PADANG, SUMUTPOS.CO – Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) M Nasir mengkritik profesor di universitas Tanah Air yang tidak melakukan riset dan publikasi. Dari 5.500 profesor, hanya 2.250 orang yang aktif meriset dan publikasi.
“Profesor tentu harus lakukan riset serta publikasi, jangan hanya menikmati tunjangan kehormatan,” kata dia di Padang, kemarin. Menurut Nasir, jumlah profesor di Indonesia saat ini sebanyak 5.500 orang.
Sementara itu, yang melakukan riset dan memublikasikan karya mereka hanya sekitar 2.250 orang. Angka tersebut masih terlalu sedikit sehingga pihaknya terus mendorong seluruh profesor untuk membuat publikasi.
“Kita terus dorong agar profesor di kampus untuk publikasi karena itu kewajiban mereka,” kata dia.
Nasir berharap pada akhir 2019 jumlah publikasi profesor meningkat, bahkan menyamai jumlah guru besar di Indonesia. “Kami baru akan mengevaluasi kembali pada akhir 2019 nanti, mungkin saja jumlah ini dapat berubah signifikan,” kata dia.
Ia juga mengapresiasi jumlah publikasi yang dilakukan dosen di setiap kampus yang meningkat pesat. Dulu Indonesia belum mampu bersaing dengan Malaysia dan Thailand. Namun, saat ini jumlah riset yang dihasilkan hampir menyamai mereka.
Saat ini dosen yang paling banyak melakukan publikasi adalah mereka dengan jabatan lektor dan asisten ahli. Jumlah riset yang mencul mencapai 31. 850 publikasi, sementara publikasi di Malaysia sekitar 38.770 hasil penelitian.
“Ini sebuah lompatan besar karena dosen terus melakukan publikasi dan berdampak langsung pada pendidikan. Banyak ilmu pengetahuan baru bermunculan,” kata dia. (bbs/azw)
PADANG, SUMUTPOS.CO – Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) M Nasir mengkritik profesor di universitas Tanah Air yang tidak melakukan riset dan publikasi. Dari 5.500 profesor, hanya 2.250 orang yang aktif meriset dan publikasi.
“Profesor tentu harus lakukan riset serta publikasi, jangan hanya menikmati tunjangan kehormatan,” kata dia di Padang, kemarin. Menurut Nasir, jumlah profesor di Indonesia saat ini sebanyak 5.500 orang.
Sementara itu, yang melakukan riset dan memublikasikan karya mereka hanya sekitar 2.250 orang. Angka tersebut masih terlalu sedikit sehingga pihaknya terus mendorong seluruh profesor untuk membuat publikasi.
“Kita terus dorong agar profesor di kampus untuk publikasi karena itu kewajiban mereka,” kata dia.
Nasir berharap pada akhir 2019 jumlah publikasi profesor meningkat, bahkan menyamai jumlah guru besar di Indonesia. “Kami baru akan mengevaluasi kembali pada akhir 2019 nanti, mungkin saja jumlah ini dapat berubah signifikan,” kata dia.
Ia juga mengapresiasi jumlah publikasi yang dilakukan dosen di setiap kampus yang meningkat pesat. Dulu Indonesia belum mampu bersaing dengan Malaysia dan Thailand. Namun, saat ini jumlah riset yang dihasilkan hampir menyamai mereka.
Saat ini dosen yang paling banyak melakukan publikasi adalah mereka dengan jabatan lektor dan asisten ahli. Jumlah riset yang mencul mencapai 31. 850 publikasi, sementara publikasi di Malaysia sekitar 38.770 hasil penelitian.
“Ini sebuah lompatan besar karena dosen terus melakukan publikasi dan berdampak langsung pada pendidikan. Banyak ilmu pengetahuan baru bermunculan,” kata dia. (bbs/azw)