JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Pandemi telah menyebabkan terpuruknya perekonomian global. Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi mengungkapkan kunci pemulihan ekonomi dunia adalah kerja sama antar negara-negara di dunia dalam meningkatkan transaksi perdagangannya.
Hal ini disampaikan Mendag Lutfi saat menghadiri Pertemuan Tingkat MenteriAsia-Pacific Economic Cooperation (APEC) Ministers Responsible for Trade(MRT), ke-28 di Bangkok, Thailand. Pertemuan ini merupakan pertemuan fisik pertama selama dua tahun terakhir akibat pandemi Covid-19. Pertemuan digelar pada 21–22 Mei 2022 dan dihadiri para Menteri Perdagangandari21 anggota APEC.
“Kita harus kembali ke perdagangan, kita harus kembali ke ekonomi, kita harus kembali ke jalur pertumbuhan. Krisis pandemi Covid-19 mengajarkanbahwa tanpa kerja sama antarnegara, tantangan dunia yang terus berdatangan akan semakin sulit dibendung. Artinya, kerja sama antarekonomi menjadi kunci pemulihan dunia. Perdagangan adalah tulang punggung kesejahteraan dan salah satu kunci perdamaian dunia. Untuk mencapai hal tersebut, APEC harus bersama-sama sepakat untuk kembali kepada ekonomi demi perdamaian dan kesejahteraan dunia,” tegas Mendag Lutfi.
Menurut Mendag Lutfi, tantangan geopolitik turut mewarnai Pertemuan APEC MRT inikarena memberikan dampak signifikan bagi suplaiperdagangan global, harga komoditas, dan inflasi. Terlebih saat ini seluruh dunia masih berupaya untuk pulih dari krisis ekonomi akibatpandemi Covid-19.
“Krisis pandemi Covid-19 memberikan tantangan bagi Indonesia. Pada dua tahun terakhir kami berjuang keras untuk keluar darijebakan pendapatan kelas menengah(middle income trap),” ujar Mendag Lutfi.
Mendag Lutfi menjabarkan langkah agar anggota APEC kembali fokus pada perdagangan dan peningkatan ekonomi khususnya di kawasan Asia Pasifik. Salah satunya melalui pembahasan mengenai Kawasan Perdagangan Bebas Asia Pasifik/ Free Trade Area of the Asia Pacific (FTAAP).
“Sudah hampir 20 tahun sejak pertama kali pembahasan FTAAP, namun masih terdapat perbedaan pandangan di antara anggota APEC dalam menentukan arah ke depannya. Untukitu, penting untuk menyepakati pemahaman bersama agarmemberikan manfaat yang luas bagi perekonomian global,” ujar Mendag Lutfi.
Sementara itu,untuk pembahasan sistem perdagangan multilateral, Indonesia menekankan seluruh anggota APEC agarmengupayakan pengembalian fungsi WTO untuk memperoleh manfaat dari sistem perdagangan multilateral.
“Padapertemuan Konferensi Tingkat Menteri WTO ke-12 (Ministerial Conference/MC-12) pada bulan Juni 2022 mendatang, diperlukanupaya global untuk memastikan relevansi WTO dalam menghadapi tantangan yang tengah dihadapi dunia. Langkah pertama yang harus dilakukan adalah membangun dialog upaya membangun sistem perdagangan multilateral yang berfungsi dengan baik diantara anggota APEC. Kedua, anggota APEC harus memimpin komitmen memperkuat sistem perdagangan multilateral serta menekankan hasilkonkretdan berarti dari pertemuan MC-12 terutama sistem penyelesaian sengketa WTO yang kredibel,” jelas Mendag Lutfi.
Di tengah kenaikan harga pangan akibat disrupsi global, lanjut Mendag Lutfi, Indonesia mendorong penyelesaian negosiasi pertanian dan pembentukan disiplin subsidi perikanan yang efektif sebagai solusi. Disiplin subsidi perikanan tersebut harus memastikan keseimbangan yang adil (level-playing-field).
Mendag Lutfi juga menegaskan pentingnya pernyataan bersama anggota APEC bagi kesuksesan hasil pertemuan MC-12. Menurut Mendag Lutfi, saat ini perlu menjaga relevansi dan integritas APEC untuk mendukung sistem perdagangan global dalam mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDGs).
“APEC harus menyelesaikan setiap permasalahan dengan proporsional dan berimbang serta menekankan pentingnya kelanjutan kerja. Untuk itu, Indonesia mendorong pencapaian kesepakatan bersama Menteri Perdagangan APEC (MRT Statement) untuk menunjukkan relevansi dan integritas APEC di masa krisis dalam mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan,”tutur Mendag Lutfi.
Namun, Mendag Lutfi juga menyayangkanPertemuan Menteri PerdaganganAPEC tahun ini hanya menyepakati “APEC Chair’s Statement” karena belum berhasil menyepakati penyataanbersama terkait penyelesaian isu geopolitik.
Sekilas tentang APEC
APEC merupakan forum kerja sama 21 Ekonomi di lingkar Samudera Pasifik. Kegiatan utamanya meliputi kerja sama perdagangan, investasi,kerja sama ekonomi lainnya untuk mendorong pertumbuhan, serta peningkatan kesejahteraan di Kawasan Asia Pasifik.
Anggota Ekonomi APEC terdiri atas Australia, Brunei Darussalam, Filipina,Kanada, Chile, Tiongkok, Hongkong, Indonesia, Jepang, Korea Selatan, Malaysia, Meksiko, Selandia Baru, Peru, Papua Nugini, Rusia, Singapura, Taiwan, Thailand, Amerika Serikat, dan Vietnam. Kerja sama APEC bersifat nonpolitisdan keputusan-keputusan yang dihasilkan seringkali tidak bersifat mengikat.
Pada 2021, anggota Ekonomi APECmewakili 38 persen penduduk dunia atau 2,9 miliar jiwa, 47 persen perdagangan global atau senilai USD 24 triliun, dan 61 persen total riil GDP dunia atau senilai USD 53 triliun. Secara nilai, ekspor perdagangan Indonesia dengan kawasan APEC menunjukkan peningkatan pada2021. Pada periode tersebut, total nilai ekspor Indonesia ke anggota APEC sebesar USD 170,4 miliar. Nilai ininaik 44 persen dibandingkan tahun 2020 yang tercatat sebesar USD 117,7 miliar. Pada periode ini, surplus nilai perdagangan Indonesia-APEC mencapai USD 17,5 miliar.(*/rel)