RIYADH, SUMUTPOS.CO – Arab Saudi kini tengah berusaha melakukan langkah tebar pesona dalam level global. Dalam beberapa hari terakhir, Saudi menunjuk perempuan pertama untuk menjadi duta besar di lokasi paling bergengsi, Washington DC.
Di sisi lain, sang pemimpin de facto, putra mahkota Mohammed bin Salman (MBS) baru saja menyelesaian tur Asia-nya.
Dalam perjalanan itu, pria yang akrab dijuluki MBS itu membicarakan kesepakatan dagang dan investasi bernilai miliaran dollar AS dengan Tiongkok, Pakistan, dan India.
Lima bulan sudah berjalan sejak negara-negara Barat mengecam pembunuhan keji jurnalis Jamal Khashoggi di dalam kantot Konsulat Arab Ssudi di Istanbul.
CIA dan berbagai dinas intelijen barat menyimpulkan MBS berada di belakang pembunuhan tersebut. Tuduhan ini dibantah keras pemerintah Saudi.
Di awal kemunculannya, MBS amat disukai barat. Namun, setelah kasus Khashoggi, MBS mulai dijauhi salah satunya saat KTT G20 digelar di Buenos Aires, Argentina.
Media barat juga terus mengecam MBS, tak hanya dalam kasus Khashoggi tetapi juga karena memenjarakan pengunjuk rasa dan aktivis perempuan serta memicu perang Yaman.
Jadi apa yang dilakukan MBS Ditolak di Barat maka dia mengalihkan pandangannya ke Timur.
Hal serupa dilakukan para pemimpin negara Teluk pada 2011 saat Eropa mengkritik praktik otokrasi di kawasan itu.
Dan, langkah MBS sejauh ini tak salah. Di timur, dia disambut dengan menggunakan karpet merah.
Di Pakistan, negara nuklir dengan kondisi kas negara nyaris kosong, MBS disambut penuh gempita dengan 21 tembakan kehormatan, pengawalan jet tempur, dan hadiah senapan berlapis emas.
Di India, MBS disambut hangat PM Narendra Modi dan mendiskusikan kesepakatan energi dalam jumlah besar.
Dan di China, negara adi kuasa Asia, MBS dan Presiden Xi Jinping meneken perjanjian pembangunan penyulingan minyak bernilai 10 miliar dollar AS atau hampir Rp10 triliun. (bbs/azw)