25 C
Medan
Tuesday, November 26, 2024
spot_img

Umrah Pertama di Masa Pandemi Covid-19, Masjidil Haram Sambut 108.041 Jamaah

SUMUTPOS.CO – Lebih dari enam bulan vakum, Masjidil Haram di Makkah, Arab Saudi, kembali menyambut kelompok jamaah umrah untuk pertama kalinya di tengah pandemi Covid-19,  Minggu (4/10) pagi waktu setempat. Untuk bisa melaksanakan ibadah umroh, umat Muslim dari seluruh dunia harus terlebih dulu mendaftar melalui aplikasi EatMarna.

PERIKSA SUHU TUBUH: Jamaah umrah menjalani pemeriksaan oleh petugas sebelum masuk ke dalam Masjidil Haram, Arab Saudi, Minggu (4/10) waktu setempat.
PERIKSA SUHU TUBUH: Jamaah umrah menjalani pemeriksaan oleh petugas sebelum masuk ke dalam Masjidil Haram, Arab Saudi, Minggu (4/10) waktu setempat.

PENDAFTARAN umroh melalui aplikasi EatMarna ini mulai dibuka sejak 27 September 2020 lalu. Pada satu jam pertama pembukaan, jumlah yang mendaftar mencapai 16 ribu jamaah. Tercatat, jamaah yang mendaftar melalui aplikasi tersebut mencapai 309.686 orang Saudi dan ekspatriat pada akhir minggu pertama peluncurannya, termasuk 224.929 jamaah terdaftar dan 84.757 pendamping.

Pemerintah Arab Saudi pun telah mengeluarkan izin untuk 108.041 jamaah umroh di fase pertama, mulai 4 Oktober 2020. Jamaah terdiri dari 42.873 untuk warga Arab Saudi, 65.168 untuk pemegang izin tinggal (residents) termasuk ekspatriat dan 10.041 untuk warga yang mendaftar aplikasi via EatMarnan

Dari data statistik terlihat, sebanyak 8 persen pendaftar ibadah umroh berusia 51 sampai 60 tahun. Sementara yang diizinkan melaksanakan umroh pada fase pertama nanti adalah, jamaah berusia 41 sampai 50 tahun sebanyak 14 persen, jamaah berumur 20 sampai 30 tahun sejumlah 17 persen, jamaah antara 31 sampai 40 tahun dengan jumlah 26 persen dan jamaah berumur 60 tahun 35 persen.

Pada umroh fase pertama kemarin, untuk mengakomodasi 6.000 jamaah per hari, Kementerian Haji dan Umrah telah menyiapkan lima titik temu, antara lain Al-Gaza, Ajyad, dan Al-Shasha, di mana para jamaah akan bertemu dan bergabung dengan petugas medis di dalam bus menuju Masjidil Haram.

Dalam menyambut kedatangan kelompok jamaah pertama, kamera pengukur suhu dipasang di pintu-pintu masuk dan di dalam halaman Masjidil Haram untuk memonitor suhu tubuh jamaah dan mengirimkan peringatan jika diperlukan.

Hal itu telah direncanakan sejak pandemi mulai masuk ke wilayah itu, untuk menjamin keamanan para jamaah serta memungkinkan respons cepat terhadap keadaan yang berpotensi kasus Covid-19.

Sekitar 1.000 petugas telah mendapat pelatihan untuk mengawasi pelaksanaan ritual ibadah umrah di Masjidil Haram.

Kompleks masjid juga dibersihkan 10 kali dalam sehari di sela-sela pergantian kelompok jamaah, termasuk di bagian yang biasanya dipadati jamaah, seperti air mancur, karpet, dan toilet. Eskalator menuju lantai atas juga dilengkapi dengan alat pembersih, tempat cuci tangan disediakan di sejumlah titik masuk masjid. Selain itu, sistem pendingin udara juga dilengkapi dengan teknologi sanitasi ultraviolet, dengan jadwal pembersihan enam kali sehari. Otoritas juga meluncurkan sejumlah inisiatif, termasuk Kammamat atau penggunaan masker.

Menteri Haji dan Umroh Arab Saudi Mohammed Saleh Benten sebelumnya mengatakan, selain jamaah harus mentaati protokol kesehatan, usia mereka juga dibatasi minimal 18 tahun dan maksimal 65 tahun. “Kami juga telah menetapkan kelompok usia antara 18-65 tahun bagi mereka yang mampu,” jelas dia dalam sebuah wawancara di TV Nasional dikutip dari Arab News.

Meski ibadah Umroh telah dibuka, namun pemerintah Arab Saudi melakukan larangan terhadap tiga negara India, Brazil, dan Argentina. Larangan ini guna menghindari penyebaran Covid-19 yang lebih parah di Arab Saudi. Sementara untuk Indonesia telah mendapatkan izin untuk mulai kembali menjalankan ibadah Umroh.

Direktur Jenderal Penyelenggaraan Haji Umroh Kementerian Agama (Kemenag) Republik Indonesia, Nizar Ali akan memastikan agar jamaah Indonesia dapat kembali melakukan ibadah Umroh ke Tanah Suci. “Kalau 1 November itu bisa. Kalau Indonesia kan nggak termasuk dalam negara yang tak diperbolehkan (masuk wilayah Arab), berarti boleh,” Ungkap Nizar Ali sebagaimana dilansir dalam Mantra Sukabumi pada Kamis (1/10) pekan lalu.

Lebih lanjut Nizar Ali menyebutkan, Indonesia telah diperbolehkan oleh otoritas Pemerintahan Arab Saudi sehingga November mendatang umat Muslim Indonesia dapat menajalankan ibadah Umroh. Pihak Kemenag saat ini sedang menyusun aturan protokol kesehatan untuk melaksanakan ibadah Umroh di masa pandemi Covid-19 ini untuk memberikan pelayanan dan perlindungan yang maksimal terhadap semua jamaah Indonesia.

Dibukanya kembali ibadah umroh setelah enam bulan lebih ditutup karena Pandemi Covid-19 menjadi kabar gembira bagi umat Islam. Salah satunya Sattam Jassar, seorang ekspatriat dari Yaman yang sudah bertahun-tahun kerja di Arab Saudi.

Menurut dia tidak semua orang bisa merasakan kesempatan mengunjungi Baitullah. Maka ketika ada keputusa Pemerintah Arab Saudi membuka kembali umroh, dia pun tak akan menyia-nyiakan kesempatan ini. “Saya merasa pandemi ini akan segera berakhir dan saya bisa umroh dengan nyaman. Banyak ekspatriat di Arab Saudi yang izin tinggalnya telah berakhir dan bersiap kembali ke negaranya. Saya percaya, orang-orang ini harus diberi kesempatan untuk menunaikan ibadah haji karena mungkin mereka tidak mendapatkan kesempatan lagi mengunjungi Masjidil Haram di Mekkah,” kata dia.

Ada juga Saleh Al Qudaimi, seorang ekspatriat yang bekerja sebagai sopir di Arab Saudi. Dia berharap bisa melaksanakan ibadah umroh di fase pertama yakni mulai 4 Oktober ini. Atau paling tidak bisa umroh sebelum pulang ke negara asalnya.

“Anda tidak bisa membayangkan betapa tidak sabar saya mengenakan pakaian putih dan mengelilingi Kakbah yang sakral. Pandemi ini telah membuat saya kehilangan kesenangan yang saya rasakan ketika berada di Masjidil Haram. Saya ingin umroh setidaknya sekali lagi dalam hidup saya,” terangnya.(dtc/bbs)

SUMUTPOS.CO – Lebih dari enam bulan vakum, Masjidil Haram di Makkah, Arab Saudi, kembali menyambut kelompok jamaah umrah untuk pertama kalinya di tengah pandemi Covid-19,  Minggu (4/10) pagi waktu setempat. Untuk bisa melaksanakan ibadah umroh, umat Muslim dari seluruh dunia harus terlebih dulu mendaftar melalui aplikasi EatMarna.

PERIKSA SUHU TUBUH: Jamaah umrah menjalani pemeriksaan oleh petugas sebelum masuk ke dalam Masjidil Haram, Arab Saudi, Minggu (4/10) waktu setempat.
PERIKSA SUHU TUBUH: Jamaah umrah menjalani pemeriksaan oleh petugas sebelum masuk ke dalam Masjidil Haram, Arab Saudi, Minggu (4/10) waktu setempat.

PENDAFTARAN umroh melalui aplikasi EatMarna ini mulai dibuka sejak 27 September 2020 lalu. Pada satu jam pertama pembukaan, jumlah yang mendaftar mencapai 16 ribu jamaah. Tercatat, jamaah yang mendaftar melalui aplikasi tersebut mencapai 309.686 orang Saudi dan ekspatriat pada akhir minggu pertama peluncurannya, termasuk 224.929 jamaah terdaftar dan 84.757 pendamping.

Pemerintah Arab Saudi pun telah mengeluarkan izin untuk 108.041 jamaah umroh di fase pertama, mulai 4 Oktober 2020. Jamaah terdiri dari 42.873 untuk warga Arab Saudi, 65.168 untuk pemegang izin tinggal (residents) termasuk ekspatriat dan 10.041 untuk warga yang mendaftar aplikasi via EatMarnan

Dari data statistik terlihat, sebanyak 8 persen pendaftar ibadah umroh berusia 51 sampai 60 tahun. Sementara yang diizinkan melaksanakan umroh pada fase pertama nanti adalah, jamaah berusia 41 sampai 50 tahun sebanyak 14 persen, jamaah berumur 20 sampai 30 tahun sejumlah 17 persen, jamaah antara 31 sampai 40 tahun dengan jumlah 26 persen dan jamaah berumur 60 tahun 35 persen.

Pada umroh fase pertama kemarin, untuk mengakomodasi 6.000 jamaah per hari, Kementerian Haji dan Umrah telah menyiapkan lima titik temu, antara lain Al-Gaza, Ajyad, dan Al-Shasha, di mana para jamaah akan bertemu dan bergabung dengan petugas medis di dalam bus menuju Masjidil Haram.

Dalam menyambut kedatangan kelompok jamaah pertama, kamera pengukur suhu dipasang di pintu-pintu masuk dan di dalam halaman Masjidil Haram untuk memonitor suhu tubuh jamaah dan mengirimkan peringatan jika diperlukan.

Hal itu telah direncanakan sejak pandemi mulai masuk ke wilayah itu, untuk menjamin keamanan para jamaah serta memungkinkan respons cepat terhadap keadaan yang berpotensi kasus Covid-19.

Sekitar 1.000 petugas telah mendapat pelatihan untuk mengawasi pelaksanaan ritual ibadah umrah di Masjidil Haram.

Kompleks masjid juga dibersihkan 10 kali dalam sehari di sela-sela pergantian kelompok jamaah, termasuk di bagian yang biasanya dipadati jamaah, seperti air mancur, karpet, dan toilet. Eskalator menuju lantai atas juga dilengkapi dengan alat pembersih, tempat cuci tangan disediakan di sejumlah titik masuk masjid. Selain itu, sistem pendingin udara juga dilengkapi dengan teknologi sanitasi ultraviolet, dengan jadwal pembersihan enam kali sehari. Otoritas juga meluncurkan sejumlah inisiatif, termasuk Kammamat atau penggunaan masker.

Menteri Haji dan Umroh Arab Saudi Mohammed Saleh Benten sebelumnya mengatakan, selain jamaah harus mentaati protokol kesehatan, usia mereka juga dibatasi minimal 18 tahun dan maksimal 65 tahun. “Kami juga telah menetapkan kelompok usia antara 18-65 tahun bagi mereka yang mampu,” jelas dia dalam sebuah wawancara di TV Nasional dikutip dari Arab News.

Meski ibadah Umroh telah dibuka, namun pemerintah Arab Saudi melakukan larangan terhadap tiga negara India, Brazil, dan Argentina. Larangan ini guna menghindari penyebaran Covid-19 yang lebih parah di Arab Saudi. Sementara untuk Indonesia telah mendapatkan izin untuk mulai kembali menjalankan ibadah Umroh.

Direktur Jenderal Penyelenggaraan Haji Umroh Kementerian Agama (Kemenag) Republik Indonesia, Nizar Ali akan memastikan agar jamaah Indonesia dapat kembali melakukan ibadah Umroh ke Tanah Suci. “Kalau 1 November itu bisa. Kalau Indonesia kan nggak termasuk dalam negara yang tak diperbolehkan (masuk wilayah Arab), berarti boleh,” Ungkap Nizar Ali sebagaimana dilansir dalam Mantra Sukabumi pada Kamis (1/10) pekan lalu.

Lebih lanjut Nizar Ali menyebutkan, Indonesia telah diperbolehkan oleh otoritas Pemerintahan Arab Saudi sehingga November mendatang umat Muslim Indonesia dapat menajalankan ibadah Umroh. Pihak Kemenag saat ini sedang menyusun aturan protokol kesehatan untuk melaksanakan ibadah Umroh di masa pandemi Covid-19 ini untuk memberikan pelayanan dan perlindungan yang maksimal terhadap semua jamaah Indonesia.

Dibukanya kembali ibadah umroh setelah enam bulan lebih ditutup karena Pandemi Covid-19 menjadi kabar gembira bagi umat Islam. Salah satunya Sattam Jassar, seorang ekspatriat dari Yaman yang sudah bertahun-tahun kerja di Arab Saudi.

Menurut dia tidak semua orang bisa merasakan kesempatan mengunjungi Baitullah. Maka ketika ada keputusa Pemerintah Arab Saudi membuka kembali umroh, dia pun tak akan menyia-nyiakan kesempatan ini. “Saya merasa pandemi ini akan segera berakhir dan saya bisa umroh dengan nyaman. Banyak ekspatriat di Arab Saudi yang izin tinggalnya telah berakhir dan bersiap kembali ke negaranya. Saya percaya, orang-orang ini harus diberi kesempatan untuk menunaikan ibadah haji karena mungkin mereka tidak mendapatkan kesempatan lagi mengunjungi Masjidil Haram di Mekkah,” kata dia.

Ada juga Saleh Al Qudaimi, seorang ekspatriat yang bekerja sebagai sopir di Arab Saudi. Dia berharap bisa melaksanakan ibadah umroh di fase pertama yakni mulai 4 Oktober ini. Atau paling tidak bisa umroh sebelum pulang ke negara asalnya.

“Anda tidak bisa membayangkan betapa tidak sabar saya mengenakan pakaian putih dan mengelilingi Kakbah yang sakral. Pandemi ini telah membuat saya kehilangan kesenangan yang saya rasakan ketika berada di Masjidil Haram. Saya ingin umroh setidaknya sekali lagi dalam hidup saya,” terangnya.(dtc/bbs)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/