26.7 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

TKSK dan Peksos Balai Bahagia Sumut Assesment Penderita Disabilitas di Tebingtinggi

TEBINGTINGGI, SUMUTPOS.CO – Tenaga Kesejahteraan Sosial Kecamatan (TKSK) Rambutan dan Kecamatan Tebingtinggi Kota, Kota Tebingtinggi, bersama Balai Bahagia Kemensos RI Provinsi Sumatera Utara (Sumut), melakukan assessment kepada penderita disabilitas, tuna daksa, dan gangguan sindrom, Sabtu (10/9) lalu.

Adapun warga tersebut, yakni atas nama Sri Mulyana Sitorus (32), dan adiknya penyandang disabilitas Dedi Sanjaya (31), warga Jalan Udang, Kelurahan Badak Bejuang, Kecamatan Tebingtinggi Kota, Kota Tebingtinggi.

Ditemui di rumahnya, Sri dan Dedi tinggal berdua di rumah kontrakan yang dikontrakan orang lain, yang masih keluarga dengan mereka. Diakui Dedi, sejak ayahnya meninggal 5 tahun lalu, hidup mereka berdua tidak mendapat kasih sayang dari ibu tirinya, Kumala Sari. Dan Kumala pun tidak mampu membiayai kedua anak tirinya yang mengalami disabiltas tersebut, dan menyerahkan kepada pihak keluarga laki-laki, dan pihak keluarga laki-laki mereka juga menolak untuk merawat Sri dan Dedi.

Dedi juga mengatakan, sejak itu, dia terus merawat kakaknya karena tidak bisa melakukan aktivitas keseharian, seperti melakukan mandi dan bersih bersih. Sri hanya bisa melakukan aktivitas makan.

Dedi yang juga penyandang disabilitas ini, mengaku, tidak mau terus mendapatkan bantuan dari orang lain. Dia juga pernah bekerja sebagai pedagang kios rokok dan penjaga parkir di Pasar Kain. Tapi karena kakaknya tidak bisa ditinggal, Dedi harus berada di rumah untuk menjaga kakaknya selama 24 jam.

Saat ini, Sri dan Dedi sudah masuk dalam Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS) Terpadu Kota Tebingtinggi, satu Kartu Keluarga (KK) dengan ibu tirinya, Kumala. Tapi saat ini, Kumala tidak mau lagi mengurusi mereka, karena kehidupan Kumala yang berprofesi sebagai pedagang, tidak mampu memenuhi kebutuhan hidupnya.

Koordinator TKSK Kota Tebingtinggi, Sopian, didampingi TKSK Tebingtinggi Kota, Lismawati, yang mendapat kabar keberadaan Sri serta Dedi, langsung turun ke lokasi bersama Lurah Badak Bejuang dan Peksos dari Balai Bahagia Provinsi Sumut, Murni, untuk melakukan pendataan.

Menyikapi permasalahan tersebut, rencananya Sri akan dititipkan di Panti Avalokites Vara Sun See Temple Kota Tebingtinggi, sedangkan Dedi akan dilatih di balai milik Kementrian Sosial.

“Kami masih menunggu persetujuan keluarga mereka untuk menitipkan Sri Mulyana ke panti di Tebingtinggi. Sedangkan adiknya Dedi akan dilatih. Dan nantinya diberikan bantuan modal untuk bisa memenuhi kebutuhan sehari-hari. Karena saat ini, Dedi tidak bisa melakukan aktivitas disebabkan harus menjaga kakaknya,” tutur Sopian.

Sopian juga sangat menyesalkan pihak keluarga yang tidak mau mengurus, karena Sri mengalami ganguan disabilitas dan sindrom berkepanjangan.

“Kedua adik kandung mereka yang sudah berumah tangga dan tinggal di luar kota, terkesan tidak peduli dan tidak pernah melakukan komunikasi. Untuk memudahkan mereka menerima bantuan kembali, rencananya kami akan mengganti KK dengan kepala rumah tangganya adalah Dedi,” ujarnya.

Sedangkan Peksos Balai Bahagia Sumut, Murni menjelaskan, pihaknya mendapatkan informasi tentang keberadaan Sri dan Dedi dari media sosial. Setelah dilakukan asessment di lapangan, diketahui mereka sudah terdaftar di DTKS Kota Tebingtinggi, dan saat ini keduanya dalam pengawasan TKSK dan pihak Peksos Balai Bahagia Sumut.

“Kami akan bekerja sama dengan TKSK untuk mengangkat derajat mereka, karena tidak dipedulikan lagi oleh keluarga dan ibu tirinya. Keduanya dalam pengawasan kami,” jelas Murni.

Sedangkan untuk Dedi, lanjut Murni, akan dilakukan pembinaan dengan memberikan pelatihan keterampilan di balai pelatihan. Nantinya, akan diupayakan memberikan bantuan kewirausahaan, agar nantinya Dedi bisa memenuhi kebutuha hidup sehari-hari, seperti memberikan modal usaha kewirausahan.

“Untuk Sri, kami bekerja sama dengan TKSK Tebingtinggi untuk menitipkan di panti yang ada di Tebingtinggi, secepatnya,” tuturnya.

Kepala Dinas Sosial Kota Tebingtinggi, Khairil Anwar Nasution mengatakan, pihaknya telah menugaskan TKSK Kota Tebingtinggi untuk melakukan assessment di lapangan. Setelah itu, Dinsos Kota Tebingtinggi akan berupaya melakukan pendampingan kepada keduanya, yang kabarnya tidak dipedulikan lagi oleh keluarga.

“Dedi dan Sri sudah masuk DTKS Tebingtinggi. Kami harapkan dengan kerja sama pihak Balai Bahagia, permasalah akan terselesaikan dengan cepat, kakaknya (Sri) akan dititipkan di panti daerah Tebingtinggi,” pungkasnya. (ian/saz)

Istimewa
ASSESMENT: TKSK Kota Tebingtinggi bersama Peksos Balai Bahagia Sumut, saat melakukan assesmet kepada 2 warga penderita disabilitas yang tidak dipedulikan oleh pihak keluarga di Kota Tebingtinggi.

TEBINGTINGGI, SUMUTPOS.CO – Tenaga Kesejahteraan Sosial Kecamatan (TKSK) Rambutan dan Kecamatan Tebingtinggi Kota, Kota Tebingtinggi, bersama Balai Bahagia Kemensos RI Provinsi Sumatera Utara (Sumut), melakukan assessment kepada penderita disabilitas, tuna daksa, dan gangguan sindrom, Sabtu (10/9) lalu.

Adapun warga tersebut, yakni atas nama Sri Mulyana Sitorus (32), dan adiknya penyandang disabilitas Dedi Sanjaya (31), warga Jalan Udang, Kelurahan Badak Bejuang, Kecamatan Tebingtinggi Kota, Kota Tebingtinggi.

Ditemui di rumahnya, Sri dan Dedi tinggal berdua di rumah kontrakan yang dikontrakan orang lain, yang masih keluarga dengan mereka. Diakui Dedi, sejak ayahnya meninggal 5 tahun lalu, hidup mereka berdua tidak mendapat kasih sayang dari ibu tirinya, Kumala Sari. Dan Kumala pun tidak mampu membiayai kedua anak tirinya yang mengalami disabiltas tersebut, dan menyerahkan kepada pihak keluarga laki-laki, dan pihak keluarga laki-laki mereka juga menolak untuk merawat Sri dan Dedi.

Dedi juga mengatakan, sejak itu, dia terus merawat kakaknya karena tidak bisa melakukan aktivitas keseharian, seperti melakukan mandi dan bersih bersih. Sri hanya bisa melakukan aktivitas makan.

Dedi yang juga penyandang disabilitas ini, mengaku, tidak mau terus mendapatkan bantuan dari orang lain. Dia juga pernah bekerja sebagai pedagang kios rokok dan penjaga parkir di Pasar Kain. Tapi karena kakaknya tidak bisa ditinggal, Dedi harus berada di rumah untuk menjaga kakaknya selama 24 jam.

Saat ini, Sri dan Dedi sudah masuk dalam Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS) Terpadu Kota Tebingtinggi, satu Kartu Keluarga (KK) dengan ibu tirinya, Kumala. Tapi saat ini, Kumala tidak mau lagi mengurusi mereka, karena kehidupan Kumala yang berprofesi sebagai pedagang, tidak mampu memenuhi kebutuhan hidupnya.

Koordinator TKSK Kota Tebingtinggi, Sopian, didampingi TKSK Tebingtinggi Kota, Lismawati, yang mendapat kabar keberadaan Sri serta Dedi, langsung turun ke lokasi bersama Lurah Badak Bejuang dan Peksos dari Balai Bahagia Provinsi Sumut, Murni, untuk melakukan pendataan.

Menyikapi permasalahan tersebut, rencananya Sri akan dititipkan di Panti Avalokites Vara Sun See Temple Kota Tebingtinggi, sedangkan Dedi akan dilatih di balai milik Kementrian Sosial.

“Kami masih menunggu persetujuan keluarga mereka untuk menitipkan Sri Mulyana ke panti di Tebingtinggi. Sedangkan adiknya Dedi akan dilatih. Dan nantinya diberikan bantuan modal untuk bisa memenuhi kebutuhan sehari-hari. Karena saat ini, Dedi tidak bisa melakukan aktivitas disebabkan harus menjaga kakaknya,” tutur Sopian.

Sopian juga sangat menyesalkan pihak keluarga yang tidak mau mengurus, karena Sri mengalami ganguan disabilitas dan sindrom berkepanjangan.

“Kedua adik kandung mereka yang sudah berumah tangga dan tinggal di luar kota, terkesan tidak peduli dan tidak pernah melakukan komunikasi. Untuk memudahkan mereka menerima bantuan kembali, rencananya kami akan mengganti KK dengan kepala rumah tangganya adalah Dedi,” ujarnya.

Sedangkan Peksos Balai Bahagia Sumut, Murni menjelaskan, pihaknya mendapatkan informasi tentang keberadaan Sri dan Dedi dari media sosial. Setelah dilakukan asessment di lapangan, diketahui mereka sudah terdaftar di DTKS Kota Tebingtinggi, dan saat ini keduanya dalam pengawasan TKSK dan pihak Peksos Balai Bahagia Sumut.

“Kami akan bekerja sama dengan TKSK untuk mengangkat derajat mereka, karena tidak dipedulikan lagi oleh keluarga dan ibu tirinya. Keduanya dalam pengawasan kami,” jelas Murni.

Sedangkan untuk Dedi, lanjut Murni, akan dilakukan pembinaan dengan memberikan pelatihan keterampilan di balai pelatihan. Nantinya, akan diupayakan memberikan bantuan kewirausahaan, agar nantinya Dedi bisa memenuhi kebutuha hidup sehari-hari, seperti memberikan modal usaha kewirausahan.

“Untuk Sri, kami bekerja sama dengan TKSK Tebingtinggi untuk menitipkan di panti yang ada di Tebingtinggi, secepatnya,” tuturnya.

Kepala Dinas Sosial Kota Tebingtinggi, Khairil Anwar Nasution mengatakan, pihaknya telah menugaskan TKSK Kota Tebingtinggi untuk melakukan assessment di lapangan. Setelah itu, Dinsos Kota Tebingtinggi akan berupaya melakukan pendampingan kepada keduanya, yang kabarnya tidak dipedulikan lagi oleh keluarga.

“Dedi dan Sri sudah masuk DTKS Tebingtinggi. Kami harapkan dengan kerja sama pihak Balai Bahagia, permasalah akan terselesaikan dengan cepat, kakaknya (Sri) akan dititipkan di panti daerah Tebingtinggi,” pungkasnya. (ian/saz)

Istimewa
ASSESMENT: TKSK Kota Tebingtinggi bersama Peksos Balai Bahagia Sumut, saat melakukan assesmet kepada 2 warga penderita disabilitas yang tidak dipedulikan oleh pihak keluarga di Kota Tebingtinggi.

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/