28 C
Medan
Monday, November 25, 2024
spot_img

Harga Jagung Tembus Rp2.500 per Kilo

MEDAN- Di tahun 2012 ini, harga jagung naik dari Rp1.800-Rp1.900 per kilogram menjadi Rp2.500 per kilogram. Kenaikan harga jagung ini dikarenakan adanya penghentian impor jagung untuk sementara waktu oleh pemerintah.

“Adanya penghentian impor jagung ini, membuat harga jagung lokal naik, ini yang kita harapkan agar pemerintah mengerti dan memahami keinginan petani,” ujar Ketua Himpunan Petani Jagung Indonesia (Hipajagi) Sumut Jemat Sebayang, ketika dikonfirmasi, Senin (23/1).

Jemat menyadari, impor jagung pada waktu-waktu tertentu sangat dibutuhkan, karena produksi Sumut yang belum mampu menutupi kebutuhan jagung, terutama untuk pabrik. Harapan petani, impor jagung jangan dilakukan bila masa panen tiba yang biasanya terjadi pada bulan Juli hingga September. Kebutuhan Sumut akan jagung sekitar 1,5 juta ton per tahun, sedangkan produksi jagung Sumut berkisar 1,3 juta ton per tahun dengan luas lahan sekitar 45 ribu hektare. Dengan produksi 8 hingga 10 ton per hektare. “Jadi yang ditutupi itu seharusnya 200 ton, tapi jangan semuanya, karena itu akan mematikan kita sendiri,” tambah Jemat.

Sementara itu, Sekretaris Jenderal Hipajagi Charlie Hutasoit menyatakan, jagung lokal memiliki kelebihan dibandingkan dengan jagung impor, salah satunya pada kandungan minyak jagung itu sendiri. “Kandungan minyak kita lebih tinggi, perbedaannya sekitar 2 sendok teh untuk rendemennya,” ungkap Charlie.

Menurutnya, impor terakhir yang masuk Sumut pada 5 Januari 2012 lalu dari India. “Total impor pada 2011 hingga 5 januari 2012 sekitar 100 ton,” tambah Charlie.

Charlie juga menegaskan, walau harga jagung saat ini sudah naik, tetapi harga tersebut belum mencukupi kebutuhan dari petani itu sendiri. Dari berbagai sentral penghasil jagung di Sumut, seperti di Tanah Karo, Simalungun, Dairi, Sergai, Deli Serdang, Langkat, dan daerah lainnya, per hektarnya mengahabiskan dana sekitar Rp8 hingga Rp10 juta sekali penanaman. “Kalau dengan perhatian khusus, seperti pupuk organik dan lainnya, biaya yang dibutuhkan sekitar Rp10 juta,” tambah Charlie.

“Kalau dari hitungan Rp2.500 per kilogram, berarti keuntungan yang didapat oleh petani hanya Rp800 ribu per bulannya, itu kan tidak mencukupi,” ungkap Charlie.

Karena itu, ke depannya, Hipajagi akan memberikan refrensi untuk harga jagung. (ram)

MEDAN- Di tahun 2012 ini, harga jagung naik dari Rp1.800-Rp1.900 per kilogram menjadi Rp2.500 per kilogram. Kenaikan harga jagung ini dikarenakan adanya penghentian impor jagung untuk sementara waktu oleh pemerintah.

“Adanya penghentian impor jagung ini, membuat harga jagung lokal naik, ini yang kita harapkan agar pemerintah mengerti dan memahami keinginan petani,” ujar Ketua Himpunan Petani Jagung Indonesia (Hipajagi) Sumut Jemat Sebayang, ketika dikonfirmasi, Senin (23/1).

Jemat menyadari, impor jagung pada waktu-waktu tertentu sangat dibutuhkan, karena produksi Sumut yang belum mampu menutupi kebutuhan jagung, terutama untuk pabrik. Harapan petani, impor jagung jangan dilakukan bila masa panen tiba yang biasanya terjadi pada bulan Juli hingga September. Kebutuhan Sumut akan jagung sekitar 1,5 juta ton per tahun, sedangkan produksi jagung Sumut berkisar 1,3 juta ton per tahun dengan luas lahan sekitar 45 ribu hektare. Dengan produksi 8 hingga 10 ton per hektare. “Jadi yang ditutupi itu seharusnya 200 ton, tapi jangan semuanya, karena itu akan mematikan kita sendiri,” tambah Jemat.

Sementara itu, Sekretaris Jenderal Hipajagi Charlie Hutasoit menyatakan, jagung lokal memiliki kelebihan dibandingkan dengan jagung impor, salah satunya pada kandungan minyak jagung itu sendiri. “Kandungan minyak kita lebih tinggi, perbedaannya sekitar 2 sendok teh untuk rendemennya,” ungkap Charlie.

Menurutnya, impor terakhir yang masuk Sumut pada 5 Januari 2012 lalu dari India. “Total impor pada 2011 hingga 5 januari 2012 sekitar 100 ton,” tambah Charlie.

Charlie juga menegaskan, walau harga jagung saat ini sudah naik, tetapi harga tersebut belum mencukupi kebutuhan dari petani itu sendiri. Dari berbagai sentral penghasil jagung di Sumut, seperti di Tanah Karo, Simalungun, Dairi, Sergai, Deli Serdang, Langkat, dan daerah lainnya, per hektarnya mengahabiskan dana sekitar Rp8 hingga Rp10 juta sekali penanaman. “Kalau dengan perhatian khusus, seperti pupuk organik dan lainnya, biaya yang dibutuhkan sekitar Rp10 juta,” tambah Charlie.

“Kalau dari hitungan Rp2.500 per kilogram, berarti keuntungan yang didapat oleh petani hanya Rp800 ribu per bulannya, itu kan tidak mencukupi,” ungkap Charlie.

Karena itu, ke depannya, Hipajagi akan memberikan refrensi untuk harga jagung. (ram)

Previous article
Next article

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/