MERASA mampu menjalani berbagai peran, berstatus sosial tinggi, memiliki karier di puncak dengan menjadi pemimpin bagi banyak bawahan, tampil sebagai sosok yang selalu tegar, bahkan menonjolkan maskulinitas, super sibuk dengan peran ganda, dipandang sukses di karier juga keluarga, mandiri secara finansial, merasa kuat dan tak ada kata mengeluh dalam kamus pribadi, inikah syarat yang harus dipenuhi untuk menjadi superwoman? Belum tentu.
Psikolog Alexander Sriewijono memaparkan, superwoman adalah mereka yang mampu menggunakan potensi apa yang ada dalam dirinya, mengaplikasikannya dalam keseharian, dan memberikan hasil dalam hidupnya. Ia tak hanya sekadar merasa, merasa kuat misalnya, tetapi ia membuktikan dalam tindakan bahwa ia kuat dan mendapatkan hasil darinya. Perempuan menjadi superwoman ketika ia mampu menginspirasi orang lain dengan segala kebiasaannya.
Memahami dirinya secara utuh
“Untuk menjadi superwoman, perempuan perlu tahu apa yang penting bagi dirinya dan sepanjang hidupnya. Perempuan yang berada dalam tahapan usia yang sama bisa berbeda kepentingannya. Setelah mengetahui apa yang penting, cari jalan keluarnya, lalu wujudkan,” jelas Alex, salah satu pendiri Daily Meaning, lembaga konsultan pengembangan pribadi.
Pertanyaan dasar yang harus diajukan setiap perempuan ke dalam dirinya adalah “Siapa saya, dan apa yang saya bisa?” “Saya merasa seperti apa?” “Saya harus melakukan apa dan mengapa?” “Apa hasilnya dari apa yang saya putuskan untuk lakukan itu?” Semua pertanyaan ini saling terkait.
Artinya, menjadi superwoman, Anda selalu tahu apa yang sedang dan akan Anda lakukan, dengan alasan kuat di baliknya dan memahami sepenuhnya konsekuensi dari setiap pilihan dan keputusan yang Anda buat. Dengan demikian, Anda pun dapat memprediksi seperti apa hasil dari tindakan Anda saat ini. Pertanyaan ini dapat diajukan setiap kali Anda menjalani peran berbeda, sebagai ibu, istri, profesional, anak perempuan, saudara perempuan, sahabat perempuan, apa pun dalam hidup seorang perempuan.
Membedakan keinginan dan kebutuhan
Jika perempuan mampu menjawab pertanyaan dasar tadi, ia akan lebih mahir membedakan keinginan dan kebutuhan setiap kali menjalankan peran.
“Superwoman bisa membuat pilihan berdasarkan kebutuhan.
Bisa juga dengan menggabungkan keinginan dan kebutuhan.
Setiap kali ia melakukan sesuatu harus jelas apa tujuannya.
Ia mampu membedakan secara tajam apa itu kebutuhan dan keinginan,” jelas Alex.
Sebagai contoh, dengan uang Rp 300.000, apa yang akan Anda lakukan bersama keluarga? Pilihannya, Anda ingin makan di restoran bersama keluarga, atau ingin mengajak anak Anda belanja sayuran di pasar tradisional, sambil mengajarkannya mengenai berbagai pengetahuan, life skills yang tak didapatnya di sekolah, lalu memasak bahan makanan bersama di rumah sambil menjelaskan kepada anak setiap bagian dari makanan tersebut? Sekali lagi, setiap orang memiliki kepentingan berbeda. Anda boleh saja memilih makan bersama di restoran dengan uang Rp 300.000, tetapi adakah alasan pasti di baliknya? Sekadar keinginan atau memang Anda membutuhkannya? Boleh jadi, anak-anak membutuhkan suasana berbeda karena terlalu sering makan bersama di rumah.
Oleh karena itu, Anda merasa butuh mengajaknya makan di restoran karena akan ada pembelajaran yang diterimanya.
Anda bisa mengenalkannya apa profesi koki yang ditemui di restoran dan lain sebagainya.
Apa pun pilihan Anda, pastikan Anda selalu tahu apa yang sedang Anda lakukan dan mengapa, serta hasil apa yang ingin dicapai, dengan melihat kebutuhan bukan sekadar keinginan belaka. Inilah salah satu syarat yang harus dimiliki untuk menjadi superwoman sesungguhnya.
Jika contoh tadi lebih menjelaskan bagaimana menjadi superwoman dengan peran ibu, lantas bagaimana menjadi superwoman sebagai profesional misalnya?
Super yang memesona
Sebagai profesional, superwoman tak berarti Anda harus memiliki posisi tinggi dengan gaya kepemimpinan yang maskulin dengan bersikap jauh lebih tegas kepada karyawan.
Karena jika menunjukkan sisi feminin, Anda merasa tak lagi super.
Dalam karier, superwoman yang memesona adalah mereka yang mampu membuat orang lain merasa diistimewakan dengan kehadirannya, jelas Alex.
“Superwoman membuat orang lain merasa nyaman dengan super- nya ia. Ia tidak mengecilkan orang lain dengan super-nya.
Tapi, justru ia membuat orang lain sama super-nya seperti dia bukan dengan mengecilkan kemampuan orang lain. Superwoman takkan mengecilkan orang lain, apalagi membuat orang lain menjadi tidak berkembang. Inilah superwoman yang memesona,” papar Alex.
Boleh mengeluh
“Bukan superwoman kalau ia mengeluh dan tidak tahu mengapa ia mengeluh,” kata Alex.
Adalah wajar bagi siapa pun untuk mengeluh, termasuk superwoman, tambahnya. Namun, bagi superwoman, ketika ia sedang mengeluh, ia lalu tahu apa yang harus dilakukan terhadap dirinya dan keluhannya.
Ia menyadari sepenuhnya bahwa ia sedang mengeluhkan sesuatu, ia merasa lelah dengan semua hal yang dialaminya, ia merasa sedih dengan kondisi yang sedang menderanya, tetapi ia tak tenggelam dalam kesedihan atau kelelahan emosinya.
“Siapa pun boleh bilang capek.
Namun, seberapa jauh dia mengeluh dan melakukan sesuatu, itulah yang membedakan superwoman.
Superwoman akan melakukan sesuatu dengan kekuatan yang ada dalam dirinya,” tandasnya.
Menjadi superwoman adalah pilihan Anda. Apakah dengan menjadi superwoman Anda dapat menjalankan peran lebih baik sebagai profesional, istri, juga ibu? Anda tentu punya jawabnya.
(*)