MEDAN, SUMUTPOS.CO – Harga komoditas sejumlah jenis sayuran turun hingga 50 persen sejak sepekan terakhir. Penurunan harga ini luput dari fokus pengendalian inflasi daerah, karena sayuran bukanlah komoditas yang bias disubstirusi.
Ketua Tim Pemantau Harga Pangan Sumatera Utara, Gunawan Benjamin mengatakan anjloknya harga pangan tersebut, berdampak dengan keuntungan dari petani.
“harga sayur mayor yang turun seperti, tomat, kol, wortel dan kentang dari hasil pemantauan harga yang dilakukan di sejumlah pasar tradisional di Medan. Sementara itu, faktor penurunan harga disebabkan sisi pasokan yang melimpah. Ada panen besar di komoditas sayuran tersebut yang mengakibatkan banyak penumpukan barang sehingga harganya terpuruk,” ujarnya.
Dirinya memperkirakan, penurunan harga ini akan bertahan setidaknya hingga 2 minggu yang akan datang. Sehingga, akan membuat daya beli petani akan tertekan. Sedangkan untuk konsumen tidak akan mempermasalahkan harga sayuran yang terpuruk.
Karakteristik sayur mayur yang cepat busuk tersebut tentunya menggiring kenaikan harga dengan cepat saat pasokan sedikit saja mengalami kenaikan. Masalah ini lebih dikarenakan petani kita yang memang belum terorganisir dengan baik. Petani kita tidak diarahkan untuk menanam dengan pola tanam yang teratur sehingga sisi persediaan bisa dikendalikan.
“Harus ada pemetaan tanaman pangan ini seharusnya sudah menjadi tugas rutin kita sehingga harga bisa distabilkan dalam tempo waktu panjang. Sejauh ini, baru bawang dan cabai yang dikendalikan,” tuturnya.
“Ditengah terpuruknya harga sayur mayur, harga komoditas cabai belakangan stabil dikisaran Rp35 ribu hingga Rp40 ribu perkg. Sementara itu bawang putih yang sebelumnya sempat turun ke Rp28 ribuan perkg, saat ini harganya kembali meroket dikisaran Rp40 ribuan per Kg,” tambahnya.
Penurunan harga komoditas sayuran ini sangat berpeluang memicu terjadinya defasi di komoditas tersebut. Jika harga cabai, bawang, dan ikan segar stabil dibulan ini. Bukan tidak mungkin laju inflasi April ini akan lebih rendah dari bulan maret sebelumnya. Meski demikian ada sejumlah faktor yang sulit diprediksikan yang bisa saja merubah arah ekspektasi harga.(gus/ram)