SUMUTPOS.CO – Menyandang status perantau sebelum era milenium ke Kota Medan, Suwarno memberanikan diri bertarung ke Ibukota Provinsi Sumut untuk merubah nasib. Pasar Petisah Medan jadi ‘dapur utama’ Suwarno memulai semua petualangan baru hidupnya.
====================================
PRAN HASIBUAN, Medan
====================================
Tak sia-sia, selama 32 tahun melapak di Pasar Petisah, Suwarno sukses membangun usaha dagang (UD) bernama Suwarno Kelapa. Bang Warno-sapaan akrabnya, kini mampu menggaji karyawan sebanyak enam orang dan punya omset ratusan juta rupiah. Lebih hebat lagi, usaha Bang Warno jadi satu-satunya UD di Pasar Petisah yang mengantongi sertifikat halal dari Majelis Ulama Indonesia (MUI) Provinsi Sumut.
“Usaha ini saya mulai dari 1990. Selama enam tahun saya ikut kawan berdagang di Pasar Petisah. Usaha santan (kelapa) gini juga,” kata dia saat ditemui Sumut Pos, di Pasar Petisah belum lama ini.
Bang Warno muda tak kecil hati meski hanya ikut teman berdagang santan. Justru selama enam tahun ia ‘mencuri’ ilmu dan pengalaman rekannya, untuk kemudian membuka usahanya sendiri. “Jadi benar-benar merintis dari nol. Saya merantau ke Medan dari Tanjung Gading. Sudah SMA dan ngekos juga di Medan waktu itu. Pelan-pelan saya menabung sejak ikut kawan jualan di Petisah. Mulai dari gak punya karyawan sampai akhirnya kini ada enam orang yang turut membantu usaha saya,” kenangnya.
Tuhan memang tak pernah tidur yang akhirnya menjawab mimpi dan doa Bang Warno untuk punya usaha sendiri. Di tempat serupa, Bang Warno pun merintis usaha santan dengan modal Rp3 juta.
“Sekitar 1996 saya rintis usaha kelapa ini. Dengan alat manual hanya pakai dongkrak dan sewa meja. Alhamdulillah sudah 28 tahun usaha saya masih eksis dan berkembang sampai sekarang. Bahkan dari usaha kelapa saya bisa nafkahi keluarga dan sekolahkan keempat anak saya,” ujar suami Yatimah ini.
Kini Bang Warno punya alat sendiri untuk usahanya. Ia bahkan sudah investasi peralatan dan mesin giling kelapanya hingga ratusan juta rupiah. Semua karyawannya diberikan baju seragam dan gaji memadai. Tak hanya itu, produksi santan yang dihasilkan UD Suwarno Kelapa kini sudah bersertifikat halal MUI. Upaya ini sengaja dilakukan Bang Warno yang juga Ketua Umum DPP Pelindung Persaudaraan Pedagang Pasar Bersatu (P4B), agar konsumen dan pelanggannya tidak perlu ragu membeli santan olahannya.
SUMUTPOS.CO – Menyandang status perantau sebelum era milenium ke Kota Medan, Suwarno memberanikan diri bertarung ke Ibukota Provinsi Sumut untuk merubah nasib. Pasar Petisah Medan jadi ‘dapur utama’ Suwarno memulai semua petualangan baru hidupnya.
====================================
PRAN HASIBUAN, Medan
====================================
Tak sia-sia, selama 32 tahun melapak di Pasar Petisah, Suwarno sukses membangun usaha dagang (UD) bernama Suwarno Kelapa. Bang Warno-sapaan akrabnya, kini mampu menggaji karyawan sebanyak enam orang dan punya omset ratusan juta rupiah. Lebih hebat lagi, usaha Bang Warno jadi satu-satunya UD di Pasar Petisah yang mengantongi sertifikat halal dari Majelis Ulama Indonesia (MUI) Provinsi Sumut.
“Usaha ini saya mulai dari 1990. Selama enam tahun saya ikut kawan berdagang di Pasar Petisah. Usaha santan (kelapa) gini juga,” kata dia saat ditemui Sumut Pos, di Pasar Petisah belum lama ini.
Bang Warno muda tak kecil hati meski hanya ikut teman berdagang santan. Justru selama enam tahun ia ‘mencuri’ ilmu dan pengalaman rekannya, untuk kemudian membuka usahanya sendiri. “Jadi benar-benar merintis dari nol. Saya merantau ke Medan dari Tanjung Gading. Sudah SMA dan ngekos juga di Medan waktu itu. Pelan-pelan saya menabung sejak ikut kawan jualan di Petisah. Mulai dari gak punya karyawan sampai akhirnya kini ada enam orang yang turut membantu usaha saya,” kenangnya.
Tuhan memang tak pernah tidur yang akhirnya menjawab mimpi dan doa Bang Warno untuk punya usaha sendiri. Di tempat serupa, Bang Warno pun merintis usaha santan dengan modal Rp3 juta.
“Sekitar 1996 saya rintis usaha kelapa ini. Dengan alat manual hanya pakai dongkrak dan sewa meja. Alhamdulillah sudah 28 tahun usaha saya masih eksis dan berkembang sampai sekarang. Bahkan dari usaha kelapa saya bisa nafkahi keluarga dan sekolahkan keempat anak saya,” ujar suami Yatimah ini.
Kini Bang Warno punya alat sendiri untuk usahanya. Ia bahkan sudah investasi peralatan dan mesin giling kelapanya hingga ratusan juta rupiah. Semua karyawannya diberikan baju seragam dan gaji memadai. Tak hanya itu, produksi santan yang dihasilkan UD Suwarno Kelapa kini sudah bersertifikat halal MUI. Upaya ini sengaja dilakukan Bang Warno yang juga Ketua Umum DPP Pelindung Persaudaraan Pedagang Pasar Bersatu (P4B), agar konsumen dan pelanggannya tidak perlu ragu membeli santan olahannya.