MEDAN, SUMUTPOS.CO – Proyek ruas jalan tol Medan-Parapat terus berproses. Setelah jalan tol Medan-Kualanamu-Tebing Tinggi (MKTT) sepanjang 61,72 kilometer sudah rampung, saat ini proses pekerjaan menyasar ruas tol Tebingtinggi-Pematangsiantar sepanjang 59,8 kilometer. Pembebasan lahan untuk proyek tol ini sudah mencapai 83 persen atau sekitar 49,6 kilometer. Jika ini selesai, proyek akan dilanjutkan untuk ruas jalan tol Pematangsiantar-Saribudolok-Parapat.
“Alhamdulillah, proses pembebasan lahan untuk ruas jalan tol Tebingtinggi-Pematangsiantar dapat berjalan sangat baik. Proses pembebasan lahan sudah mencapai 83 persen. Bahkan sepanjang 38 kilometer di antaranya sudah siap dibangun. Sehingga dalam waktu dekat, peletakan batu pertama akan dilaksanakan,” kata Kepala Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional (BPN) Sumatera Utara, Bambang Priono menjawab Sumut Pos, Selasa (7/1).
Menurut Bambang, sudah ada beberapa kemajuan penting dalam proses pengadaan tanah guna pembangunan jalan tol yang masuk Proyek Strategis Nasional (PSN) tersebut. Misalnya, trase luas jalan untuk tol Tebing-Pematangsiantar di Serdangbedagai dengan mindroad 31,34 kilometer, Tebingtinggi 834 meter, Simalungun 19.73 kilometer dan Pematangsiantar 7,97 kilometer. Totalnya 59,874 km.
“Jika proyek pembangunan tol Tebingtinggi-Pematangsiantar rampung, menurutnya jarak tempuh Medan-Danau Toba hanya sekitar 1,5 jam,” katanya.
Dukungan dari pemerintah daerah bersama masyarakat, perusahaan perkebunan dan swasta, menurutnya sangat mendukung berhasilnya proyek pengadaan tanah untuk proyek tol tersebut. Jika pembangunan jalan tol Tebingtinggi-Pematangsiantar rampung dikerjakan, menurutnya, yang merasakan manfaatnya bukan hanya masyarakat di sekitar lokasi pembangunan, tapi juga dinikmati seluruh masyarakat Indonesia.
“Saya berharap, proses pembebasan tanah yang memakan waktu dua tahun untuk tol di Tanjungmulia Hilir, tidak terjadi lagi di daerah lain. Untuk tol Tebingtinggi-Pematangsiantar, pengadaan tanah terdiri dari milik PTPN III seluas 282, 92 hektare, PTPN IV 50 hektare, PT Bridgestone Sumatera Rubber Estate 176 hektare, Pemko Pematangsiantar 1,91 hektare dan masyarakat 124 hektare,” katanya.
Dia bersyukur proses pengadaan tanah untuk proyek jalan tol Medan-Pematangsiantar, berjalan lancar dan bisa dibilang tercepat di seluruh Indonesia. “Sebagiannya sudah ada yang dibayarkan. Sebagiannya lagi harus melalui musyawarah dan sebagian lainnya masih dalam proses di Kantor Jasa Penilai Publik (KJPP),” ujarnya.
Pihaknya mengingatkan kepada warga ataupun beberapa pihak yang terimbas PSN, agar lebih mengutamakan kepentingan orang banyak daripada diri sendiri. “Harus diingat, bahwa proyek yang dilaksanakan ini sesuai dengan Undang-undang yang berlaku di negara ini. Karena itu, pemerintah pasti akan memberikan ganti yang sangat layak kepada warga,” pungkasnya.
Saat ini, PT Hutama Marga Waskita sudah memulai pengerjaan tol Tebingtinggi-Serbelawan seksi 3 sepanjang 30 kilometer.
Tahap Penimbunan
Pantauan Sumut Pos, jalan tol Tebingtinggi menuju Pematangsiantar sedang dalam tahap penimbunan tanah. Sejumlah truk bermuatan tanah tampak lalu-lalang keluar masuk di perlintasan tol, tepatnya di Jalinsum Tebinginggi Perkebunan PTPN 3 Kebun Rambutan Dolok Masihul Kecamatan Tebingtinggi Kabupaten Serdang Bedagai, Selasa (7/1).
PT Hutama Marga Waskita (Humawas) selaku kontraktor tampak menimbun ruas jalan tol Tebingtinggi-Serbelawan di lahan PTPN 3 Kebun Rambutan dengan tanah kuning.
Sumut Pos mencoba mencari informasi mengenai progres pembangunan Jalan Tol Tebingtinggi-Pematangsiantar, ke Kantor Waskita di Jalan AMD Kecamatan Bajenis Kota Tebingtinggi. Namun Humas sedang tidak berada di lokasi. “Sedang di luar Pak, tak bisa dihubungi,” ungkap Satpam Waskita, Dedy.
Dedy mengatakan, progres jalan tol Tebingtinggi-Pematangsiantar berjalan lancar tanpa kendala. Ditanya mengenai penggantian lahan milik masyarakat di Kelurahan Pinang Mancung Kecamatan Bajenis Kota Tebingtinggi, menurutnya, sudah selesai.
“Sudah selesai pak masalah tanah warga di Pinang Mancung, begitu juga untuk wilayah lahan pertanian di Desa Sei Blutu Kecamatan Bamban Kabupaten Serdang Bedagai juga tahap penyelesaian,” bilangnya.
Para pekerja yang ditemui di lokasi proyek, mengaku tidak mengetahui progres persentasi pengerjaan tol Tebingtinggi-Pematangssiantar. “Pekerjaan sesuai zona, Pak, mulai dari zona 1 sampai zona 3. Di sini pekerjaan penimbunan tanah terus dilakukan. Pemadatan tanah menggunakan alat berat juga dilakukan,” kata pekerja itu.
Camat Bajenis dan Lurah Pinang Mancung, yang coba dihubungi, tidak berhasil ditemui. Ketua Gakpotan Kelurahan Pinang Mancung Kota Tebingtinggi, Junaidi, menyampaikan wilayah daerah Kota Tebingtinggi yang terkena jalur tol Tebingtinggi Siantar hanya sedikit.
“Wilayah Kelurahan Pinang Mancung yang terkena proyek jalan tol Tebingtinggi-Pematangsiantar hanya 8 hektare. Di antaranya 4 hektar lahan pertanian milik warga, dan 4 hektare bukan lahan pertanian,” jelas Junaidi.
Mengenai ganti rugi lahan, menurut Junaidi, tidak ada masalah. Masyarakat yang tanahnya masuk jalan tol, sudah menerima pembayaran ganti rugi. “Rata-rata tanah mereka dibayar dengan kenaikan harga mencapai 275 persen. Sebelumnya harga tanah sawah satu rante berkisar Rp20 juta. Tapi oleh pengelola tol, ganti rugi untuk satu rante mencapai Rp75 juta,” papar Junaidi.
Karena itu, kata Junaidi, masyarakat yang mendapat kompensasi ganti rugi lahan merasa bersyukur dan menganggapnya seperti rejeki nomplok.
Tol Siantar-Parapat Menyusul
Jika pekerjaan proyek tol Tebingtinggi-Pematangsiantar nantinya selesai, pekerjaan akan dilanjutkan untuk ruas tol Pematangsiantar-Saribudolok-Parapat. Proyek ini diharapkan selesai tahun 2020 ini juga.
Saat ini, ruas tersebut masih dalam proses pembebasan lahan. Ruas ini merupakan bagian dari proyek pembangunan jalan tol Kuala Tanjung-Tebing Tinggi-Parapat.
Sebelumnya, Kepala Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional II Medan, Selamat Rasidi, mengatakan pembebasan lahan untuk rual tol ini terkendala banyaknya areal pemukiman dan areal pemakaman leluhur mayarakat Saribudolok-Parapat. Sehingga pemebasan lahan membutuhkan musyawarah dengan masyarakat sekitar.
Adapun pembangunan jalan tol Pematangsiantar-Parapat terbagi menjadi dua sesi. Yakni porsi pemerintah sepanjang 39 kilometer. Sesi pertama dari Pematangsiantar-Saribudolok sepanjang 22,30 kilometer. Kedua, dari Saribudolok-Parapat sepanjang 16,70 kilometer.
Jalan tol ini merupakan bagian masterplan untuk mempercepat akses perjalanan dari Medan menuju Parapat.
Adapun pembangunan jalan tol Kuala Tanjung-Parapat terbagi dalam enam seksi, yang terbagi untuk porsi Badan Usaha Jalan Tol (BUJT) dan porsi pemerintah. Yakni Seksi 1 Tebing Tinggi- Inderapura (20,4 km), Seksi 2 Inderapura-Kuala Tanjung (15,6 km), Seksi 3 Tebing Tinggi-Serbelawan (30 km), Seksi 4 Serbelawan-Pematangsiantar (28 km), Seksi 5 Pematangsiantar-Seribudolok (22,3 km), dan Seksi 6 Seribudolok-Parapat (16,7 km).
Seluruh ruas tol ini ditargetkan mulai beroperasi akhir 2020, dengan masa konsesi selama 40 tahun. Pembangunannya membutuhkan biaya investasi sekitar Rp 13,4 triliun, termasuk untuk biaya konstruksi sebesar Rp 9,6 triliun.
Jika seluruh ruas tol ini rampung, diharapkan akan meningkatkan konektivitas destinasi wisata, terutama dari Medan ke Kawasan Pariwisata Strategis Nasional (KSPN) Danau Toba, Sumatera Utara. Selain mempercepat waktu tempuh dari Medan ke Danau Toba, jalan tol ini juga diharapkan akan memacu pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara termasuk sektor ekonomi Pelabuhan Kuala Tanjung.
Sebelumnya, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) mengatakan, jalan Tol Kuala Tanjung-Tebing Tinggi-Parapat sepanjang 143,5 km merupakan lanjutan dari jalan Tol Medan-Kualanamu-Tebing Tinggi (MKTT) sepanjang 61,72 km. Sebelumnya, jalan tol Medan-Kualanamu-Tebing Tinggi telah selesai dan terhubung dengan jalan tol Belawan-Medan-Tanjung Morawa (Belmera). (prn/ian)