MEDAN, SUMUTPOS.CO – Plt Wali Kota Medan Ir H Akhyar Nasution MSi dinilai para tetangga sosok pemimpin yang merakyat, sederhana dan juga pekerja keras.
Seperti penuturan salah seorang ulama Sumut, Ustad DR H Ardiansyah LC MA kepada wartawan, Selasa (14/1). Ustad Ardiansyah merupakan tetangga dekat dengan Akhyar Nasution di Jalan Intertip, Kelurahan Pulo Brayan Barat II, Kecamatan Medan Timur. Dia mengaku, dirinya sudah kenal lama dengan Akhyar Nasution, pada saat kali pertama berdomisili di Jalan Intertip Komplek Wartawan sejak Mei 2012.
Bagi Ustad Ardiansyah yang juga Sekretaris Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) Sumut itu, Akhyar sosok sederhana dan apa adanya.
“Saya pindah dari Marelan membeli rumah di Komplek Wartawan pada Mei 2012 lalu. Kebetulan, rumah yang kami beli itu sama. Namanya Pak Zainal Arifin. Dia punya dua rumah, satu saya beli dan satu lagi Pak Akhyar dan Pak Akhyar sudah lama tinggal di situ,” ungkap Ustadz Ardiansyah.
“Sejak itu Alhamdulillah, kami bertetangga bagus. Secara lahiriah, kami selalu memanggilnya abang, sejak Bang akhyar dilantik menjadi Wakil Walikota hingga saat ini, kami di kampung itu, di Komplek Wartawan di Jalan Intertib itu, tidak ada perubahan dari sikap beliau, tata cara bergaul, tegur sapa, layaknya seperti seorang pejabat apalagi petinggi di kota yang bisa dibilang kota terbesar ini. Itu kami syukuri Alhamdulillah, beliau bertetangga dengan baik,” katanya.
Dirinya mengambil contoh, kalau jiran tetangga minta ikut ngantar pengantin, Akhyar tak sungkan untuk mengikuti. Bukan hanya sekali 2 kali, malahan antar pengantin juga kerap dilakukan Akhyar.
“Dan ngantar pengantin itu bisa seharian. Bisa sampai Ashar dan (pulang bareng) rombongan. Kami di Jalan Intertib itu, kami merasa Bang Akhyar ini tidak ada perubahan layak seorang pejabat, tegur sapanya, kehadiran beliau dalam kegiatan-kegiatan di masyarakat, tetap beliau sempatkan (untuk hadir),” terangnya.
Tak hanya itu, Ardiansyah juga melihat bagaimana sikap Akhyar saat kedatangan dan menyambut tamu yang datang ke rumahnya.
“Apalagi pagi-pagi pulang saya sholat subuh, beliau itu nerima tamu dengan canda, dengan senang hati, walaupun gak tahu saya apa urusan mereka datang, apa melaporkan kondisi mereka atau apa, Allahu a’lam, gak tahu kita. Tapi beliau menyambutnya selalu happy. Kadang-kadang tamu datangnya hari Ahad, itu kan waktunya untuk keluarga, (tapi beliau lapang dada menyambutnya),” jelasnya.
Berbicara kesederhanaan, bagi Ustadz Ardiansyah, sosok Akhyar dinilai unik. Walau banyak orang yang berubah drastis ketika menjadi seorang pejabat, namun hal itu jauh dari sosok Akhyar.
“Bagi saya unik juga, setahu saya, beliau itu gak punya mobil selain mobil yang lama, sampai sekarang. Kalau di garasi rumah beliau itu, gak ada lah setahu saya kecuali mobil dinas, ada mobil beliau model hardtop atau apa namanya saya gak tahu, mobil lama, mobil jeep, itu mobil beliau jauh sebelum menjadi wakil walikota.
Unik juga menurut saya, beliau selalu naik sepeda, kereta. Kadang-kadang saya tengok beliau naik sepeda keliling-keliling sampai Marelan sana, kadang sampai Belawan. Saya lihat sering juga beli koran sendiri. Jadi biasa, gaya perawakannya, gak ada formil layaknya seorang pejabat,” bebernya.
Begitu juga dengan istrinya, Nurul Khairani Lubis atau yang akrab disapa Kak Rani. Dirinya tidak ada melihat perubahan drastis ketika sang suami menjadi pejabat.
“Ya biasalah kalau kebanyakan istri pejabat melakukan perawatan, pakai aksesoris yang serba mewah seperti sepatu, tas, jam dan lainnya. Kalau Kak Rani, gak kelihatan seorang istri pejabat. Tidak ada ajudan yang mengawal, dan pakaian juga biasa saja. Dan setahu saya, beliau (Akhyar_RED) juga tidur di rumah yang sekarang. Kak Rani juga belanja sendiri tanpa ada pengawalan,” urainya.
Sebagai tetangga, dirinya memiliki catatan bahwa keluarga Akhyar adalah keluarga yang harmonis.
“Tidak pernah saya dengar suara dengan nada tinggi seperti marah-marah di rumah itu. Kita sangat berdampingan. Anak beliau juga memahami kondisi kesibukan ayahnya,” ungkapnya.
Sebelum menjabat, sebagai abangan, sosok Akhyar juga termasuk yang sangat peduli dengan jiran tetangga dan lingkungan. Bahkan, mereka juga menginisiasi pembuatan portal untuk mencegah terjadinya kemalingan di lingkungan mereka.
“Sekali rapat di rumah beliau, dan rumah saya. Kemudian, ada juga kita buat kegiatan 17-an. Kadang-kadang juga neliau ikut bakar ikan, kehangatan itu masih sangat terasa gak ada yang berubah. Kalau saya rasa, bagi masyarakat, dari dulu Pak Akhyar sebagai tempat mengadu,” tuturnya.
Tak hanya itu, satu hal yang dilihat Ardiansyah soal sikap dan bahasa tubuh Akhyar, yakni tidak membedakan orang.
“Beliau apa adanya, tidak mengada-ada, misalnya ketika orang bertamu, tidak ada pembedaaan siapa yang datang dan apa yang akan disajikan. Makanya orang suka menjumpai dia. Perlu dicontoh juga sikap beliau ini, kadang baru pulang sudah ada tamu yang nunggu,” tandasnya.
Ardiansyah juga mengakui, jalan tempat mereka itu dulunya kurang terperhatikan. Namun kini sudah semakin bagus, baik jalanannya maupun drainasenya.
“Kawasan kami itu, dulunya orang malas pindah ke situ. Karena rawan pencurian dan lainnya, tapi sekarang tempat kami yang paling nyaman,” tutupnya. (adz)