26 C
Medan
Saturday, November 23, 2024
spot_img

Dampak Covid-19, Ekspor Ditutup, Harga Hasil Pertanian di Dairi Anjlok, Petani Menjerit

CABAI: Rommel Sigalingging (40), petani di Desa Parbuluan IV, Kecamatan Parbuluan menunjukkan cabai miliknya yang sudah siap panen. Rommel mengaku harga jual komoditas di tingkat petani murah sehingga mengalami kerugian. RUDY SITANGGANG/SUMUT POS
CABAI: Rommel Sigalingging (40), petani di Desa Parbuluan IV, Kecamatan Parbuluan menunjukkan cabai miliknya yang sudah siap panen. Rommel mengaku harga jual komoditas di tingkat petani murah sehingga mengalami kerugian. RUDY SITANGGANG/SUMUT POS

DAIRI, SUMUTPOS.CO – Dampak pandemi virus Covid-19, membuat harga jual sejumlah hasil pertanian di Kabupaten Dairi murah (anjlok). Komoditas pertanian yang mengalami anjlok seperti cabai, kentang, kol serta kopi arabika. Anjloknya harga komoditas tersebut dikeluhkan para petani yang menjerit karena mereka merugi.

Keluhan disampaikan salahsatu petani, Rommel Sigalingging (40) penduduk Desa Parbuluan IV Kecamatan Parbuluan, saat ditemui wartawan di areal perladangannya, Jumat (24/4).

Rommel menuturkan, sejak wabah Covid-19, para petani di Kecamatan Parbuluan mengalami kerugian besar.

Rommel menyebut, Parbuluan merupakan sentra sayur mayur. Akibat pandemi corona, harga jual di tingkat petani anjlok. “Harga cabai misalnya hanya Rp10 ribu per kilogram (kg). Padahal sebelum wabah Covid-19 misalnya pada bulan Januari 2020 lalu harga ditingkat dilwvel Rp30ribu/kg,” paparnya.

Begitu juga dengan sayur kol harga sekarang hanya Rp400/kg sebelumnya Rp1.500/kg. Selanjutnya kentang, harga jual petani saat ini hanya Rp4.000/kg, sebelumnya diangka Rp9.000/kg. “Paling anjlok saat ini harga kopi arabika, di tingkat petani hanya Rp13 ribu/kg, padahal sebelumnya Rp24 ribu/kg,” ungkapnya.

Rommel mengaku, tanaman cabai miliknya ada sekitar 2000 batang. Modal dikeluarkan untuk perbatangnya rata-rata sekitar Rp7000. “Dengan harga cabai saat ini hanya Rp10 ribu per kg maka dipastikan tidak ada untung dan bahkan merugi. Idealnya, agar menguntungkan petani harga cabai harus di angka Rp20 ribu,” ujar dia.

Rommel mengatakan, anjloknya hasil pertanian seperti sayur mayur karena kran ekspor tertutup akibat covid-19. Dimana, cabai, kol serta kentang asal Kecamatan Parbuluan selama ini diekapor ke negara Singapore dan Thailand. “Tetapi karena negara itu melakuka lock down agen pengumpul tidak bisa mengekspor hasil tani itu,” jelasnya. Bahkan untuk sayur kol, lanjutnya, kemarin tidak laku terjual dan terbuang percuma karena tidak ada agen (toke) yang berani membeli.

Rommel mengaku, hingga saat ini mereka belum mendapat bantuan dari pemerintah yang terdampak Covid-19. Bahkan, penerima bantuan seperti Program Keluarga Harapan (PKH) malah yang mendapat perangkat Desa.

Petani itu berharap kepada Pemerintah Kabupaten Dairi supaya membantu mereka. Karena para petani merugi akibat harga jual komoditas anjlok disebabkan wabah covid-19. (rud/ila)

CABAI: Rommel Sigalingging (40), petani di Desa Parbuluan IV, Kecamatan Parbuluan menunjukkan cabai miliknya yang sudah siap panen. Rommel mengaku harga jual komoditas di tingkat petani murah sehingga mengalami kerugian. RUDY SITANGGANG/SUMUT POS
CABAI: Rommel Sigalingging (40), petani di Desa Parbuluan IV, Kecamatan Parbuluan menunjukkan cabai miliknya yang sudah siap panen. Rommel mengaku harga jual komoditas di tingkat petani murah sehingga mengalami kerugian. RUDY SITANGGANG/SUMUT POS

DAIRI, SUMUTPOS.CO – Dampak pandemi virus Covid-19, membuat harga jual sejumlah hasil pertanian di Kabupaten Dairi murah (anjlok). Komoditas pertanian yang mengalami anjlok seperti cabai, kentang, kol serta kopi arabika. Anjloknya harga komoditas tersebut dikeluhkan para petani yang menjerit karena mereka merugi.

Keluhan disampaikan salahsatu petani, Rommel Sigalingging (40) penduduk Desa Parbuluan IV Kecamatan Parbuluan, saat ditemui wartawan di areal perladangannya, Jumat (24/4).

Rommel menuturkan, sejak wabah Covid-19, para petani di Kecamatan Parbuluan mengalami kerugian besar.

Rommel menyebut, Parbuluan merupakan sentra sayur mayur. Akibat pandemi corona, harga jual di tingkat petani anjlok. “Harga cabai misalnya hanya Rp10 ribu per kilogram (kg). Padahal sebelum wabah Covid-19 misalnya pada bulan Januari 2020 lalu harga ditingkat dilwvel Rp30ribu/kg,” paparnya.

Begitu juga dengan sayur kol harga sekarang hanya Rp400/kg sebelumnya Rp1.500/kg. Selanjutnya kentang, harga jual petani saat ini hanya Rp4.000/kg, sebelumnya diangka Rp9.000/kg. “Paling anjlok saat ini harga kopi arabika, di tingkat petani hanya Rp13 ribu/kg, padahal sebelumnya Rp24 ribu/kg,” ungkapnya.

Rommel mengaku, tanaman cabai miliknya ada sekitar 2000 batang. Modal dikeluarkan untuk perbatangnya rata-rata sekitar Rp7000. “Dengan harga cabai saat ini hanya Rp10 ribu per kg maka dipastikan tidak ada untung dan bahkan merugi. Idealnya, agar menguntungkan petani harga cabai harus di angka Rp20 ribu,” ujar dia.

Rommel mengatakan, anjloknya hasil pertanian seperti sayur mayur karena kran ekspor tertutup akibat covid-19. Dimana, cabai, kol serta kentang asal Kecamatan Parbuluan selama ini diekapor ke negara Singapore dan Thailand. “Tetapi karena negara itu melakuka lock down agen pengumpul tidak bisa mengekspor hasil tani itu,” jelasnya. Bahkan untuk sayur kol, lanjutnya, kemarin tidak laku terjual dan terbuang percuma karena tidak ada agen (toke) yang berani membeli.

Rommel mengaku, hingga saat ini mereka belum mendapat bantuan dari pemerintah yang terdampak Covid-19. Bahkan, penerima bantuan seperti Program Keluarga Harapan (PKH) malah yang mendapat perangkat Desa.

Petani itu berharap kepada Pemerintah Kabupaten Dairi supaya membantu mereka. Karena para petani merugi akibat harga jual komoditas anjlok disebabkan wabah covid-19. (rud/ila)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/