26 C
Medan
Sunday, November 24, 2024
spot_img

Eksportir Sumut Capai Devisa Lebih US$4 Milia

Dari kiri, Plt Kepala KPP Bea Cukai Belawan Mahdi Jafar, Sekjen DPP GPEI Toto Dirgantoro, dan Ketua DPD GPEI Sumut, Hendrik H Sitompul (foto; SumutPos)

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Gabungan Perusahaan Ekspor Indonesia (GPEI) Sumut tetap peduli upaya peningkatan kelancaran usaha ekspor. Hal ini disampaikan langsung Ketua GPEI Sumut Drs Hendrik Halomoan Sitompul MM pada pertemuan Komunitas Belawan di Kantor Pelayanan Bea dan Cukai Belawan (KPPBC), Kamis (16/8) lalu.

“Untuk peningkatan pertumbuhan ekonomi rakyat Sumut, kegiatan ekspor-impor barang adalah hal yang prioritas. Sehingga perdagangan hasil pertanian dan produk UKM dapat berjalan lancar. Untuk itu, konsultasi masalah kepelabuhanan tetap kita lakukan ,” ucap Hendrik.

Rapat Komunitas Belawan dihadiri Kepala Otoritas Pelabuhan Utama Belawan, Kepala Bea Cukai Belawan, Kepala Balai Karantina Belawan, Kepala Karantina Perikanan Belawan, GM BICT Belawan, serta sejumlah asosiasi, dan perusahaan ekspor.

Lebih lanjut, Plt Kepala KPPBC Belawan, Mahdi Jafar memaparkan, pendataan komoditi-komoditi ekspor ekspor beserta total penerimaan bea keluar pada bulan Januari hingga Juli tahun 2018. “Kami sudah melakukan pendataan komoditi kayu, biji kakao, karet, ikan, kopi, sayur mayur, rempah-rempah, pinang, kantong plastik, rokok, dan juga teh. Total penerimaan bea keluar di bulan Juli tahun 2018 mencapai Rp 2.000.000.000,” jelas Mahdi.

Mahdi melanjutkan, meski komoditi tersebut tidak dikenakan pajak ekspor, namun telah menghasilkan devisa yang cukup besar. “Selama ini kita telah menghasilkan devisa kepada negara yaitu mencapai US$ 4 miliar di bulan Januari hingga Juli 2018. Jadi walau tidak dikenakan pajak ekspor, tapi kita menghasilkan devisa untuk negara. Cukup besar peran serta ekspor, seperti pengguna jasa, pelaksana lapangan, dan semua yang tergabung dalam komuitas gabungan.

Di lain pihak, Dewan Pengurus Pusat (DPP) GPEI Toto Dirgantoro menyampaikan agar ekspor segera mengakhiri defisit neraca perdagangan. “Defisit perdagangan harus segera selesai. Kalau tidak, dalam situasi ancam mengancam dan perang dagang yang terjadi saat ini akan semakin memengaruhi ekonomi Indonesia. Pemerintah memutuskan untuk terus fokus meninjau dan mendorong ekspor,” ungkap Toto.

Di akhir rapat, Hendrik Sitompul yang juga anggota Komisi C DPRD Medan menyampaikan agar kerja sama antar pelaku usaha dan seluruh instansi dapat terus ditingkatkan. “Terima kasih untuk partisipasti saudara-saudara sekalian. Semoga kerjasama antar pelaku usaha dan seluruh instansi dapat kita tingkatkan demi kebaikan dan pertumbuhan ekonomi yang semakin baik,” harap Hendrik yang juga Alumni PPRA 52 Lemhannas RI itu.

Sebagai informasi, BPS mencatat, neraca perdagangan Indonesia berkali-kali defisit sejak awal 2018. Neraca Perdagangan RI baru bisa mencatat surplus pada Juni lalu yakni sebesar US$ 1,74 miliar. Namun untuk Januari-Juni 2018, neraca dagang Indonesia masih alami defisit, yakni sebesar US$ 1,02 miliar.

Berikut data neraca perdagangan RI selama 2018. Januari defisit US$ 756 juta, Februari defisit US$ 52,9 juta, Maret surplus US$ 1,12 miliar, April defisit US$ 1,63 miliar, Mei defisit US$ 1,52 miliar, dan Juni surplus US$ 1,74 miliar.(adz/ila)

Dari kiri, Plt Kepala KPP Bea Cukai Belawan Mahdi Jafar, Sekjen DPP GPEI Toto Dirgantoro, dan Ketua DPD GPEI Sumut, Hendrik H Sitompul (foto; SumutPos)

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Gabungan Perusahaan Ekspor Indonesia (GPEI) Sumut tetap peduli upaya peningkatan kelancaran usaha ekspor. Hal ini disampaikan langsung Ketua GPEI Sumut Drs Hendrik Halomoan Sitompul MM pada pertemuan Komunitas Belawan di Kantor Pelayanan Bea dan Cukai Belawan (KPPBC), Kamis (16/8) lalu.

“Untuk peningkatan pertumbuhan ekonomi rakyat Sumut, kegiatan ekspor-impor barang adalah hal yang prioritas. Sehingga perdagangan hasil pertanian dan produk UKM dapat berjalan lancar. Untuk itu, konsultasi masalah kepelabuhanan tetap kita lakukan ,” ucap Hendrik.

Rapat Komunitas Belawan dihadiri Kepala Otoritas Pelabuhan Utama Belawan, Kepala Bea Cukai Belawan, Kepala Balai Karantina Belawan, Kepala Karantina Perikanan Belawan, GM BICT Belawan, serta sejumlah asosiasi, dan perusahaan ekspor.

Lebih lanjut, Plt Kepala KPPBC Belawan, Mahdi Jafar memaparkan, pendataan komoditi-komoditi ekspor ekspor beserta total penerimaan bea keluar pada bulan Januari hingga Juli tahun 2018. “Kami sudah melakukan pendataan komoditi kayu, biji kakao, karet, ikan, kopi, sayur mayur, rempah-rempah, pinang, kantong plastik, rokok, dan juga teh. Total penerimaan bea keluar di bulan Juli tahun 2018 mencapai Rp 2.000.000.000,” jelas Mahdi.

Mahdi melanjutkan, meski komoditi tersebut tidak dikenakan pajak ekspor, namun telah menghasilkan devisa yang cukup besar. “Selama ini kita telah menghasilkan devisa kepada negara yaitu mencapai US$ 4 miliar di bulan Januari hingga Juli 2018. Jadi walau tidak dikenakan pajak ekspor, tapi kita menghasilkan devisa untuk negara. Cukup besar peran serta ekspor, seperti pengguna jasa, pelaksana lapangan, dan semua yang tergabung dalam komuitas gabungan.

Di lain pihak, Dewan Pengurus Pusat (DPP) GPEI Toto Dirgantoro menyampaikan agar ekspor segera mengakhiri defisit neraca perdagangan. “Defisit perdagangan harus segera selesai. Kalau tidak, dalam situasi ancam mengancam dan perang dagang yang terjadi saat ini akan semakin memengaruhi ekonomi Indonesia. Pemerintah memutuskan untuk terus fokus meninjau dan mendorong ekspor,” ungkap Toto.

Di akhir rapat, Hendrik Sitompul yang juga anggota Komisi C DPRD Medan menyampaikan agar kerja sama antar pelaku usaha dan seluruh instansi dapat terus ditingkatkan. “Terima kasih untuk partisipasti saudara-saudara sekalian. Semoga kerjasama antar pelaku usaha dan seluruh instansi dapat kita tingkatkan demi kebaikan dan pertumbuhan ekonomi yang semakin baik,” harap Hendrik yang juga Alumni PPRA 52 Lemhannas RI itu.

Sebagai informasi, BPS mencatat, neraca perdagangan Indonesia berkali-kali defisit sejak awal 2018. Neraca Perdagangan RI baru bisa mencatat surplus pada Juni lalu yakni sebesar US$ 1,74 miliar. Namun untuk Januari-Juni 2018, neraca dagang Indonesia masih alami defisit, yakni sebesar US$ 1,02 miliar.

Berikut data neraca perdagangan RI selama 2018. Januari defisit US$ 756 juta, Februari defisit US$ 52,9 juta, Maret surplus US$ 1,12 miliar, April defisit US$ 1,63 miliar, Mei defisit US$ 1,52 miliar, dan Juni surplus US$ 1,74 miliar.(adz/ila)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/