26 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Pesawat Tempur AS Rontok, Putra Kadhafi Tewas

LIBYA- Putra pemimpin Libya, Muammar Kadhafi, dilaporkan tewas menjadi korban peperangan antara pemerintah dengan pemberontak. Dia tewas setelah barak militernya diserang oleh pilot Libya yang membelot.

Kantor berita Sydney Morning Herald, Selasa (22/3) melaporkan bahwa anak keenam Kadhafi, Khamis Kadhafi, tewas pada Sabtu malam pekan lalu. Berita kematiannya baru diperoleh pada hari ini.

Khamis yang berusia 27 tahun tewas di barak militernya di komplek Bab al-Aziziya, Tripoli, setelah sebuah pesawat jet tempur menabrakkan diri ke barak tersebut pada Selasa, 15 Maret 2011. Pilot pesawat itu menolak untuk menyerang warga sipil dan melakukan aksi bunuh diri dengan menyerang pasukan Khamis.

Khamis merupakan lulusan akademi militer Tripoli dan akademi militer di Frunze, Moskow, Rusia. Dia adalah panglima tempur brigade penggempur demonstran di Libya. Pasukannya yang beranggotakan 1.000 orang dinamakan Brigade Khamis. Pasukan ini adalah pasukan yang paling ditakuti oleh para pemberontak.
Brigade Khamis bertanggung jawab atas kematian puluhan warga sipil pada gempuran terhadap pemberontak di berbagai kota di negara tersebut.

Pemerintah Libya dilansir dari laman Courier Mail membantah kematian Khamis adalah akibat serangan bunuh diri. Mereka mengatakan Khamis tewas setelah baraknya dibombardir oleh tentara koalisi pimpinan Amerika Serikat.
Hari ketiga serbuan pasukan sekutu, pesawat tempur milik Amerika Serikat (AS) dikabarkan jatuh di wilayah yang dikuasai oleh pihak oposisi.

Juru bicara Komando Afrika militer AS, Vince Crawley seperti dilansir kantor berita Reuters, mengatakan, penyebab jatuhnya pesawat tersebut kemungkinan disebabkan oleh kegagalan mekanik dan bukan karena serangan musuh.
Menurut Crawley, seorang pilot jet tempur F-15E Eagle tersebut telah ditemukan dalam keadaan selamat. Sedangkan seorang lagi kru pesawat tengah berupaya ditemukan. Operasi pencariannya sedang dilakukan.

Serangan ke Libya Melemah

Serangan udara ke Libya diyakini mulai melemah. Setidaknya hal ini dikonfirmasi oleh petinggi militer Amerika Serikat (AS) yang menahan diri agar pihak tidak terserap masuk dalam perang saudara di Libya.

“Perkiraan saya, frekuensi serangan (ke Libya) akan berkurang. Tetapi hal ini bisa berubah bila terjadi sesuatu hal yang tidak terduga berlangsung,” ungkap Jenderal Carter Ham yang memimpin operasi AS di Libya.

Presiden AS Barack Obama sempat dipertanyakan sampai kapan operasi militer ini akan berlangsung. Dirinya pun mengklaim pihak militer barat berharap rezim Kadhafi dapat runtuh dalam hitungan hari.  “Kami mengantisipasi perubahan rezim dalam hitungan hari bukan dalam hitungan minggu,” kata Obama.

Tetapi Obama tidak menyebutkan siapa yang akan memegang kendali bila Kadhafi jadi turun dari kekuasannya. Akan tetapi, selama ini tampak jelas Inggris dan Prancis akan memegang peran penting mengingat keduanya yang memaksakan intervensi di Libya.

Letusan artileri anti-pesawat terus terdengar di langit malam kota Tripoli, Libya. Dua instalasi radar militer Libya dikabarkan hancur akibat serangan.

Dua instalasi radar militer Libya yang hancur tersebut dikabarkan berada di wilayah timur Libya. Tetapi juru bicara militer Prancis yang terlibat dalam serang di wilayah Timur Libya mengaku, tidak ada pesawat Libya yang terbang di wilayah tersebut saat itu.

Sementara warga di dua wilayah yang dikuasai oleh oposisi di sebelah barat Libya, mengaku diserang oleh pasukan Kadhafi. Serangan ini berlangsung di Misrata dan Zintan. Diperkirakan pasukan pemerintah akan terus memaksakan masuk ke wilayah yang dihuni rakyat, guna menghindari serangan udara.

Warga di Misrata mengaku berusaha keras untuk menyetop pasukan Kadhafi dengan melakukan perlawanan keras di pintu masuk kota. “Ketika mereka memasuki kota, pasukan Kadhafi mulai menembaki warga dengan artileri dan senjata,” ungkap Saadoun, warga setempat seperti dikutip Al Jazeera, Selasa (22/3).

Saadoun sendiri mengaku sembilan warga dilaporkan tewas dalam serangan ini. Namun belum ada konfirmasi resmi mengenai jumlah korban ini.

Obama Panen Kecaman

Presiden Obama menghadapi kritik yang terus tumbuh di dalam dan luar negeri atas apakah kampanye militer di Libya adalah kebijakan yang salah, atau kebijakan yang tepat pada waktu yang salah.

Obama, dalam tur lima harinya di Amerika Latin, membela pendekatan pemerintahannya di Libya. Dia menyatakan serangan yang dilakukan Sekutu di Libya bertujuan untuk melengserkan Muammar Kadhafi dari tahtanya. Obama menjamin AS akan berpegang teguh pada mandat PBB.

“Operasi militer kami adalah untuk mendukung mandat internasional Dewan Keamanan PBB yang secara khusus memfokuskan pada ancaman kemanusian yang ditimbulkan oleh Kolonel Kadhafi bagi rakyatnya,” ujar Obama di Chili.

Dia menuturkan, AS juga akan melakukan cara-cara nonmiliter, termasuk sanksi ekonomi dan embargo senjata, untuk mengakhiri kekuasaan empat dekade Kadhafi.

Di dalam negeri AS, sejumlah anggota Kongres dari Partai Republik menyebut penyerangan ke Libya merupakan penghinaan atas konstitusi AS karena Obama tidak lebih dulu meminta persetujuan Kongres.
“AS tidak punya militernya Raja. Pilihan sepihak Presiden Obama untuk menggunakan kekuatan militer AS di Libya merupakan penghinaan akan konstitusi kita,” cetus anggota Kongres, Roscoe Bartlett kepada majalah Hill seperti dilansir Telegraph, Selasa (22/3).

Bartlett termasuk di antara anggota Kongres lainnya yang menyebut aksi militer di Libya tidak konstitusional.
Ketua DPR AS John Boehner juga mengkritik Obama karena kurangnya konsultasi. Namun politikus Partai Republik itu mendukung intervensi militer di Libya.

Sebelumnya Obama telah mengirimkan surat ke anggota-anggota Kongres pada Senin, 21 Maret waktu setempat. Surat itu sebagai upaya untuk meredakan kritikan terhadap dirinya atas tidak adanya konsultasi dengan Senat dan DPR sebelum menyetujui aksi militer di Libya.

Dalam suratnya, Obama mencoba menjawab kritikan bahwa dirinya tidak memberikan penjelasan ataupun mendiskusikan keputusannya secara detail dengan Partai Demokrat dan Republik. Sesuai konstitusi AS, persetujuan Kongres diperlukan untuk deklarasi perang.

Dalam suratnya kepada Kongres, Obama menegaskan bahwa aksi militer terhadap Libya merupakan operasi militer terbatas sebagai bagian dari koalisi.

Analis politik mengatakan Obama bisa mendapatkan keuntungan jika Kadafi dengan cepat digulingkan, atau jika ada resolusi lain cepat dan relatif tak berdarah. Tetapi jika konflik menemui jalan buntu, kritik cenderung meningkat.
Sejumlah tokoh liberal Demokrat  yang biasanya bersekutu dengan Presiden Obama, mengutuk penggunaan kekuatan militer. Kelompok konservatif, serta ahli kebijakan luar negeri, menyebut Libya bukanlah kepentingan AS yang vital.
Sebuah kelompok antiperang mengumumkan rencana untuk menggelar protes di Los Angeles, Chicago dan sembilan kota lainnya minggu ini.

Selain dari dalam negeri, luar negeri juga mengecam serangan itu. Misalnya dari Liga Arab yang awalnya menyerukan zona larangan terbang di Libya, keputusan yang mendorong Gedung Putih untuk bergabung melakukan serangan. Sedangkan PM Rusia Vladimir Putin mengecam Washington atas apa yang disebutnya “perang salib”.
Presiden Bolivia Evo Morales yang mencetuskan agar hadiah Nobel untuk Obama ditarik kembali. “Dua tahun lalu kita dengar bahwa Presiden Barack Obama telah memenangi hadiah Nobel Perdamaian, tapi apakah dia membela perdamaian di dunia sekarang, atau dia malah mengobarkan kekerasan?” ujar Morales kepada para wartawan di La Paz, Bolivia seperti dilansir kantor berita AFP, Selasa (22/3).

“Bagaimana mungkin memberikan hadiah Nobel Perdamaian kepada seseorang yang telah melancarkan invasi, pengeboman? Itu pelanggaran, penyerangan, agresi,” tegas Morales, salah seorang pemimpin Amerika Latin yang kerap mengkritik pemerintah AS.

“Obama adalah pemimpin kelompok penjahat yang memimpin penyerangan dan invasi, dan itu tak ada hubungannya dengan membela hak-hak asasi manusia,” tandas Morales.

Obama menerima hadiah Nobel Perdamaian pada Desember 2009 lalu. Atau kurang dari setahun setelah dirinya dilantik menjadi presiden AS.

Dalam pidatonya saat menerima hadiah prestisius, Obama menyebut dirinya sebagai panglima tertinggi sebuah negara di tengah dua perang (Irak dan Afghanistan). Obama juga mengatakan bahwa konflik bersenjata ada kalanya diperlukan.

Obama memberikan hadiah uang sebesar 1,4 juta dolar AS yang diterimanya dari panitia Nobel untuk 10 organisasi amal, termasuk kelompok-kelompok yang bekerja untuk upaya kemanusiaan di Haiti dan kelompok yang mendukung keluarga militer.(net/bbs)

LIBYA- Putra pemimpin Libya, Muammar Kadhafi, dilaporkan tewas menjadi korban peperangan antara pemerintah dengan pemberontak. Dia tewas setelah barak militernya diserang oleh pilot Libya yang membelot.

Kantor berita Sydney Morning Herald, Selasa (22/3) melaporkan bahwa anak keenam Kadhafi, Khamis Kadhafi, tewas pada Sabtu malam pekan lalu. Berita kematiannya baru diperoleh pada hari ini.

Khamis yang berusia 27 tahun tewas di barak militernya di komplek Bab al-Aziziya, Tripoli, setelah sebuah pesawat jet tempur menabrakkan diri ke barak tersebut pada Selasa, 15 Maret 2011. Pilot pesawat itu menolak untuk menyerang warga sipil dan melakukan aksi bunuh diri dengan menyerang pasukan Khamis.

Khamis merupakan lulusan akademi militer Tripoli dan akademi militer di Frunze, Moskow, Rusia. Dia adalah panglima tempur brigade penggempur demonstran di Libya. Pasukannya yang beranggotakan 1.000 orang dinamakan Brigade Khamis. Pasukan ini adalah pasukan yang paling ditakuti oleh para pemberontak.
Brigade Khamis bertanggung jawab atas kematian puluhan warga sipil pada gempuran terhadap pemberontak di berbagai kota di negara tersebut.

Pemerintah Libya dilansir dari laman Courier Mail membantah kematian Khamis adalah akibat serangan bunuh diri. Mereka mengatakan Khamis tewas setelah baraknya dibombardir oleh tentara koalisi pimpinan Amerika Serikat.
Hari ketiga serbuan pasukan sekutu, pesawat tempur milik Amerika Serikat (AS) dikabarkan jatuh di wilayah yang dikuasai oleh pihak oposisi.

Juru bicara Komando Afrika militer AS, Vince Crawley seperti dilansir kantor berita Reuters, mengatakan, penyebab jatuhnya pesawat tersebut kemungkinan disebabkan oleh kegagalan mekanik dan bukan karena serangan musuh.
Menurut Crawley, seorang pilot jet tempur F-15E Eagle tersebut telah ditemukan dalam keadaan selamat. Sedangkan seorang lagi kru pesawat tengah berupaya ditemukan. Operasi pencariannya sedang dilakukan.

Serangan ke Libya Melemah

Serangan udara ke Libya diyakini mulai melemah. Setidaknya hal ini dikonfirmasi oleh petinggi militer Amerika Serikat (AS) yang menahan diri agar pihak tidak terserap masuk dalam perang saudara di Libya.

“Perkiraan saya, frekuensi serangan (ke Libya) akan berkurang. Tetapi hal ini bisa berubah bila terjadi sesuatu hal yang tidak terduga berlangsung,” ungkap Jenderal Carter Ham yang memimpin operasi AS di Libya.

Presiden AS Barack Obama sempat dipertanyakan sampai kapan operasi militer ini akan berlangsung. Dirinya pun mengklaim pihak militer barat berharap rezim Kadhafi dapat runtuh dalam hitungan hari.  “Kami mengantisipasi perubahan rezim dalam hitungan hari bukan dalam hitungan minggu,” kata Obama.

Tetapi Obama tidak menyebutkan siapa yang akan memegang kendali bila Kadhafi jadi turun dari kekuasannya. Akan tetapi, selama ini tampak jelas Inggris dan Prancis akan memegang peran penting mengingat keduanya yang memaksakan intervensi di Libya.

Letusan artileri anti-pesawat terus terdengar di langit malam kota Tripoli, Libya. Dua instalasi radar militer Libya dikabarkan hancur akibat serangan.

Dua instalasi radar militer Libya yang hancur tersebut dikabarkan berada di wilayah timur Libya. Tetapi juru bicara militer Prancis yang terlibat dalam serang di wilayah Timur Libya mengaku, tidak ada pesawat Libya yang terbang di wilayah tersebut saat itu.

Sementara warga di dua wilayah yang dikuasai oleh oposisi di sebelah barat Libya, mengaku diserang oleh pasukan Kadhafi. Serangan ini berlangsung di Misrata dan Zintan. Diperkirakan pasukan pemerintah akan terus memaksakan masuk ke wilayah yang dihuni rakyat, guna menghindari serangan udara.

Warga di Misrata mengaku berusaha keras untuk menyetop pasukan Kadhafi dengan melakukan perlawanan keras di pintu masuk kota. “Ketika mereka memasuki kota, pasukan Kadhafi mulai menembaki warga dengan artileri dan senjata,” ungkap Saadoun, warga setempat seperti dikutip Al Jazeera, Selasa (22/3).

Saadoun sendiri mengaku sembilan warga dilaporkan tewas dalam serangan ini. Namun belum ada konfirmasi resmi mengenai jumlah korban ini.

Obama Panen Kecaman

Presiden Obama menghadapi kritik yang terus tumbuh di dalam dan luar negeri atas apakah kampanye militer di Libya adalah kebijakan yang salah, atau kebijakan yang tepat pada waktu yang salah.

Obama, dalam tur lima harinya di Amerika Latin, membela pendekatan pemerintahannya di Libya. Dia menyatakan serangan yang dilakukan Sekutu di Libya bertujuan untuk melengserkan Muammar Kadhafi dari tahtanya. Obama menjamin AS akan berpegang teguh pada mandat PBB.

“Operasi militer kami adalah untuk mendukung mandat internasional Dewan Keamanan PBB yang secara khusus memfokuskan pada ancaman kemanusian yang ditimbulkan oleh Kolonel Kadhafi bagi rakyatnya,” ujar Obama di Chili.

Dia menuturkan, AS juga akan melakukan cara-cara nonmiliter, termasuk sanksi ekonomi dan embargo senjata, untuk mengakhiri kekuasaan empat dekade Kadhafi.

Di dalam negeri AS, sejumlah anggota Kongres dari Partai Republik menyebut penyerangan ke Libya merupakan penghinaan atas konstitusi AS karena Obama tidak lebih dulu meminta persetujuan Kongres.
“AS tidak punya militernya Raja. Pilihan sepihak Presiden Obama untuk menggunakan kekuatan militer AS di Libya merupakan penghinaan akan konstitusi kita,” cetus anggota Kongres, Roscoe Bartlett kepada majalah Hill seperti dilansir Telegraph, Selasa (22/3).

Bartlett termasuk di antara anggota Kongres lainnya yang menyebut aksi militer di Libya tidak konstitusional.
Ketua DPR AS John Boehner juga mengkritik Obama karena kurangnya konsultasi. Namun politikus Partai Republik itu mendukung intervensi militer di Libya.

Sebelumnya Obama telah mengirimkan surat ke anggota-anggota Kongres pada Senin, 21 Maret waktu setempat. Surat itu sebagai upaya untuk meredakan kritikan terhadap dirinya atas tidak adanya konsultasi dengan Senat dan DPR sebelum menyetujui aksi militer di Libya.

Dalam suratnya, Obama mencoba menjawab kritikan bahwa dirinya tidak memberikan penjelasan ataupun mendiskusikan keputusannya secara detail dengan Partai Demokrat dan Republik. Sesuai konstitusi AS, persetujuan Kongres diperlukan untuk deklarasi perang.

Dalam suratnya kepada Kongres, Obama menegaskan bahwa aksi militer terhadap Libya merupakan operasi militer terbatas sebagai bagian dari koalisi.

Analis politik mengatakan Obama bisa mendapatkan keuntungan jika Kadafi dengan cepat digulingkan, atau jika ada resolusi lain cepat dan relatif tak berdarah. Tetapi jika konflik menemui jalan buntu, kritik cenderung meningkat.
Sejumlah tokoh liberal Demokrat  yang biasanya bersekutu dengan Presiden Obama, mengutuk penggunaan kekuatan militer. Kelompok konservatif, serta ahli kebijakan luar negeri, menyebut Libya bukanlah kepentingan AS yang vital.
Sebuah kelompok antiperang mengumumkan rencana untuk menggelar protes di Los Angeles, Chicago dan sembilan kota lainnya minggu ini.

Selain dari dalam negeri, luar negeri juga mengecam serangan itu. Misalnya dari Liga Arab yang awalnya menyerukan zona larangan terbang di Libya, keputusan yang mendorong Gedung Putih untuk bergabung melakukan serangan. Sedangkan PM Rusia Vladimir Putin mengecam Washington atas apa yang disebutnya “perang salib”.
Presiden Bolivia Evo Morales yang mencetuskan agar hadiah Nobel untuk Obama ditarik kembali. “Dua tahun lalu kita dengar bahwa Presiden Barack Obama telah memenangi hadiah Nobel Perdamaian, tapi apakah dia membela perdamaian di dunia sekarang, atau dia malah mengobarkan kekerasan?” ujar Morales kepada para wartawan di La Paz, Bolivia seperti dilansir kantor berita AFP, Selasa (22/3).

“Bagaimana mungkin memberikan hadiah Nobel Perdamaian kepada seseorang yang telah melancarkan invasi, pengeboman? Itu pelanggaran, penyerangan, agresi,” tegas Morales, salah seorang pemimpin Amerika Latin yang kerap mengkritik pemerintah AS.

“Obama adalah pemimpin kelompok penjahat yang memimpin penyerangan dan invasi, dan itu tak ada hubungannya dengan membela hak-hak asasi manusia,” tandas Morales.

Obama menerima hadiah Nobel Perdamaian pada Desember 2009 lalu. Atau kurang dari setahun setelah dirinya dilantik menjadi presiden AS.

Dalam pidatonya saat menerima hadiah prestisius, Obama menyebut dirinya sebagai panglima tertinggi sebuah negara di tengah dua perang (Irak dan Afghanistan). Obama juga mengatakan bahwa konflik bersenjata ada kalanya diperlukan.

Obama memberikan hadiah uang sebesar 1,4 juta dolar AS yang diterimanya dari panitia Nobel untuk 10 organisasi amal, termasuk kelompok-kelompok yang bekerja untuk upaya kemanusiaan di Haiti dan kelompok yang mendukung keluarga militer.(net/bbs)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/