TIGARAS. SUMUTPOS.CO – Sejak lama, kapal-kapal pengangkut penumpang dan barang menyeberangi Danau Toba, jarang memiliki manifest, baik untuk warga setempat maupun wisatawan. Dan itu dibiarkan hingga bertahun-tahun, meski sudah beberapa kali terjadi kecelakaan kapal di danau.
Sejumlah warga pendatang di kawasan Danau Toba, tepatnya Pulau Samosir mengeluhkan kurangnya fasilitas penyelamatan kapal, berupa pelampung atau jaket penyelamat, serta sekoci. Menurut mereka, pengelola kapal sering tidak peduli jika kapal kelebihan muatan.
“Jaket pelampung yang disediakan sering tidak cukup untuk seluruh penumpang. Alat bantu penyelamatan di air juga tidak disediakan. Bagaimana mau menyelamatkan, jika pelampung hanya lima sampai tujuh unit?” tanya R Pasaribu, warga yang berkunjung ke kawasan Danau Toba Pasaribu, kemarin.
Faktor lainnya adalah kelebihan muatan, yang seringkali membuat penumpang khawatir. “Memang, bukan hanya pemilik kapal saja yang tak membatasi jumlah penumpang. Calon penumpang pun banyak yang memaksa ikut, walaupun mungkin muatan kapal sudah penuh. Tapi seharusnya jangan dibiarkan,” sebutnya.
Senada, pengamat transportasi asal Sumut, Medis Sejahtera, juga menyoroti lemahnya pengawasan prosedur keselamatan tranportasi danau di kawasan destinasi wisata yang dijuluki Monaco of Asia ini.“Ini teguran keras buat pemerintah. Ketika Danau Toba hendak dibangun, malah tak aman dan nyaman,” ungkapnya.
Menurutnya, bencana karamnya KM Sinar Bangun harus dijadikan evaluasi oleh semua pemangku kebijakan. Setiap kapal motor yang hendak berlayar harus benar-benar siap layar. “Kelaikan kapal diperiksa, sarana keselamatannya diperiksa. Seharusnya disiapkan petugas untuk memantau,” ujarnya.
Ia mengatakan, fenomena kapal kelebihan muatan, sebenarnya sudah lumrah terjadi di kawasan Danau Toba. Hanya kebetulan nahas jatuh kepada KM Sinar Bangun. “Membludaknya penumpang kapal wisata di masa libur, sebelum-sebelumnya dianggap biasa. Ada pembiaran dari pemerintah, dalam hal ini pemerintah kabupaten.
Sesuai aturan dan prosedur keselamatannya, penumpang idealnya disiapkan pelampung, sesuai kapasitas kapal. “Tapi kalau kita lihat dari video penyelamatan kemarin, tidak satupun penumpang yang menggunakan pelampung. Apalagi kapal tradisional, seharusnya seluruh penumpang begitu naik kapal langsung pakai pelampung,” ungkapnya.
Sesuai peraturan, pengelolaan pengawasan kapal motor wisata di Danau Toba merupakan tanggungjawab pihak kabupaten. Jadi pemkab setempat wajib menyiapkan dan menata segala sarana dan prasarana pendukung keberadaan kapal motor wisata yang digunakan untuk penyeberangan. “Kita tidak menyalahkan satu pihak saja. Baiknya, semua pihak kembali lebih perhatian dengan menata moda transportasi laut di Danau Toba,” katanya.
Medis memprediksi, pemerintah akan melakukan evaluasi menyeluruh terhadap kapal motor tradisional yang berlayar di Danau Toba. Dia berharap, pemerintah memberikan solusi bersama yang baik pula.