26 C
Medan
Saturday, November 23, 2024
spot_img

Kenaikan BBM Belum Pasti

JAKARTA- Kementerian Keuangan lebih memilih melakukan pembatasan BBM subsidi pada bulan April 2012 secara perlahan. Soalnya, dengan dimulainya pembatasan tersebut tahun ini, maka pemerintah akan memiliki skema pengaturan permanen untuk BBM bersubsidi.
Demikian disampaikan Plt Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan Bambang Brodjonegoro saat ditemui di Gedung DPR RI, Jakarta, Rabu (1/2).

Sikap BKF ini memang berbeda dengan sikap Kementerian ESDM yang masih membuka diri untuk menjajaki opsi kenaikan harga BBM dengan mengurangi subsidi BBM di 2012.

“Kita ngomong penghematan sekarang, tapi ke depan penghematan tidak berhenti, maka wajar ada kesalahan. Tapi tahun depan, kebocorannya makin kecil, maka lama-lama kita punya penghematan yang permanen,” jelasnya.

Bambang menilai, penghematan BBM bersubsidi ini lebih baik dibandingkan dengan kenaikan harga BBM tersebut, karena kenaikan harga BBM hanya menaikkan pengeluaran masyarakat. Sementara untuk kuota BBM tetap akan meningkat.

“Pokoknya kita bisa memanage BBM bersubsidi lebih bagus daripada cuma harga, karena kalau soal harga masyarakat tetap saja beli, bedanya uang pemerintah tidak lebih berat, tapi orang tetap beli dan volumenya akan melewati yang kita perkirakan seperti 2011,” bebernya.
Jika dalam pembahasan pembatasan BBM bersubsidi timbul opsi baru untuk mengembangkan Bahan Bakar Gas (BBG), lanjut Bambang, hal itu bisa dijadikan opsi jangka panjang yang tetap perlu dilakukan guna mengurangi penggunaan BBM.

“Pemikiran gas kan untuk mengakomodir pemilik mobil yang mungkin tidak bisa beli, maka muncul faktor gas. Kalau baru muncul bulan Januari maka semua tidak siap kan, tapi jangan sampai faktor tambahan ini menggagalkan semuanya. Yang namanya gas dalam jangka panjang harus dilakukan tanpa memperhatikan ada atau tidaknya subsidi. Menurut saya, harus langsung dipindah ke gas tidak usah peduli harga premium, makanya terkesan dadakan, karena kebijakan lama tidak segera dilakukan,” tandasnya.

Sementara itu, Kementerian ESDM saat ini sedang melakukan kajian untuk mengurangi subsidi pada harga jual BBM   subsidi.
Menurut Menteri ESDM Jero Wacik di Kantor Kepresidenan, Kamis (2/2), program pembatasan BBM subsidi akan dilakukan secara bertahap. Sebab, infrastruktur pendukungnya belum siap.

“Muncullah opsi satu lagi, diturunkan subsidinya. Kalau membuat premium Rp8.200 per liter, sekarang dijual Rp4.500, subsidi Rp3.700. Ini yang akan diturunkan, apakah Rp500, Rp1.000 atau Rp1.500. Bahasa rakyatnya, naik sedikit,” katanya.

Wacik berharap, masyarakat tidak perlu resah dengan pengurangan subsidi atau kenaikan harga BBM. Apalagi saat ini, dana subsidi untuk energi mencapai Rp250 triliun. Angka ini berpotensi masih akan bertambah sehingga perlu dilakukan pengaturan.
“Masyarakat tidak usah terlalu gelisah. Sehingga (subsidi) mengalir ke tempat yang benar,” jelasnya.

Kajian kenaikan harga BBM subsidi, katanya, diharapkan akan cepat diselesaikan pemerintah sebelum 1 April 2012. Namun bukan berarti subsidi BBM akan dihilangkan sama sekali.

“Makin cepat makin baik. Mestinya sebelum April sudah putus,” ujarnya.

Terpisah, Ekonom dan Komisaris Independen Bank Permata, Tony Prasetiantono, menilai,  pemerintah sangat lamban merespons kebocoran anggaran subsidi BBM yang terus naik. Harusnya, kenaikan harga BBM segera dilakukan, jika langkah ini terjadi tahun lalu relatif lebih aman.
Pemerintah tahun lalu ragu-ragu, dan nyaris tidak ada aksi untuk mengamankan anggaran subsidi. “Ini berarti ada potensi kehilangan anggaran Rp150 triliun,” tuturnya.

Bagi Tony, ada dua opsi yang bisa dipilih pemerintah dalam mengamankan anggaran subsidi BBM yang makin gendut. Pertama, naikkan  BBM Rp1.000. “Naikkan saja Rp1.000,” cetusnya.(net/jpnn)

JAKARTA- Kementerian Keuangan lebih memilih melakukan pembatasan BBM subsidi pada bulan April 2012 secara perlahan. Soalnya, dengan dimulainya pembatasan tersebut tahun ini, maka pemerintah akan memiliki skema pengaturan permanen untuk BBM bersubsidi.
Demikian disampaikan Plt Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan Bambang Brodjonegoro saat ditemui di Gedung DPR RI, Jakarta, Rabu (1/2).

Sikap BKF ini memang berbeda dengan sikap Kementerian ESDM yang masih membuka diri untuk menjajaki opsi kenaikan harga BBM dengan mengurangi subsidi BBM di 2012.

“Kita ngomong penghematan sekarang, tapi ke depan penghematan tidak berhenti, maka wajar ada kesalahan. Tapi tahun depan, kebocorannya makin kecil, maka lama-lama kita punya penghematan yang permanen,” jelasnya.

Bambang menilai, penghematan BBM bersubsidi ini lebih baik dibandingkan dengan kenaikan harga BBM tersebut, karena kenaikan harga BBM hanya menaikkan pengeluaran masyarakat. Sementara untuk kuota BBM tetap akan meningkat.

“Pokoknya kita bisa memanage BBM bersubsidi lebih bagus daripada cuma harga, karena kalau soal harga masyarakat tetap saja beli, bedanya uang pemerintah tidak lebih berat, tapi orang tetap beli dan volumenya akan melewati yang kita perkirakan seperti 2011,” bebernya.
Jika dalam pembahasan pembatasan BBM bersubsidi timbul opsi baru untuk mengembangkan Bahan Bakar Gas (BBG), lanjut Bambang, hal itu bisa dijadikan opsi jangka panjang yang tetap perlu dilakukan guna mengurangi penggunaan BBM.

“Pemikiran gas kan untuk mengakomodir pemilik mobil yang mungkin tidak bisa beli, maka muncul faktor gas. Kalau baru muncul bulan Januari maka semua tidak siap kan, tapi jangan sampai faktor tambahan ini menggagalkan semuanya. Yang namanya gas dalam jangka panjang harus dilakukan tanpa memperhatikan ada atau tidaknya subsidi. Menurut saya, harus langsung dipindah ke gas tidak usah peduli harga premium, makanya terkesan dadakan, karena kebijakan lama tidak segera dilakukan,” tandasnya.

Sementara itu, Kementerian ESDM saat ini sedang melakukan kajian untuk mengurangi subsidi pada harga jual BBM   subsidi.
Menurut Menteri ESDM Jero Wacik di Kantor Kepresidenan, Kamis (2/2), program pembatasan BBM subsidi akan dilakukan secara bertahap. Sebab, infrastruktur pendukungnya belum siap.

“Muncullah opsi satu lagi, diturunkan subsidinya. Kalau membuat premium Rp8.200 per liter, sekarang dijual Rp4.500, subsidi Rp3.700. Ini yang akan diturunkan, apakah Rp500, Rp1.000 atau Rp1.500. Bahasa rakyatnya, naik sedikit,” katanya.

Wacik berharap, masyarakat tidak perlu resah dengan pengurangan subsidi atau kenaikan harga BBM. Apalagi saat ini, dana subsidi untuk energi mencapai Rp250 triliun. Angka ini berpotensi masih akan bertambah sehingga perlu dilakukan pengaturan.
“Masyarakat tidak usah terlalu gelisah. Sehingga (subsidi) mengalir ke tempat yang benar,” jelasnya.

Kajian kenaikan harga BBM subsidi, katanya, diharapkan akan cepat diselesaikan pemerintah sebelum 1 April 2012. Namun bukan berarti subsidi BBM akan dihilangkan sama sekali.

“Makin cepat makin baik. Mestinya sebelum April sudah putus,” ujarnya.

Terpisah, Ekonom dan Komisaris Independen Bank Permata, Tony Prasetiantono, menilai,  pemerintah sangat lamban merespons kebocoran anggaran subsidi BBM yang terus naik. Harusnya, kenaikan harga BBM segera dilakukan, jika langkah ini terjadi tahun lalu relatif lebih aman.
Pemerintah tahun lalu ragu-ragu, dan nyaris tidak ada aksi untuk mengamankan anggaran subsidi. “Ini berarti ada potensi kehilangan anggaran Rp150 triliun,” tuturnya.

Bagi Tony, ada dua opsi yang bisa dipilih pemerintah dalam mengamankan anggaran subsidi BBM yang makin gendut. Pertama, naikkan  BBM Rp1.000. “Naikkan saja Rp1.000,” cetusnya.(net/jpnn)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/