26 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Jadi Andalan Pelepas Penat Usai Pandemi, Ketua MPR Optimis Pariwisata Danau Toba Bangkit

Bambang Soesatyo, Ketua MPR RI
Bambang Soesatyo, Ketua MPR RI

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Ketua MPR RI Bambang Soesatyo optimis pariwisata menjadi salah satu sektor yang akan segera bangkit di era gaya hidup baru. Salah satunya adalah kawasan Danau Toba yang disebut sempurna untuk menjadi destinasi wisata kelas dunia.

“Keindahan alam Danau Toba dengan dukungan kebudayaan Batak merupakan perpaduan yang sempurna menjadikan kawasan Danau Toba sebagai destinasi wisata kelas dunia. Peran serta masyarakat merupakan kunci keberhasilann

Terlebih masyarakat Batak memiliki sistem kekerabatan marga yang kuat, yang bisa menjadi spirit membangun kawasan Danau Toba,” kata Bamsoet dalam keterangannya, Selasa (9/6).

Hal itu dia katakannya saat mengisi Webinar ‘Strategi Pengembangan Pariwisata di Kawasan Danau Toba di Era Gaya Hidup Baru’, yang diselenggarakan Komite Masyarakat Danau Toba.

Mantan Ketua DPR ini meyakini, karakteristik pariwisata di kawasan Danau Toba yang menawarkan keindahan alam sangat sesuai dengan kebutuhan masyarakat yang ingin melepas penat usai pandemi Covid-19. Selanjutnya, tinggal bagaimana masyarakat dan pemerintah setempat bisa menjamin di sekitar kawasan pariwisata tidak terjadi kerumunan serta manajemen hotel memberikan jaminan kebersihan seluruh sarana dan prasarananya.

Kepala Badan Bela Negara FKPPI ini menambahkan, dalam masyarakat Batak ada nilai-nilai semangat kebersamaan yang harus senantiasa dijaga dengan baik, yaitu semboyan ‘Marsipature Hutanabe’ atau ‘Saling Membangun Kampung Halaman’.

Semboyan tersebut memiliki makna yang sangat dalam, utamanya bagi para perantau untuk membangun kampung halamannya sebagai perwujudan semangat gotong royong yang dijiwai nilai-nilai Pancasila. Jika setiap kelompok masyarakat Batak memiliki semangat yang sama untuk membangun daerah asal, maka kawasan Danau Toba akan maju dan mampu menghadapi berbagai tantangan yang ada.

“Dengan banyaknya tokoh, baik pejabat, pengusaha, seniman dan budayawan, maupun tokoh lainnya yang lahir dari daerah ini, seharusnya bisa menjadi sumberdaya potensial untuk menggerakkan kemajuan perekonomian Danau Toba, terutama di saat terjadinya pandemi seperti sekarang ini,” jelas Bamsoet.

Selain itu dirinya juga berharap pemerintah bisa memberikan insentif khusus untuk merangsang para wisatawan kembali membanjiri obyek wisata dengan tetap menerapkan protokol kesehatan. Semisal, pemerintah bisa bekerja sama dengan maskapai penerbangan memberikan diskon tiket pesawat. “Khususnya, untuk penerbangan ke 10 kawasan wisata prioritas yang dikenal dengan 10 Bali Baru, di mana kawasan Danau Toba masuk di dalamnya. Tentunya, dengan catatan protokol kesehatan pencegahan penyebaran COVID-19 tetap dipertahankan,” ujar Bamsoet.

Wakil Ketua Umum KADIN Indonesia ini memaparkan, pada dasarnya kebutuhan masyarakat terhadap wisata sangat tinggi. Jika dahulu pariwisata hanya masuk kategori kebutuhan tersier, kini sudah menjadi kebutuhan primer. Bahkan masyarakat rela menabung untuk mempersiapkan wisata ke berbagai tempat. Tak jarang dalam setahun, setiap orang bisa dua sampai tiga kali berwisata.

“Salah satu paradigma baru pariwisata di era gaya hidup baru tak hanya sekadar pada padatnya kerumunan turis. Tetapi pada kualitas, kesan, dan pengalaman yang diberikan tempat wisata kepada para turis. Kawasan Danau Toba jika dikelola secara serius dan berkelanjutan, punya potensi besar untuk segera bangkit dari pandemi,” pungkas Bamsoet.

Objek Wisata Belum Dibuka Lagi

Sementara, hingga kini belum ada tanda-tanpa kapan objek wisata di Sumut bakal dibuka kembali, meskipun bakal diterapkan konsep tatanan new normal. Kepala Bidang Bina Pemasaran Pariwisata Disbudpar Sumut, Mukhlis Nasution mengatakan, untuk pembukaan kembali destinasi pariwisata di Sumut, pihaknya telah melaksanakan rapat koordinasi dengan seluruh pemda. Baik yang status daerahnya masih zona merah ataupun hijau dampak Covid-19, jika pun nanti destinasi wisata akan dibuka tetap harus menerapkan protokol kesehatan.

“Nah, standar operasional prosedur masing-masing daerah ini juga tentunya berbeda-beda yang akan diterapkan menyesuaikan protokol pencegahan Covid-19. Misal di destinasi pemandian, akan berbeda diterapkan untuk destinasi jenis lain,” kata Mukhlis Nasution menjawab Sumut Pos, Selasa (9/6).

Ia mengakui, sudah banyak pemda yang mengirimkan draf SOP kepada Disbudpar Sumut, di mana nantinya diusulkan oleh tim perumus ke Gugus Tugas Percepatan Penanganan (GTPP) Covid-19 Sumut, sebelum kebijaksanaan konsep new normal diterapkan di provinsi ini.

“Merujuk pada SOP yang berbeda-beda pada lokasi wisata yang ada di Sumut, kemudian perlu dilihat pula daerah itu zona merah atau zona hijau. Pak gubernur menekankan akan hati-hati dalam mengkaji ini, dan sedang dibahas sebelum dirumuskan sebagai bagian dari konsep new normal melalui SOP tentang destinasi pariwisata yang dikirim daerah,” terangnya.

Mengenai konsep new normal sendiri, diakuinya, masyarakat juga mesti diberikan pemahaman utuh. Artinya, jika dilihat dari kondisi di lapangan hari ini, masyarakat terkesan menganggap bahwa new normal itu sebagai kondisi yang telah normal dari wabah Corona. “Padahal konsep tersebut adalah bagaimana kita punya kebiasaan baru di tengah virus yang masih mewabah, serta meskipun aktivitas sosial mulai dibuka perlahan-lahan tetap mesti mematuhi protokol pencegahan Covid-19,” katanya.

Ia menambahkan, salah satu niat pemerintah menerapkan tatanan hidup baru ini agar sektor perekonomian kembali bergeliat di tengah pandemi Covid-19. Termasuk sektor pariwisata yang memang sebagai pendukung bergeraknya roda perekonomian masyarakat. “Tetapi saya tidak ingat daerah mana saja yang telah mengirimkan SOP tersebut. Namun yang jelas hal itu akan jadi masukan bagi sektor pariwisata kita dalam penerapan new normal di Sumut,” pungkasnya.

Sementara pengamat pariwisata, Wahyu Ario Pratomo meminta pemerintah segera mengambil langkah untuk segera membuka kembali sektor pariwisata agar perekonomian dapat tumbuh. “Penerapan new normal bertujuan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, kesempatan kerja dan pendapatan masyarakat,” kata Wahyu kepada Sumut Pos, Selasa (9/6).

Diakuinya, selama pandemi Covid-19 ini, sektor pariwisata menjadi sektor yang paling terpukul atau terdampak. “Setelah mengalami pengetatan aktivitas, tentunya masyarakat merasa jenuh. Dengan waktu yang sebagian besar dihabiskan di rumah membuat hidup menjadi lebih tidak berwarna, sehingga berwisata ke daerah lain akan menjadi kegiatan yang diidamkan oleh masyarakat,” jelas Wahyu.

Di sisi lain ia mengungkapkana, pelaku bisnis di sektor pariwisata mengalami pendapatan yang merosot tajam. Bahkan hotel-hotel di daerah pariwisata ditutup untuk mengantisipasi penyebaran Covid-19. “Penerimaan yang rendah berakibat hotel dan restoran di kawasan pariwisata tidak memperoleh pendapatan. Ketika masyarakat di sekitar itu tidak memiliki pendapatan, maka masalah sosial akan dapat muncul,” ungkap Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) USU itu.

Dengn begitu, ia menilai, pembukaan objek wisata akan memberikan dampak positif bagi pelaku usaha dan masyarakat yang ingin melakukan kegiatan wisata. Namun, pemerintah harus hadir dengan menyiapkan aturan yang harus dipatuhi bersama, agar korban tidak bertambah. “Jadi, protokol kesehatan harus ditaati. Dan tidak boleh dilanggar. Apabila ada wisatawan yang sakit, tidak boleh ke hotel. Harus menggunakan masker. Hand sanitizer disediakan, tempat cuci tangan harus disediakan,” kata Wahyu.

Tentunya hal ini bertujuan untuk keselamatan bersama. Ia menjelaskan, pebisnis di sektor pariwisata dapat kembali beroperasi, masyarakat dapat bekerja kembali dan wisatawan dapat menikmati liburan. “Pemerintah selaku regulator, telah menyusun aturan yang harus dipenuhi secara utuh. Jangan pengawasan nanti setengah-setengah,” tutur Wahyu.

Wahyu mengingatkan, peristiwa terakhir yang kemudian mencoreng destinasi pariwisata di Danau Toba, yaitu tenggelamnya Kapal Sinar Bangun, beberapa tahun lalu. Bermula dari lengahnya pengawasan. “Jangan sampai nanti, Danau Toba menjadi sorotan dunia karena menjadi sumber penyebaran virus Covid-19. Hilanglah citra Danau Toba menjadi destinasi wisatawan unggulan di Indonesia,” tandasnya. (dtc/prn/gus)

Bambang Soesatyo, Ketua MPR RI
Bambang Soesatyo, Ketua MPR RI

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Ketua MPR RI Bambang Soesatyo optimis pariwisata menjadi salah satu sektor yang akan segera bangkit di era gaya hidup baru. Salah satunya adalah kawasan Danau Toba yang disebut sempurna untuk menjadi destinasi wisata kelas dunia.

“Keindahan alam Danau Toba dengan dukungan kebudayaan Batak merupakan perpaduan yang sempurna menjadikan kawasan Danau Toba sebagai destinasi wisata kelas dunia. Peran serta masyarakat merupakan kunci keberhasilann

Terlebih masyarakat Batak memiliki sistem kekerabatan marga yang kuat, yang bisa menjadi spirit membangun kawasan Danau Toba,” kata Bamsoet dalam keterangannya, Selasa (9/6).

Hal itu dia katakannya saat mengisi Webinar ‘Strategi Pengembangan Pariwisata di Kawasan Danau Toba di Era Gaya Hidup Baru’, yang diselenggarakan Komite Masyarakat Danau Toba.

Mantan Ketua DPR ini meyakini, karakteristik pariwisata di kawasan Danau Toba yang menawarkan keindahan alam sangat sesuai dengan kebutuhan masyarakat yang ingin melepas penat usai pandemi Covid-19. Selanjutnya, tinggal bagaimana masyarakat dan pemerintah setempat bisa menjamin di sekitar kawasan pariwisata tidak terjadi kerumunan serta manajemen hotel memberikan jaminan kebersihan seluruh sarana dan prasarananya.

Kepala Badan Bela Negara FKPPI ini menambahkan, dalam masyarakat Batak ada nilai-nilai semangat kebersamaan yang harus senantiasa dijaga dengan baik, yaitu semboyan ‘Marsipature Hutanabe’ atau ‘Saling Membangun Kampung Halaman’.

Semboyan tersebut memiliki makna yang sangat dalam, utamanya bagi para perantau untuk membangun kampung halamannya sebagai perwujudan semangat gotong royong yang dijiwai nilai-nilai Pancasila. Jika setiap kelompok masyarakat Batak memiliki semangat yang sama untuk membangun daerah asal, maka kawasan Danau Toba akan maju dan mampu menghadapi berbagai tantangan yang ada.

“Dengan banyaknya tokoh, baik pejabat, pengusaha, seniman dan budayawan, maupun tokoh lainnya yang lahir dari daerah ini, seharusnya bisa menjadi sumberdaya potensial untuk menggerakkan kemajuan perekonomian Danau Toba, terutama di saat terjadinya pandemi seperti sekarang ini,” jelas Bamsoet.

Selain itu dirinya juga berharap pemerintah bisa memberikan insentif khusus untuk merangsang para wisatawan kembali membanjiri obyek wisata dengan tetap menerapkan protokol kesehatan. Semisal, pemerintah bisa bekerja sama dengan maskapai penerbangan memberikan diskon tiket pesawat. “Khususnya, untuk penerbangan ke 10 kawasan wisata prioritas yang dikenal dengan 10 Bali Baru, di mana kawasan Danau Toba masuk di dalamnya. Tentunya, dengan catatan protokol kesehatan pencegahan penyebaran COVID-19 tetap dipertahankan,” ujar Bamsoet.

Wakil Ketua Umum KADIN Indonesia ini memaparkan, pada dasarnya kebutuhan masyarakat terhadap wisata sangat tinggi. Jika dahulu pariwisata hanya masuk kategori kebutuhan tersier, kini sudah menjadi kebutuhan primer. Bahkan masyarakat rela menabung untuk mempersiapkan wisata ke berbagai tempat. Tak jarang dalam setahun, setiap orang bisa dua sampai tiga kali berwisata.

“Salah satu paradigma baru pariwisata di era gaya hidup baru tak hanya sekadar pada padatnya kerumunan turis. Tetapi pada kualitas, kesan, dan pengalaman yang diberikan tempat wisata kepada para turis. Kawasan Danau Toba jika dikelola secara serius dan berkelanjutan, punya potensi besar untuk segera bangkit dari pandemi,” pungkas Bamsoet.

Objek Wisata Belum Dibuka Lagi

Sementara, hingga kini belum ada tanda-tanpa kapan objek wisata di Sumut bakal dibuka kembali, meskipun bakal diterapkan konsep tatanan new normal. Kepala Bidang Bina Pemasaran Pariwisata Disbudpar Sumut, Mukhlis Nasution mengatakan, untuk pembukaan kembali destinasi pariwisata di Sumut, pihaknya telah melaksanakan rapat koordinasi dengan seluruh pemda. Baik yang status daerahnya masih zona merah ataupun hijau dampak Covid-19, jika pun nanti destinasi wisata akan dibuka tetap harus menerapkan protokol kesehatan.

“Nah, standar operasional prosedur masing-masing daerah ini juga tentunya berbeda-beda yang akan diterapkan menyesuaikan protokol pencegahan Covid-19. Misal di destinasi pemandian, akan berbeda diterapkan untuk destinasi jenis lain,” kata Mukhlis Nasution menjawab Sumut Pos, Selasa (9/6).

Ia mengakui, sudah banyak pemda yang mengirimkan draf SOP kepada Disbudpar Sumut, di mana nantinya diusulkan oleh tim perumus ke Gugus Tugas Percepatan Penanganan (GTPP) Covid-19 Sumut, sebelum kebijaksanaan konsep new normal diterapkan di provinsi ini.

“Merujuk pada SOP yang berbeda-beda pada lokasi wisata yang ada di Sumut, kemudian perlu dilihat pula daerah itu zona merah atau zona hijau. Pak gubernur menekankan akan hati-hati dalam mengkaji ini, dan sedang dibahas sebelum dirumuskan sebagai bagian dari konsep new normal melalui SOP tentang destinasi pariwisata yang dikirim daerah,” terangnya.

Mengenai konsep new normal sendiri, diakuinya, masyarakat juga mesti diberikan pemahaman utuh. Artinya, jika dilihat dari kondisi di lapangan hari ini, masyarakat terkesan menganggap bahwa new normal itu sebagai kondisi yang telah normal dari wabah Corona. “Padahal konsep tersebut adalah bagaimana kita punya kebiasaan baru di tengah virus yang masih mewabah, serta meskipun aktivitas sosial mulai dibuka perlahan-lahan tetap mesti mematuhi protokol pencegahan Covid-19,” katanya.

Ia menambahkan, salah satu niat pemerintah menerapkan tatanan hidup baru ini agar sektor perekonomian kembali bergeliat di tengah pandemi Covid-19. Termasuk sektor pariwisata yang memang sebagai pendukung bergeraknya roda perekonomian masyarakat. “Tetapi saya tidak ingat daerah mana saja yang telah mengirimkan SOP tersebut. Namun yang jelas hal itu akan jadi masukan bagi sektor pariwisata kita dalam penerapan new normal di Sumut,” pungkasnya.

Sementara pengamat pariwisata, Wahyu Ario Pratomo meminta pemerintah segera mengambil langkah untuk segera membuka kembali sektor pariwisata agar perekonomian dapat tumbuh. “Penerapan new normal bertujuan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, kesempatan kerja dan pendapatan masyarakat,” kata Wahyu kepada Sumut Pos, Selasa (9/6).

Diakuinya, selama pandemi Covid-19 ini, sektor pariwisata menjadi sektor yang paling terpukul atau terdampak. “Setelah mengalami pengetatan aktivitas, tentunya masyarakat merasa jenuh. Dengan waktu yang sebagian besar dihabiskan di rumah membuat hidup menjadi lebih tidak berwarna, sehingga berwisata ke daerah lain akan menjadi kegiatan yang diidamkan oleh masyarakat,” jelas Wahyu.

Di sisi lain ia mengungkapkana, pelaku bisnis di sektor pariwisata mengalami pendapatan yang merosot tajam. Bahkan hotel-hotel di daerah pariwisata ditutup untuk mengantisipasi penyebaran Covid-19. “Penerimaan yang rendah berakibat hotel dan restoran di kawasan pariwisata tidak memperoleh pendapatan. Ketika masyarakat di sekitar itu tidak memiliki pendapatan, maka masalah sosial akan dapat muncul,” ungkap Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) USU itu.

Dengn begitu, ia menilai, pembukaan objek wisata akan memberikan dampak positif bagi pelaku usaha dan masyarakat yang ingin melakukan kegiatan wisata. Namun, pemerintah harus hadir dengan menyiapkan aturan yang harus dipatuhi bersama, agar korban tidak bertambah. “Jadi, protokol kesehatan harus ditaati. Dan tidak boleh dilanggar. Apabila ada wisatawan yang sakit, tidak boleh ke hotel. Harus menggunakan masker. Hand sanitizer disediakan, tempat cuci tangan harus disediakan,” kata Wahyu.

Tentunya hal ini bertujuan untuk keselamatan bersama. Ia menjelaskan, pebisnis di sektor pariwisata dapat kembali beroperasi, masyarakat dapat bekerja kembali dan wisatawan dapat menikmati liburan. “Pemerintah selaku regulator, telah menyusun aturan yang harus dipenuhi secara utuh. Jangan pengawasan nanti setengah-setengah,” tutur Wahyu.

Wahyu mengingatkan, peristiwa terakhir yang kemudian mencoreng destinasi pariwisata di Danau Toba, yaitu tenggelamnya Kapal Sinar Bangun, beberapa tahun lalu. Bermula dari lengahnya pengawasan. “Jangan sampai nanti, Danau Toba menjadi sorotan dunia karena menjadi sumber penyebaran virus Covid-19. Hilanglah citra Danau Toba menjadi destinasi wisatawan unggulan di Indonesia,” tandasnya. (dtc/prn/gus)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/