30 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Pencarian KRI Nanggala: Kapal Diam, Andalkan Deteksi Sonar

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Salah satu temuan paling signifikan dari pencarian kapal selam KRI Nanggala-402 yang hilang adalah penemuan obyek dengan kemagnetan yang tinggi di kedalaman 50-100 meter.

KAPAL PENYELAMAT: Sebuah kapal penyelamat (SAR Arjuna) berlayar Jumat (23/4) untuk bergabung dengan pencarian kapal selam KRI Nanggala yang hilang saat mengikuti latihan pada hari Rabu (21/4) dinihari di Banyuwangi, Jawa Timur, Indonesia.

Dalam konferensi pers Jumat, 23 April 2021, Kapuspen TNI, Mayjen Achmad Riad, mengatakan bahwa tim akan menindaklanjuti temuan itu dengan mengerahkan KRI Rigel. Kapal ini bisa berperan besar karena mampu memonitor bawah laut.

“Kita harapkan salah satu kapal yang memiliki peralatan mampu memonitor bawah laut, yaitu KRI Rigel, saat ini sedang berada di dekat,” ujar Achmad.

Lebih lanjut Achmad menyampaikan bahwa KRI Nanggala saat ini sudah tidak bersuara. Menurutnya hanya sonar yang bisa mendeteksi keberadaan kapal selam KRI Nanggala-402 yang hilang kontak sejak Rabu (21/4) di perairan Bali.

Kendati belum ditemukan titik keberadaan kapal tersebut, dia memastikan bahwa Kapal Nanggala-402 saat ini dalam posisi diam. “Karena kebetulan kapal selamnya kan udah diam, tidak ada suara, sehingga hanya sonar yang bisa menangkap,” kata Riad, Jumat (23/4).

Oleh sebab itu, kata Riad, pihaknya saat ini telah mengutamakan kapal-kapal yang bisa menangkap sonar untuk memaksimalkan pencarian. Dia mengakui memang tidak semua KRI memiliki kemampuan tersebut.

Sementara ini posisinya sekitar 40 mil dari perairan Utara Bali. “Kalau ditarik garis jaraknya dari cerukan bawah itu kurang lebih sekitar 40 kilometer. Ada tumpahan solar, kemudian ada daya magnet yang besar yang terdeteksi,” katanya.

Sekarang, kata dia, sedang dilaksanakan terus pemantauan di wilayah tersebut dengan memanfaatkan semua peralatan yang ada. Proses pencarian juga dibantu oleh KRI dari sejumlah negara lain. Atas perintah Panglima TNI, katanya, pemerintah saat ini menerima semua bantuan dari negara lain dalam membantu pencarian kapal Nanggala.

Keputusan itu diambil sebab proses pencarian, katanya, terus berkejar dengan waktu sebelum kemampuan cadangan oksigen kapal diperkirakan akan habis pada Sabtu (24/4) pukul 03.00 waktu setempat, atau 72 jam sejak kapal dinyatakan hilang.

“Tadi malam saya juga bicara dengan asintel semua proses dipercepat karena kita juga waktu yang harus kita kejar,” kata dia.

Saat ini total ada 21 KRI yang terjun langsung dalam pencarian KRI Nanggala-402. “KRI yang dikerahkan pada proses pencarian, jadi disampaikan 21,” ucap Achmad Riad.

Dari 21 KRI itu, disebut Achmad, salah satunya adalah KRI Alugoro-405. “(Total) 21 itu sudah 1 termasuk KRI Alugoro, jadi total jumlahnya saya sampaikan adalah 21 KRI,” kata Achmad.

“Dari kepolisian ROV juga sudah dikerahkan semua, termasuk dari KRI Rigel,” ujarnya.

Bantuan dari negara-negara sahabat juga sudah mulai tiba. Misalnya lima personel Angkatan Bersenjata Singapura sudah on board di KRI Dr. Soeharso maupun tim asal Amerika Serikat (AS). “Timnya sudah datang tadi untuk berkoordinasi,” kata Riad.

Pakar kapal selam dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Surabaya, Wisnu Wardhana, kepada DW Indonesia mengatakan, ia memperkirakan ada kerusakan pada pressure hull kapal selam.

“Di dalam pressure hull itu ada kru di situ, ada permesinan di situ, ada tangki minyak, ada baterai. Jadi, kalau sampai minyaknya keluar kesimpulan saya pressure hull-nya rusak. Pressure hull ini sudah membentur dasar sehingga dia retak,” ujar Wisnu.

Persediaan Oksigen hingga Sabtu Dinihari

Sementara itu, persediaan oksigen di kapal selam TNI AL, KRI Nanggala, yang hilang di perairan Bali, 21 April 2021, diperkirakan tersedia sampai Sabtu (24/4) pagi. Upaya pencarian kapal selam yang mengangkut 53 awak dimaksimalkan, beberapa negara pun membantu pencarian.

Kapal selam yang didalamnya membawa 53 orang awak tersebut, sebelumnya diagendakan untuk melakukan latihan penembakan torpedo.

Kapal selam buatan Jerman ini diduga mengalami mati listrik (black out) dan hilang kendali sebelum hilang kontak. Kekhawatiran pun muncul ketika persediaan oksigen di KRI Nanggala diperkirakan tersisa kurang dari sehari yakni hingga Sabtu, 24 April 2021, pagi.

“Mudah-mudahan bisa segera ditemukan dan cadangan oksigen masih ada,” ujar Kepala Staf TNI Angkatan Laut, Laksamana Yudo Margono, Kamis, 22 April 2021.

Sistem Keamanan Pintu Nanggala

TNI menjelaskan tentang cara pengoperasian kapal selam KRI Nanggala 402. Pengoperasian penyelaman kapal selam disebut ada dua teknik, yaitu menyelam secara dinamis dan statis. Pintu dilengkapi dengan sistem keamanan yang membuat air tidak akan masuk.

Proses teknik kapal selam itu dijelaskan oleh mantan Komando KRI Nanggala 402, Letkol Ansori; dan mantan Kepala Kamar Mesin, Mayor Igantius Bagus, saat konferensi pers di Bali, Jumat (23/4/2021). Awalnya, Letkol Ansori lebih dulu menjelaskan tentang dua teknik penyelaman kapal selam.

“Kita ada 2 teori yang pertama menyelam secara statis, kedua menyelam secara dinamis. Yang secara statis kita menyelam tanpa menggunakan acuan ataupun dorongan dari kapal, kalau selam dinamis kita menyelam dengan menggunakan kecepatan dari kapal selam,” kata Letkol Ansori.

Ansori mengatakan, untuk melakukan penyelaman harus melaksanakan prosedur dan teknis yang ketat. Dia juga menjelaskan, dalam kapal selam, ada 8 pintu torpedo, masing-masing pintu itu memiliki 2 pintu, yaitu pintu luar dan pintu dalam.

“Ada 8 pintu torpedo di mana masing-masing pintu ini, memiliki 2 pintu, yaitu pintu luar dan pintu dalam, kedua pintu ini saling interlock, jadi pada saat salah satu pintu dibuka maka pintu yang lainnya tidak bisa dibuka. Sebagai contoh, jika pintu luarnya terbuka, otomatis pintu dalamnya akan tidak bisa dibuka, ini adalah salah satu safety,” jelas Ansori.

Sementara itu, Mayor Ignatius Bagus yang beberapa kali melakukan operasi menggunakan KRI Nanggala 402 menjelaskan, sebelum melakukan penyelaman secara statis, kapal selam harus melaksanakan penyelaman dinamis terlebih dahulu. Hal itu bertujuan mencari keseimbangan.

Jika kapal selam sudah mendapat keseimbangan, penyelaman secara statis diizinkan dengan perhitungan yang ketat. Selam statis, menurut Ignatius, itu adalah proses penyelaman dengan kecepatan.

Lebih lanjut, Igantius menjelaskan, kapal selam ini juga mempunyai tangki pemberat pokok. Tangki ini berada di beberapa titik kapal selam.

“Akan kami jelaskan proses kapal menyelam, di dalam kapal selam mempunyai tangki pemberat pokok (TPP), pada saat kapal dipermukaan tangki pemberat pokok ini terisi udara selanjutnya untuk menambah urgensi negatif, untuk menjadikan urgensi menjadi negatif maka udara di kapal tangki ini harus dikeluarkan dengan membuka katup ventilasi TPP,” jelasnya.

“Prosedur sudah dilakukan, perlu kami jelaskan juga kapal tersebut mempunyai 6 tangki pemberat pokok, nomor 1-2, dari nomor 3-4 di tengah, dan nomor 5-6 di haluan. Prosesnya ini sudah dilaksanakan 1 dan 2, dan 3, selanjutnya 5 dan 6, dan terakhir 3 dan 4,” pungkasnya. (dtc/cnn/cnbc)

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Salah satu temuan paling signifikan dari pencarian kapal selam KRI Nanggala-402 yang hilang adalah penemuan obyek dengan kemagnetan yang tinggi di kedalaman 50-100 meter.

KAPAL PENYELAMAT: Sebuah kapal penyelamat (SAR Arjuna) berlayar Jumat (23/4) untuk bergabung dengan pencarian kapal selam KRI Nanggala yang hilang saat mengikuti latihan pada hari Rabu (21/4) dinihari di Banyuwangi, Jawa Timur, Indonesia.

Dalam konferensi pers Jumat, 23 April 2021, Kapuspen TNI, Mayjen Achmad Riad, mengatakan bahwa tim akan menindaklanjuti temuan itu dengan mengerahkan KRI Rigel. Kapal ini bisa berperan besar karena mampu memonitor bawah laut.

“Kita harapkan salah satu kapal yang memiliki peralatan mampu memonitor bawah laut, yaitu KRI Rigel, saat ini sedang berada di dekat,” ujar Achmad.

Lebih lanjut Achmad menyampaikan bahwa KRI Nanggala saat ini sudah tidak bersuara. Menurutnya hanya sonar yang bisa mendeteksi keberadaan kapal selam KRI Nanggala-402 yang hilang kontak sejak Rabu (21/4) di perairan Bali.

Kendati belum ditemukan titik keberadaan kapal tersebut, dia memastikan bahwa Kapal Nanggala-402 saat ini dalam posisi diam. “Karena kebetulan kapal selamnya kan udah diam, tidak ada suara, sehingga hanya sonar yang bisa menangkap,” kata Riad, Jumat (23/4).

Oleh sebab itu, kata Riad, pihaknya saat ini telah mengutamakan kapal-kapal yang bisa menangkap sonar untuk memaksimalkan pencarian. Dia mengakui memang tidak semua KRI memiliki kemampuan tersebut.

Sementara ini posisinya sekitar 40 mil dari perairan Utara Bali. “Kalau ditarik garis jaraknya dari cerukan bawah itu kurang lebih sekitar 40 kilometer. Ada tumpahan solar, kemudian ada daya magnet yang besar yang terdeteksi,” katanya.

Sekarang, kata dia, sedang dilaksanakan terus pemantauan di wilayah tersebut dengan memanfaatkan semua peralatan yang ada. Proses pencarian juga dibantu oleh KRI dari sejumlah negara lain. Atas perintah Panglima TNI, katanya, pemerintah saat ini menerima semua bantuan dari negara lain dalam membantu pencarian kapal Nanggala.

Keputusan itu diambil sebab proses pencarian, katanya, terus berkejar dengan waktu sebelum kemampuan cadangan oksigen kapal diperkirakan akan habis pada Sabtu (24/4) pukul 03.00 waktu setempat, atau 72 jam sejak kapal dinyatakan hilang.

“Tadi malam saya juga bicara dengan asintel semua proses dipercepat karena kita juga waktu yang harus kita kejar,” kata dia.

Saat ini total ada 21 KRI yang terjun langsung dalam pencarian KRI Nanggala-402. “KRI yang dikerahkan pada proses pencarian, jadi disampaikan 21,” ucap Achmad Riad.

Dari 21 KRI itu, disebut Achmad, salah satunya adalah KRI Alugoro-405. “(Total) 21 itu sudah 1 termasuk KRI Alugoro, jadi total jumlahnya saya sampaikan adalah 21 KRI,” kata Achmad.

“Dari kepolisian ROV juga sudah dikerahkan semua, termasuk dari KRI Rigel,” ujarnya.

Bantuan dari negara-negara sahabat juga sudah mulai tiba. Misalnya lima personel Angkatan Bersenjata Singapura sudah on board di KRI Dr. Soeharso maupun tim asal Amerika Serikat (AS). “Timnya sudah datang tadi untuk berkoordinasi,” kata Riad.

Pakar kapal selam dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Surabaya, Wisnu Wardhana, kepada DW Indonesia mengatakan, ia memperkirakan ada kerusakan pada pressure hull kapal selam.

“Di dalam pressure hull itu ada kru di situ, ada permesinan di situ, ada tangki minyak, ada baterai. Jadi, kalau sampai minyaknya keluar kesimpulan saya pressure hull-nya rusak. Pressure hull ini sudah membentur dasar sehingga dia retak,” ujar Wisnu.

Persediaan Oksigen hingga Sabtu Dinihari

Sementara itu, persediaan oksigen di kapal selam TNI AL, KRI Nanggala, yang hilang di perairan Bali, 21 April 2021, diperkirakan tersedia sampai Sabtu (24/4) pagi. Upaya pencarian kapal selam yang mengangkut 53 awak dimaksimalkan, beberapa negara pun membantu pencarian.

Kapal selam yang didalamnya membawa 53 orang awak tersebut, sebelumnya diagendakan untuk melakukan latihan penembakan torpedo.

Kapal selam buatan Jerman ini diduga mengalami mati listrik (black out) dan hilang kendali sebelum hilang kontak. Kekhawatiran pun muncul ketika persediaan oksigen di KRI Nanggala diperkirakan tersisa kurang dari sehari yakni hingga Sabtu, 24 April 2021, pagi.

“Mudah-mudahan bisa segera ditemukan dan cadangan oksigen masih ada,” ujar Kepala Staf TNI Angkatan Laut, Laksamana Yudo Margono, Kamis, 22 April 2021.

Sistem Keamanan Pintu Nanggala

TNI menjelaskan tentang cara pengoperasian kapal selam KRI Nanggala 402. Pengoperasian penyelaman kapal selam disebut ada dua teknik, yaitu menyelam secara dinamis dan statis. Pintu dilengkapi dengan sistem keamanan yang membuat air tidak akan masuk.

Proses teknik kapal selam itu dijelaskan oleh mantan Komando KRI Nanggala 402, Letkol Ansori; dan mantan Kepala Kamar Mesin, Mayor Igantius Bagus, saat konferensi pers di Bali, Jumat (23/4/2021). Awalnya, Letkol Ansori lebih dulu menjelaskan tentang dua teknik penyelaman kapal selam.

“Kita ada 2 teori yang pertama menyelam secara statis, kedua menyelam secara dinamis. Yang secara statis kita menyelam tanpa menggunakan acuan ataupun dorongan dari kapal, kalau selam dinamis kita menyelam dengan menggunakan kecepatan dari kapal selam,” kata Letkol Ansori.

Ansori mengatakan, untuk melakukan penyelaman harus melaksanakan prosedur dan teknis yang ketat. Dia juga menjelaskan, dalam kapal selam, ada 8 pintu torpedo, masing-masing pintu itu memiliki 2 pintu, yaitu pintu luar dan pintu dalam.

“Ada 8 pintu torpedo di mana masing-masing pintu ini, memiliki 2 pintu, yaitu pintu luar dan pintu dalam, kedua pintu ini saling interlock, jadi pada saat salah satu pintu dibuka maka pintu yang lainnya tidak bisa dibuka. Sebagai contoh, jika pintu luarnya terbuka, otomatis pintu dalamnya akan tidak bisa dibuka, ini adalah salah satu safety,” jelas Ansori.

Sementara itu, Mayor Ignatius Bagus yang beberapa kali melakukan operasi menggunakan KRI Nanggala 402 menjelaskan, sebelum melakukan penyelaman secara statis, kapal selam harus melaksanakan penyelaman dinamis terlebih dahulu. Hal itu bertujuan mencari keseimbangan.

Jika kapal selam sudah mendapat keseimbangan, penyelaman secara statis diizinkan dengan perhitungan yang ketat. Selam statis, menurut Ignatius, itu adalah proses penyelaman dengan kecepatan.

Lebih lanjut, Igantius menjelaskan, kapal selam ini juga mempunyai tangki pemberat pokok. Tangki ini berada di beberapa titik kapal selam.

“Akan kami jelaskan proses kapal menyelam, di dalam kapal selam mempunyai tangki pemberat pokok (TPP), pada saat kapal dipermukaan tangki pemberat pokok ini terisi udara selanjutnya untuk menambah urgensi negatif, untuk menjadikan urgensi menjadi negatif maka udara di kapal tangki ini harus dikeluarkan dengan membuka katup ventilasi TPP,” jelasnya.

“Prosedur sudah dilakukan, perlu kami jelaskan juga kapal tersebut mempunyai 6 tangki pemberat pokok, nomor 1-2, dari nomor 3-4 di tengah, dan nomor 5-6 di haluan. Prosesnya ini sudah dilaksanakan 1 dan 2, dan 3, selanjutnya 5 dan 6, dan terakhir 3 dan 4,” pungkasnya. (dtc/cnn/cnbc)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/