26 C
Medan
Saturday, November 23, 2024
spot_img

Naikkan Produksi Emas, Agincourt Optimasi Mill

Wakil Presiden Direktur Agincourt Resources, Hendra Hutahaean (kiri atas), Senior Manager Corporate Communications PT Agincourt Resources, Katarina Siburian Hardono (kiri tengah), dan Direktur Engineering PTAR, Ruli Tanio (kiri bawah), pada Virtual Media Gathering Ramadan 1442 H PTAR, Kamis (29/4).

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Dibanding produksi tahun 2019, tahun 2020 Tambang Emas Martabe yang dikelola PT Agincourt Resources berhasil meningkatkan produksi tambang mineral hingga 10 persen. Yakni perak naik 17 persen, sedangkan emas turun 14 persen (jika dirata-ratakan naik 10 persen). Totalnya, produksi tahun 2020 lalu sekitar 320 ribu ounces emas (1 ounces = 34 gram).

“Di tengah situasi pandemi COVID-19, Tambang Emas Martabe masih bisa memproduksi 320 ribu ounces emas dengan melakukan berbagai upaya optimasi. Salahsatunya dengan mengoptimalkan mill (mesin penggilingan),” kata Wakil Presiden Direktur Agincourt Resources, Hendra Hutahaean, pada Virtual Media Gathering Ramadan 1442 H PTAR, Kamis (29/4).

Senada dengan Hendra, Direktur Engineering PTAR, Ruli Tanio, dalam paparannya via Zoom Meeting mengatakan pada awal pandemi Covid-19, PTAR memberlakukan Work From Home pada karyawan dengan hanya memperkerjakan sekitar 600 karyawan di lokasi tambang. WFH ditambah isu logistik sempat membuat operasional tambang melambat.

Untuk mengatasinya, managemen PTAR mengerjakan beberapa program konstruksi pengembangan kapasitas mill hingga 10 persen. “Martabe tengah menambah mesin vertikal mill (untuk penggerusan batu, Red), sehingga mampu menggerus batu dengan kapasitas 5,9 juta-6 juta ton bebatuan per tahun,” katanya.

Dengan kapasitas mill itu, PTAR diharapkan akan mampu memproduksi emas 350 ribu ounces per tahun.

Wakil Presiden Direktur Agincourt Resources, Hendra Hutahaean pada Virtual Media Gathering Ramadan 1442 H PTAR, Kamis (29/4).

Adapun bebatuan di Tambang Emas Martabe tergolong tipe high sulfidation, yaitu tonase besar, kadarnya kecil. Dari 1 ton bebatuan, emas yang diperoleh maksimal 2 gram. Sifatnya oksida karena termasuk bebatuan permukaan. Bebatuan bersifat oksida, recoverinya lebih mudah dan aman bagi lingkungan.

“Di Pit Purnama, masih ada prospek cadangan tambang bawah tanah. Tetapi semakin ke dalam bumi, kadar emasnya makin kecil. Mungkin hanya 1,7 gram per satu ton bebatuan. Sifatnya pun semakin sulfida (bersifat sulfur), yang lebih sulit recovery secara aman bagi lingkungan,” kata Ruli.

Karena itu, meski kapasitas mill ditambah, kemungkinan PTAR hanya mampu mempertahankan kapasitas produksi, jika kadar emas bebatuan yang ditambang makin rendah, yakni hanya 1,7 gram per 1 ton bebatuan.

“Keuntungan tambang bawah tanah, tidak perlu melakukan pembukaan lahan. Saat ini PTAR sedang melakukan studi. Tetapi jika pun dinilai feasible (layak tambang), kayaknya tambang bawah tanah masih lama. Soalnya banyak aspek yang dipertimbangkan. Salahsatunya aspek keselamatan, di ana ditinjau dari aspek tektonik dan seismik yang diketahui ada sesar aktif di lokasi pit,” jelasnya.

Peduli Lingkungan

Dalam hal aspek keamanan, PTAR saat ini juga memperbaiki struktur Tailing Storage Facility (TSF) yang ada –meski tidak ada masalah–, menyusul kejadian longsornya TSF tambang di Brazil. “PTAR meringankan beban TSF dengan membangun fasilitas baru. Juga dilakukan Tailing Management, yakni mengeringkan sisa bebatuan yang digerus dan membawanya ke lokasi lain untuk mengurangi resiko,” ungkapnya.

Direktur Engineering PTAR, Ruli Tanio pada Virtual Media Gathering Ramadan 1442 H PTAR, Kamis (29/4).

Disain TSF Tambang Emas martabe melibatkan 3 konsultan luar negeri, dengan memperhitungkan parameter gempa, potensi kebocoran, pergeseran tanah, seismografi, dan seterusnya. Mereka menggunakan puluhan alat untuk mengukurnya.

“Dari aspek keamanan, TSF di Tambang Emas Martabe relatif aman. Hingga saat ini TSF tambang baik-baik saja dan belum pernah melewati hal-hal kritis,” ungkapnya.

Dari segi lingkungan, PTAR juga concern dengan ekosistem Batangtoru dengan biodiversity-nya. “Perusahaan bekerjasama dengan para ahli lingkungan dari IPB, UI, USU, Universitas Nasional untuk meminimalkan dampak lingkungan. Juga bekerjasama dengan para stakeholder dalam memindahkan satwa setempat. Intinya, PTAR sangat peduli dengan keberlanjutan baik perusahaan, lingkungan, maupun masyarakat. Prinsipnya, kurangi aspek fatality, kedepankan aspek kolaborasi,” cetusnya.

Adapun fokus PTAR saat ini, menurut Ruli, adalah memiliki blueprint yang baik dan memberi manfaat bagi masyarakat sekitar di segala sektor. Khususnya sektor pendidikan, kesehatan, ekonomi, dan sosial budaya.

“Perusahaan tidak ingin hanya mengeruk kekayaan alam saja, tetapi juga menaikkan tingkat kesejahteraan dan taraf hidup masyarakat sekitar. Saat ini, direct impact perusahaan terhadap masyarakat adalah belanja barang dengan nilai mencapai 4-5 juta US dolar per tahun. Juga mempekerjakan sekitar 3.000-an karyawan. Ditambah program CSR di bidang pendidikan, kesehatan, ekonomi, dan sosial budaya,” ungkapnya.  

Saat ini, produksi emas PTAR berasal dari tiga pit eksisting, yakni pit Purnama, Ramba Joring, dan Barani di Tambang Emas Martabe, Batangtoru. PTAR juga memiliki tiga deposit lain, yakni Uluala Hulu, Tor Uluala, dan Horas. Umur tambang diprediksi dapat mencapai 15-16 tahun.

Virtual meeting juga dihadiri Senior Manager Corporate Communications PT Agincourt Resources, Katarina Siburian Hardono. (mea)

Wakil Presiden Direktur Agincourt Resources, Hendra Hutahaean (kiri atas), Senior Manager Corporate Communications PT Agincourt Resources, Katarina Siburian Hardono (kiri tengah), dan Direktur Engineering PTAR, Ruli Tanio (kiri bawah), pada Virtual Media Gathering Ramadan 1442 H PTAR, Kamis (29/4).

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Dibanding produksi tahun 2019, tahun 2020 Tambang Emas Martabe yang dikelola PT Agincourt Resources berhasil meningkatkan produksi tambang mineral hingga 10 persen. Yakni perak naik 17 persen, sedangkan emas turun 14 persen (jika dirata-ratakan naik 10 persen). Totalnya, produksi tahun 2020 lalu sekitar 320 ribu ounces emas (1 ounces = 34 gram).

“Di tengah situasi pandemi COVID-19, Tambang Emas Martabe masih bisa memproduksi 320 ribu ounces emas dengan melakukan berbagai upaya optimasi. Salahsatunya dengan mengoptimalkan mill (mesin penggilingan),” kata Wakil Presiden Direktur Agincourt Resources, Hendra Hutahaean, pada Virtual Media Gathering Ramadan 1442 H PTAR, Kamis (29/4).

Senada dengan Hendra, Direktur Engineering PTAR, Ruli Tanio, dalam paparannya via Zoom Meeting mengatakan pada awal pandemi Covid-19, PTAR memberlakukan Work From Home pada karyawan dengan hanya memperkerjakan sekitar 600 karyawan di lokasi tambang. WFH ditambah isu logistik sempat membuat operasional tambang melambat.

Untuk mengatasinya, managemen PTAR mengerjakan beberapa program konstruksi pengembangan kapasitas mill hingga 10 persen. “Martabe tengah menambah mesin vertikal mill (untuk penggerusan batu, Red), sehingga mampu menggerus batu dengan kapasitas 5,9 juta-6 juta ton bebatuan per tahun,” katanya.

Dengan kapasitas mill itu, PTAR diharapkan akan mampu memproduksi emas 350 ribu ounces per tahun.

Wakil Presiden Direktur Agincourt Resources, Hendra Hutahaean pada Virtual Media Gathering Ramadan 1442 H PTAR, Kamis (29/4).

Adapun bebatuan di Tambang Emas Martabe tergolong tipe high sulfidation, yaitu tonase besar, kadarnya kecil. Dari 1 ton bebatuan, emas yang diperoleh maksimal 2 gram. Sifatnya oksida karena termasuk bebatuan permukaan. Bebatuan bersifat oksida, recoverinya lebih mudah dan aman bagi lingkungan.

“Di Pit Purnama, masih ada prospek cadangan tambang bawah tanah. Tetapi semakin ke dalam bumi, kadar emasnya makin kecil. Mungkin hanya 1,7 gram per satu ton bebatuan. Sifatnya pun semakin sulfida (bersifat sulfur), yang lebih sulit recovery secara aman bagi lingkungan,” kata Ruli.

Karena itu, meski kapasitas mill ditambah, kemungkinan PTAR hanya mampu mempertahankan kapasitas produksi, jika kadar emas bebatuan yang ditambang makin rendah, yakni hanya 1,7 gram per 1 ton bebatuan.

“Keuntungan tambang bawah tanah, tidak perlu melakukan pembukaan lahan. Saat ini PTAR sedang melakukan studi. Tetapi jika pun dinilai feasible (layak tambang), kayaknya tambang bawah tanah masih lama. Soalnya banyak aspek yang dipertimbangkan. Salahsatunya aspek keselamatan, di ana ditinjau dari aspek tektonik dan seismik yang diketahui ada sesar aktif di lokasi pit,” jelasnya.

Peduli Lingkungan

Dalam hal aspek keamanan, PTAR saat ini juga memperbaiki struktur Tailing Storage Facility (TSF) yang ada –meski tidak ada masalah–, menyusul kejadian longsornya TSF tambang di Brazil. “PTAR meringankan beban TSF dengan membangun fasilitas baru. Juga dilakukan Tailing Management, yakni mengeringkan sisa bebatuan yang digerus dan membawanya ke lokasi lain untuk mengurangi resiko,” ungkapnya.

Direktur Engineering PTAR, Ruli Tanio pada Virtual Media Gathering Ramadan 1442 H PTAR, Kamis (29/4).

Disain TSF Tambang Emas martabe melibatkan 3 konsultan luar negeri, dengan memperhitungkan parameter gempa, potensi kebocoran, pergeseran tanah, seismografi, dan seterusnya. Mereka menggunakan puluhan alat untuk mengukurnya.

“Dari aspek keamanan, TSF di Tambang Emas Martabe relatif aman. Hingga saat ini TSF tambang baik-baik saja dan belum pernah melewati hal-hal kritis,” ungkapnya.

Dari segi lingkungan, PTAR juga concern dengan ekosistem Batangtoru dengan biodiversity-nya. “Perusahaan bekerjasama dengan para ahli lingkungan dari IPB, UI, USU, Universitas Nasional untuk meminimalkan dampak lingkungan. Juga bekerjasama dengan para stakeholder dalam memindahkan satwa setempat. Intinya, PTAR sangat peduli dengan keberlanjutan baik perusahaan, lingkungan, maupun masyarakat. Prinsipnya, kurangi aspek fatality, kedepankan aspek kolaborasi,” cetusnya.

Adapun fokus PTAR saat ini, menurut Ruli, adalah memiliki blueprint yang baik dan memberi manfaat bagi masyarakat sekitar di segala sektor. Khususnya sektor pendidikan, kesehatan, ekonomi, dan sosial budaya.

“Perusahaan tidak ingin hanya mengeruk kekayaan alam saja, tetapi juga menaikkan tingkat kesejahteraan dan taraf hidup masyarakat sekitar. Saat ini, direct impact perusahaan terhadap masyarakat adalah belanja barang dengan nilai mencapai 4-5 juta US dolar per tahun. Juga mempekerjakan sekitar 3.000-an karyawan. Ditambah program CSR di bidang pendidikan, kesehatan, ekonomi, dan sosial budaya,” ungkapnya.  

Saat ini, produksi emas PTAR berasal dari tiga pit eksisting, yakni pit Purnama, Ramba Joring, dan Barani di Tambang Emas Martabe, Batangtoru. PTAR juga memiliki tiga deposit lain, yakni Uluala Hulu, Tor Uluala, dan Horas. Umur tambang diprediksi dapat mencapai 15-16 tahun.

Virtual meeting juga dihadiri Senior Manager Corporate Communications PT Agincourt Resources, Katarina Siburian Hardono. (mea)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/