26 C
Medan
Saturday, November 23, 2024
spot_img

Hj Nafsiah Dahlan Iskan: Itu Sudah Gaya Bapak

Menteri BUMN Tetap Bersepatu Kets Saat Dilantik

Acara pelantikan menteri dan wakil menteri di Istana Negara, Rabu (19/10) oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) berlangsung dengan khidmat. Semua tamu undangan terlihat sudah hadir 30 menit sebelum acara dimulai. Berpenampilan necis, mulai dari yang dilantik, pendamping hingga keluarga yang ikut mengantar. Namun di antara para menteri yang dilantik, Menteri BUMN Dahlan Iskan tampak berbeda.

Rapi dengan jas hitamnya, Dahlan terlihat tetap memakai sepatu kets dengan warna senada. Usai pelantikan, puluhan wartawan media cetak dan televisi pun mengerubungi Chairman Jawa Pos ini. Bahkan beberapa di antaranya terlihat menyorotkan kamera ke arah sepatu kets dengan tapak tebal yang dipakai Dahlan. “Ya, hari ini memang pelantikan. Tapi kan sepatunya tetap kets,” kata Dahlan menjawab wartawan perihal sepatu yang menarik perhatian itu.

Memang sosok Dahlan sangat identik dengan penampilannya yang jauh dari kesan formalitas. Saat masih menjabat Dirut PLN, Dahlan selalu hadir ke kantor bahkan rapat dengan DPR menggunakan sepatu kets yang menjadi ciri khasnya.

“Saya nggak akan pernah berubah. Akan tetap sama. Sudah terlalu lama seperti ini. Yang penting bekerja dengan baik,” kata Dahlan.

Perihal jabatan barunya sebagai menteri, Dahlan pun berencana untuk membuat ‘proposal’ yang berbeda pada protokoler Kementerian. Yakni dengan menolak fasilitas menteri seperti mobil dinas dan rumah dinas. Hal yang sama juga dilakukannya saat menjadi Dirut PLN.

“Saya bertekad seperti itu (menolak fasilitas menteri). Fasilitasnya kan nggak banyak, jadi lebih baik pakai milik sendiri,” katanya lagi.

Saat pelantikan, Dahlan Iskan didampingi oleh istrinya Hj Nafsiah. Dengan menggunakan batik dominasi warna putih, Nafsiah setia berada di belakang Dahlan saat diwawancarai wartawan. Ketika ada salah satu media TV yang ingin mewawancarainya perihal penunjukan Dahlan sebagai menteri, dengan tersenyum Nafsiah sempat menolak.
“Maaf ya Dik, ini tugas berat buat kami. Buat Bapak, buat keluarga. Mohon doanya saja. Saya tidak bisa banyak bicara nanti terharu lagi,” kata Nafsiah. Matanya memang terlihat berkaca-kaca.

Namun selanjutnya, Nafsiah akhirnya mengungkapkan rasa haru dan bangga atas terpilihnya Dahlan menjadi menteri. Selama mendampingi sebagai istri, Dahlan tak pernah mengatakan dirinya bercita-cita menjadi menteri. Ketika akhirnya terpilih jadi menteri, menurut Nafsiah hal ini bukan saja tugas berat bagi Dahlan, tapi juga tugas buat keluarga untuk memantau kesehatan Dahlan. Meski pernah menjalani transplantasi hati, Nafsiah memastikan selama ini aktivitas Dahlan tidak pernah terganggu. Bahkan Dahlan terus memberikan karya terbaiknya dalam bekerja.

“Namun demikian kami tetap harus memantau Bapak. Bagaimanapun itu (hati) barang lama. Tugas ini amanat yang berat dan kami mulai dengan Bismillah, insyallah Bapak sanggup,” kata Nafsiah.

Mengenai penampilan Dahlan setelah menjadi menteri, Nafsiah mengaku tidak akan memaksa suaminya untuk mengubah penampilan layaknya menteri lain yang rapi dengan sepatu kantor mereka.

“Dahlan dulu dan Dahlan sekarang akan tetap sama. Kami akan hidup dengan jalur kami sendiri. Soal penampilan, itu sudah gaya Bapak. Yang penting bekerja tetap baik,” kata Nafsiah.

Dahlan lahir pada 17 Agustus 1951 di Magetan, Jawa Timur, adalah CEO surat kabar Jawa Pos dan Jawa Pos News Network yang bermarkas di Surabaya. Ia diangkat sebagai Direktur Utama PLN sejak 23 Desember 2009. Dahlan menjadi Direktur Utama PLN menggantikan Fahmi Mochtar yang dikritik karena selama kepemimpinannya banyak terjadi mati lampu di daerah Jakarta.

Semenjak memimpin PLN, Dahlan membuat beberapa gebrakan, di antaranya bebas byar pet se-Indonesia dalam waktu enam bulan, gerakan sehari sejuta sambungan. Dahlan juga berencana membangun PLTS di 100 pulau pada tahun 2011.

Karier Dahlan Iskan dimulai sebagai calon reporter sebuah surat kabar kecil di Samarinda, Kalimantan Timur, pada 1975. Ia menjadi wartawan majalah Tempo pada 1976. Sejak tahun 1982, Dahlan Iskan memimpin surat kabar Jawa Pos hingga sekarang.

Dahlan Iskan adalah sosok yang menjadikan Jawa Pos yang waktu itu hampir mati dengan oplah 6.000 ekslempar, dalam waktu lima tahun, menjadi surat kabar dengan oplah 300.000 eksemplar. (afz/jpnn)

Menteri BUMN Tetap Bersepatu Kets Saat Dilantik

Acara pelantikan menteri dan wakil menteri di Istana Negara, Rabu (19/10) oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) berlangsung dengan khidmat. Semua tamu undangan terlihat sudah hadir 30 menit sebelum acara dimulai. Berpenampilan necis, mulai dari yang dilantik, pendamping hingga keluarga yang ikut mengantar. Namun di antara para menteri yang dilantik, Menteri BUMN Dahlan Iskan tampak berbeda.

Rapi dengan jas hitamnya, Dahlan terlihat tetap memakai sepatu kets dengan warna senada. Usai pelantikan, puluhan wartawan media cetak dan televisi pun mengerubungi Chairman Jawa Pos ini. Bahkan beberapa di antaranya terlihat menyorotkan kamera ke arah sepatu kets dengan tapak tebal yang dipakai Dahlan. “Ya, hari ini memang pelantikan. Tapi kan sepatunya tetap kets,” kata Dahlan menjawab wartawan perihal sepatu yang menarik perhatian itu.

Memang sosok Dahlan sangat identik dengan penampilannya yang jauh dari kesan formalitas. Saat masih menjabat Dirut PLN, Dahlan selalu hadir ke kantor bahkan rapat dengan DPR menggunakan sepatu kets yang menjadi ciri khasnya.

“Saya nggak akan pernah berubah. Akan tetap sama. Sudah terlalu lama seperti ini. Yang penting bekerja dengan baik,” kata Dahlan.

Perihal jabatan barunya sebagai menteri, Dahlan pun berencana untuk membuat ‘proposal’ yang berbeda pada protokoler Kementerian. Yakni dengan menolak fasilitas menteri seperti mobil dinas dan rumah dinas. Hal yang sama juga dilakukannya saat menjadi Dirut PLN.

“Saya bertekad seperti itu (menolak fasilitas menteri). Fasilitasnya kan nggak banyak, jadi lebih baik pakai milik sendiri,” katanya lagi.

Saat pelantikan, Dahlan Iskan didampingi oleh istrinya Hj Nafsiah. Dengan menggunakan batik dominasi warna putih, Nafsiah setia berada di belakang Dahlan saat diwawancarai wartawan. Ketika ada salah satu media TV yang ingin mewawancarainya perihal penunjukan Dahlan sebagai menteri, dengan tersenyum Nafsiah sempat menolak.
“Maaf ya Dik, ini tugas berat buat kami. Buat Bapak, buat keluarga. Mohon doanya saja. Saya tidak bisa banyak bicara nanti terharu lagi,” kata Nafsiah. Matanya memang terlihat berkaca-kaca.

Namun selanjutnya, Nafsiah akhirnya mengungkapkan rasa haru dan bangga atas terpilihnya Dahlan menjadi menteri. Selama mendampingi sebagai istri, Dahlan tak pernah mengatakan dirinya bercita-cita menjadi menteri. Ketika akhirnya terpilih jadi menteri, menurut Nafsiah hal ini bukan saja tugas berat bagi Dahlan, tapi juga tugas buat keluarga untuk memantau kesehatan Dahlan. Meski pernah menjalani transplantasi hati, Nafsiah memastikan selama ini aktivitas Dahlan tidak pernah terganggu. Bahkan Dahlan terus memberikan karya terbaiknya dalam bekerja.

“Namun demikian kami tetap harus memantau Bapak. Bagaimanapun itu (hati) barang lama. Tugas ini amanat yang berat dan kami mulai dengan Bismillah, insyallah Bapak sanggup,” kata Nafsiah.

Mengenai penampilan Dahlan setelah menjadi menteri, Nafsiah mengaku tidak akan memaksa suaminya untuk mengubah penampilan layaknya menteri lain yang rapi dengan sepatu kantor mereka.

“Dahlan dulu dan Dahlan sekarang akan tetap sama. Kami akan hidup dengan jalur kami sendiri. Soal penampilan, itu sudah gaya Bapak. Yang penting bekerja tetap baik,” kata Nafsiah.

Dahlan lahir pada 17 Agustus 1951 di Magetan, Jawa Timur, adalah CEO surat kabar Jawa Pos dan Jawa Pos News Network yang bermarkas di Surabaya. Ia diangkat sebagai Direktur Utama PLN sejak 23 Desember 2009. Dahlan menjadi Direktur Utama PLN menggantikan Fahmi Mochtar yang dikritik karena selama kepemimpinannya banyak terjadi mati lampu di daerah Jakarta.

Semenjak memimpin PLN, Dahlan membuat beberapa gebrakan, di antaranya bebas byar pet se-Indonesia dalam waktu enam bulan, gerakan sehari sejuta sambungan. Dahlan juga berencana membangun PLTS di 100 pulau pada tahun 2011.

Karier Dahlan Iskan dimulai sebagai calon reporter sebuah surat kabar kecil di Samarinda, Kalimantan Timur, pada 1975. Ia menjadi wartawan majalah Tempo pada 1976. Sejak tahun 1982, Dahlan Iskan memimpin surat kabar Jawa Pos hingga sekarang.

Dahlan Iskan adalah sosok yang menjadikan Jawa Pos yang waktu itu hampir mati dengan oplah 6.000 ekslempar, dalam waktu lima tahun, menjadi surat kabar dengan oplah 300.000 eksemplar. (afz/jpnn)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/