa akan membakar ban bekas. Beberapa anggota kepolisian langsung merangsek masuk ke dalam barisan massa. Terjadi aksi tarik-menarik antara massa dan polisi.
Ketegangan dapat diredam saat koordinator aksi menenangkan massa. Aksi berlanjut dengan orasi secara bergantian. Dalam aksinya, massa menolak kenaikan BBM jenis Pertalite dari harga Rp7.600 menjadi Rp7.800 per liter. Menurut mereka, pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) telah semena-mena dengan kenikan harga tersebut.
Massa juga mempertanyakan distribusi BBM jenis premium yang selama ini kian langka. Khususnya di Sumatera Utara. “Pemerintah harus menyediakan suplai premium di Sumut. Pemerintah terkesan memaksa masyarakat menggunakan Pertalite. Padahal sebelumnya pemerintah berjanji tidak menaikkan harga BBM,” kata Wakil Presiden Pema-USU Hendra Boang Manalu.
Aksi kembali memanas saat sejumlah personel kepolisian ingin menertibkan massa yang memaksa maju ke tengah jalan. Aksi saling dorong kembali terjadi. Massa meminta polisi menjauhi barisan.
Sesaat kemudian, massa membubarkan diri. Aksi berlanjut ke gedung DPRD Sumut. Sepanjang longmarch ke DPRD Sumut, massa mendorong kendaraan sebagai bentuk protes terhadap pemerintah.
MEDAN, SUMUTPOS.CO – Puluhan massa dari Pemerintahan Mahasiswa Universitas Mahasiswa Sumatera Utara (Pema-USU) menggelar unjuk rasa menolak kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) nonsubsidi jenis Pertalite. Aksi itu berlangsung di Bundaran Gatot Subroto, Kota Medan, Senin (26/3).
Unjuk rasa sempat diwarnai bentrokan antara polisi dan massa. Kericuhan terjadi saat massa akan membakar ban bekas. Beberapa anggota kepolisian langsung merangsek masuk ke dalam barisan massa. Terjadi aksi tarik-menarik antara massa dan polisi.
Ketegangan dapat diredam saat koordinator aksi menenangkan massa. Aksi berlanjut dengan orasi secara bergantian. Dalam aksinya, massa menolak kenaikan BBM jenis Pertalite dari harga Rp7.600 menjadi Rp7.800 per liter. Menurut mereka, pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) telah semena-mena dengan kenikan harga tersebut.
Massa juga mempertanyakan distribusi BBM jenis premium yang selama ini kian langka. Khususnya di Sumatera Utara. “Pemerintah harus menyediakan suplai premium di Sumut. Pemerintah terkesan memaksa masyarakat menggunakan Pertalite. Padahal sebelumnya pemerintah berjanji tidak menaikkan harga BBM,” kata Wakil Presiden Pema-USU Hendra Boang Manalu.
Aksi kembali memanas saat sejumlah personel kepolisian ingin menertibkan massa yang memaksa maju ke tengah jalan. Aksi saling dorong kembali terjadi. Massa meminta polisi menjauhi barisan.
Sesaat kemudian, massa membubarkan diri. Aksi berlanjut ke gedung DPRD Sumut. Sepanjang longmarch ke DPRD Sumut, massa mendorong kendaraan sebagai bentuk protes terhadap pemerintah.