26 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Pascaoperasi Pemisahan di RSUP H Adam Malik, Kondisi Adam dan Aris Masih Dipantau Ketat

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Adam dan Aris, bayi kembar siam asal Kabupaten Labuhanbatu berhasil dipisahkan, setelah dioperasi tim medis Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik (RSUP HAM), Medan, Rabu (20/1). Pascaoperasi, kedua bayi yang lahir dari pasangan Supono (32) dan Nur Rahmawati (26) tersebut sudah stabil.

STABIL: Adam dan Aris, bayi kembar siam asal Kabupaten Labuhanbatu masih dirawat intensif di ruang ICU RSUP H Adam Malik, Medan, Kamis (21/1). Kondisi keduanya telah stabil, setelah menjalani operasi pemisahan selama 9 jam lebih sehari sebelumnya.

OPERASI dimulai pukul 08.00 WIB dan baru bisa dipisahkan pukul 17.40 WIB. Kemudian, dilakukan tindakan setelah operasi dan kedua bayi baru bisa dipindahkan ke ruang ICU pada pukul 21.00 WIB.

Sekretaris Tim Penanganan Bayi Kembar Siam RSUP HAM, dr Rizky Adriansyah MKed (Ped) SpA(K) mengatakan, Adam dan Aris kini masih dirawat di ruang ICU anak.

Setelah operasi pemisahan, perlu dilakukan pemantauan secara intens selama 3×24 jam. “Saat ini belum bisa disampaikan secara teknis bagaimana kondisi Adam dan Aris. Namun, kondisinya sejauh ini relatif stabil,” kata Rizky saat temu pers di rumah sakit tersebut, Kamis (21/1).

Diakui Rizky, operasi yang dilakukan terhadap kedua bayi memang membutuhkan waktu cukup lama, berbeda dengan kasus bayi kembar siam sebelumnya. Sebab, pada kasus Adam dan Aris ini defeknya cukup besar, kemungkinkan setara dengan kasus Sahira-Fahira (dari Asahan tahun 2017) atau bahkan lebih lebar.

“Luas bagian yang dioperasi cukup besar, mulai dari bagian perut hingga sedikit ke bagian dada. Sebab ada bagian yang dempet dari dinding jantung. Akan tetapi, belum ada kendala yang berarti sejauh ini,” ujarnya didampingi Dr dr Erjan Fikri MSurg SpBA (K), dr Utama Abdi Tarigan SpBP-RE (K), dr Yutu Solihat SpAn KAKV dan tim medis yang melakukan operasi pemisahan kedua bayi tersebut.

Rizky menuturkan, hati kedua bayi yang sebelumnya menempel kini sudah dipisah dan begitu juga dengan dinding jantungnya. Hanya saja, memang perlu waktu pemulihan pascaoperasi.

Direktur Utama (Dirut) RSUP HAM dr Zainal Safri SpPD-KKV SpJP(K) menyatakan, kedua bayi memang sudah dirawat cukup lama dan menunggu waktu yang tepat untuk dilakukan operasi. Terkait biaya operasi dan perawatan, sudah ditanggung oleh pihak rumah sakit dan pemerintah. “Tidak ada dibebankan kepada keluarga,” ujarnya.

Sementara, dr Utama Abdi Tarigan SpBP-RE (K) mengungkapkan, kulit pada bagian perutnya yang dibelah untuk dioperasi masih bisa ditutup, meski defeknya begitu besar. Bahkan, defeknya kemungkinan yang paling besar dari operasi pemisahan bayi kembar siam sebelum-sebelumnya di RSUP HAM. “Sejauh ini defeknya masih vital kondisinya, sehingga perlu pemantauan secara ketat beberapa hari ke depan,” ucapnya.

Setelah dilakukan pemantauan beberapa hari, sambung Utama, kemudian dievaluasi lagi apakah penutup kulit di bagian perut bisa bertahan dengan baik. “Jika nanti tidak baik kondisinya, kita sudah menyiapkan langkah-langkah untuk mengantisipasinya demi keselamatan kedua bayi. Oleh sebab itu, mohon doanya agar kedua Adam dan Aris sehat serta hidup normal seperti anak pada umumnya,” jelas Utama.

Dr dr Erjan Fikri MSurg SpBA (K) menyebutkan, secara teoritis, paparan pembiusan yang lebih lama itu akan memancing reaksi inflamasi (peradangan). Hal itu tak bisa dielakkan karena kondisi livernya yang lebih tebal, sehingga membutuhkan waktu lebih lama untuk dipisahkan. “Yang sulitnya, livernya seperti gabus, tidak mudah menghentikan pendarahannya. Namun demikian, berkat dukungan direksi rumah sakit maka telah dipersiapkan segala kebutuhan perlengkapan saat operasi pemisahan. Jadi, walau begitu lebar yang harus dibelah hatinya sekitar 6×9 cm dan mengalami pendarahan hebat tetapi alhamdulillah secara bertahap dapat diselesaikan,” papar Erjan.

Kendati demikian, menurut dia, operasi yang memakan waktu cukup lama ini maka membutuhkan juga waktu terhadap perawatannya. “Operasi pemisahan yang dilakukan sejak pagi hingga malam hari. Setelah dioperasi, juga membutuhkan waktu pemulihan dan perawatan yang tidak sebentar dengan pemantauan ketat,” tutur Erjan.

Terpisah, Nur Rahmawati, orangtua Adam dan Aris, mengucapkan terima kasih kepada tim medis RSUP HAM yang telah berhasil melakukan operasi pemisahan terhadap buah hatinya. “Saya sangat senang akhirnya anak saya berhasil dipisah. Terima kasih kepada semua tim medis serta pihak rumah sakit yang telah bekerja keras melakukan operasi dan juga merawat anak saya,” ungkapnya.

Nur mengaku, selama proses operasi anaknya merasa tidak tenang dan gelisah. “Saya berkali-kali naik-turun tangga. Saya juga terus berdoa agar diberi kemudahan dan keselamatan dalam proses operasi Adam dan Aris,” kata ibu rumah tangga ini.

Diutarakan Nur, dia mengetahui mengandung bayi kembar siam pada kondisi kandungan 5 bulan saat memeriksakan ke dokter. “Setelah saya tahu, saya kemudian drop. Tapi, alhamdulillah berkat dukungan tim medis akhirnya melahirkan juga di (RSUP H) Adam Malik,”

Ia berharap, jika kondisi anak pertama dan keduanya itu sudah benar-benar stabil dan diizinkan oleh pihak rumah sakit, maka segera dibawa pulang ke kampung halaman. “Sudah rindu kami dengan kampung halaman. Insya Allah nanti akan menggelar syukuran setibanya di kampung,” tandas Nur didampingi suaminya, Supono (32). (ris)

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Adam dan Aris, bayi kembar siam asal Kabupaten Labuhanbatu berhasil dipisahkan, setelah dioperasi tim medis Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik (RSUP HAM), Medan, Rabu (20/1). Pascaoperasi, kedua bayi yang lahir dari pasangan Supono (32) dan Nur Rahmawati (26) tersebut sudah stabil.

STABIL: Adam dan Aris, bayi kembar siam asal Kabupaten Labuhanbatu masih dirawat intensif di ruang ICU RSUP H Adam Malik, Medan, Kamis (21/1). Kondisi keduanya telah stabil, setelah menjalani operasi pemisahan selama 9 jam lebih sehari sebelumnya.

OPERASI dimulai pukul 08.00 WIB dan baru bisa dipisahkan pukul 17.40 WIB. Kemudian, dilakukan tindakan setelah operasi dan kedua bayi baru bisa dipindahkan ke ruang ICU pada pukul 21.00 WIB.

Sekretaris Tim Penanganan Bayi Kembar Siam RSUP HAM, dr Rizky Adriansyah MKed (Ped) SpA(K) mengatakan, Adam dan Aris kini masih dirawat di ruang ICU anak.

Setelah operasi pemisahan, perlu dilakukan pemantauan secara intens selama 3×24 jam. “Saat ini belum bisa disampaikan secara teknis bagaimana kondisi Adam dan Aris. Namun, kondisinya sejauh ini relatif stabil,” kata Rizky saat temu pers di rumah sakit tersebut, Kamis (21/1).

Diakui Rizky, operasi yang dilakukan terhadap kedua bayi memang membutuhkan waktu cukup lama, berbeda dengan kasus bayi kembar siam sebelumnya. Sebab, pada kasus Adam dan Aris ini defeknya cukup besar, kemungkinkan setara dengan kasus Sahira-Fahira (dari Asahan tahun 2017) atau bahkan lebih lebar.

“Luas bagian yang dioperasi cukup besar, mulai dari bagian perut hingga sedikit ke bagian dada. Sebab ada bagian yang dempet dari dinding jantung. Akan tetapi, belum ada kendala yang berarti sejauh ini,” ujarnya didampingi Dr dr Erjan Fikri MSurg SpBA (K), dr Utama Abdi Tarigan SpBP-RE (K), dr Yutu Solihat SpAn KAKV dan tim medis yang melakukan operasi pemisahan kedua bayi tersebut.

Rizky menuturkan, hati kedua bayi yang sebelumnya menempel kini sudah dipisah dan begitu juga dengan dinding jantungnya. Hanya saja, memang perlu waktu pemulihan pascaoperasi.

Direktur Utama (Dirut) RSUP HAM dr Zainal Safri SpPD-KKV SpJP(K) menyatakan, kedua bayi memang sudah dirawat cukup lama dan menunggu waktu yang tepat untuk dilakukan operasi. Terkait biaya operasi dan perawatan, sudah ditanggung oleh pihak rumah sakit dan pemerintah. “Tidak ada dibebankan kepada keluarga,” ujarnya.

Sementara, dr Utama Abdi Tarigan SpBP-RE (K) mengungkapkan, kulit pada bagian perutnya yang dibelah untuk dioperasi masih bisa ditutup, meski defeknya begitu besar. Bahkan, defeknya kemungkinan yang paling besar dari operasi pemisahan bayi kembar siam sebelum-sebelumnya di RSUP HAM. “Sejauh ini defeknya masih vital kondisinya, sehingga perlu pemantauan secara ketat beberapa hari ke depan,” ucapnya.

Setelah dilakukan pemantauan beberapa hari, sambung Utama, kemudian dievaluasi lagi apakah penutup kulit di bagian perut bisa bertahan dengan baik. “Jika nanti tidak baik kondisinya, kita sudah menyiapkan langkah-langkah untuk mengantisipasinya demi keselamatan kedua bayi. Oleh sebab itu, mohon doanya agar kedua Adam dan Aris sehat serta hidup normal seperti anak pada umumnya,” jelas Utama.

Dr dr Erjan Fikri MSurg SpBA (K) menyebutkan, secara teoritis, paparan pembiusan yang lebih lama itu akan memancing reaksi inflamasi (peradangan). Hal itu tak bisa dielakkan karena kondisi livernya yang lebih tebal, sehingga membutuhkan waktu lebih lama untuk dipisahkan. “Yang sulitnya, livernya seperti gabus, tidak mudah menghentikan pendarahannya. Namun demikian, berkat dukungan direksi rumah sakit maka telah dipersiapkan segala kebutuhan perlengkapan saat operasi pemisahan. Jadi, walau begitu lebar yang harus dibelah hatinya sekitar 6×9 cm dan mengalami pendarahan hebat tetapi alhamdulillah secara bertahap dapat diselesaikan,” papar Erjan.

Kendati demikian, menurut dia, operasi yang memakan waktu cukup lama ini maka membutuhkan juga waktu terhadap perawatannya. “Operasi pemisahan yang dilakukan sejak pagi hingga malam hari. Setelah dioperasi, juga membutuhkan waktu pemulihan dan perawatan yang tidak sebentar dengan pemantauan ketat,” tutur Erjan.

Terpisah, Nur Rahmawati, orangtua Adam dan Aris, mengucapkan terima kasih kepada tim medis RSUP HAM yang telah berhasil melakukan operasi pemisahan terhadap buah hatinya. “Saya sangat senang akhirnya anak saya berhasil dipisah. Terima kasih kepada semua tim medis serta pihak rumah sakit yang telah bekerja keras melakukan operasi dan juga merawat anak saya,” ungkapnya.

Nur mengaku, selama proses operasi anaknya merasa tidak tenang dan gelisah. “Saya berkali-kali naik-turun tangga. Saya juga terus berdoa agar diberi kemudahan dan keselamatan dalam proses operasi Adam dan Aris,” kata ibu rumah tangga ini.

Diutarakan Nur, dia mengetahui mengandung bayi kembar siam pada kondisi kandungan 5 bulan saat memeriksakan ke dokter. “Setelah saya tahu, saya kemudian drop. Tapi, alhamdulillah berkat dukungan tim medis akhirnya melahirkan juga di (RSUP H) Adam Malik,”

Ia berharap, jika kondisi anak pertama dan keduanya itu sudah benar-benar stabil dan diizinkan oleh pihak rumah sakit, maka segera dibawa pulang ke kampung halaman. “Sudah rindu kami dengan kampung halaman. Insya Allah nanti akan menggelar syukuran setibanya di kampung,” tandas Nur didampingi suaminya, Supono (32). (ris)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/