SUMUTPOS.CO – Tak banyak orangtua yang tahu tentang keberadaan Rubella, entah kapan munculnya dan dari mana datangnya. Yang pasti, virus ini kini menjadi momok mengerikan. Menyerang mulai dari janin tanpa diketahui yang menyebabkan bayi lahir dengan sejumlah kecacatan akibat kerusakan organ-organ tubuhnya.
Ancaman terhadap penyakit ini pun dirasa nyata. Rubella bersama dengan penyakit Campak, pemerintah, melalui Kementrian Kesehatan (Kemenkes) hingga 2020 berkomitmen untuk mengeliminasi campak dan melakukan pengendalian penyakit Rubella/kecacatan yang disebabkan oleh infeksi Rubella saat kehamilan (Cogenital Rubella Syndrome).
Setidaknya keperihan mendalam tampak tergambar di wajah Kusuma Ramadan, orangtua Iftiyah, bayi berusia 2 tahun yang sejumlah organ tubuhnya dirusak virus mematikan ini. Anaknya kini mengalami keterlambatan pertumbuhan, kerusakan pendengaran, mata dan kesulitan berdiri.
“Rubella itu monster, ya kenapa saya bilang begitu, karena virus ini menyerang seorang bayi yang tidak tahu apa-apa dan tanpa diketahui sejak janin,” ungkap Kusuma saat dihadirkan dalam pertemuan Sosialisasi dan Edukasi Dalam Rangka Sinergitas Dengan Media yang diinisiasi Unicef bersama Dinkes Sumut di salahsatu kafe Jalan Wahid Hasyim Medan, Jumat (27/7).
Semula dia mengaku tidak mengetahui apa yang terjadi terhadap putri keduanya itu. Saat terlahir ke dunia, anaknya itu kondisinya sangat kecil, lemah dan berwarna kuning. Tak banyak yang mengetahui, bahkan dokter yang membantu persalinan anaknya. “Begitu lahir dokter melihat mata Iftiyah seperti katarak. Penyakit yang hanya terjadi kepada orang berusia lanjut. Kemudian anak saya dirujuk ke dokter spesialis mata, karena janggal rasanya seorang bayi baru lahir mengalami katarak,” sebutnya.
Sedih, hancur entah bagaimana dia menggambarkan perasaan hatinya kala itu. Ternyata setelah dilakukan pemeriksaan lab dokter memvonis kerusakan penglihatan, pendengaran anak tercintanya itu karena serangan virus Rubella.
“Siapa yang tidak sedih, ternyata anak yang saya gendong, adzankan (qomad) tidak mendengar suara saya. Hancur perasaan ini. Air mata tidak habis-habisnya menetes. Tapi ya mau bagaimana lagi, inilah titipan Allah yang harus kami terima, dia itu anak yang istimewa. Dan kecacatan itu semua tidak bisa diperbaiki,” ungkapnya.