26 C
Medan
Saturday, November 23, 2024
spot_img

Kembangkan Ekosistem Keamanan Siber

Protergo Optimis terhadap Potensi Perangkat Lunak Buatan Indonesia

SUMUTPOS.CO – Kinerja Protergo mengalami perkembangan yang signifikan. Protergo telah dipercaya oleh lebih dari 100 klien korporat lintas bisnis.

Sejak didirikan, Protergo terus berkomitmen untuk memperkuat keamanan siber dan melindungi Indonesia dari berbagai ancaman siber dengan memaksimalkan talenta lokal.

Marco Cioffi, Co-Founder PT Protergo Siber Sekuriti, mengatakan, pihaknya berterima kasih kepada semua pihak yang telah mendukung tidak hanya bisnis Protergo tetapi juga ekosistem siber di Indonesia untuk membuatnya lebih kuat.

“Kami telah membangun segmen layanan yang kuat dalam 3 tahun terakhir dan mengembangkan lebih dari 150 talenta lokal dalam keamanan siber. Kita harus bergerak sekarang untuk mengembangkan produk inovatif untuk sektor keamanan siber yang dapat diekspor ke luar negeri,” ujarnya.

Melindungi keamanan cyber secara holistik, Protergo memiliki 4 produk yaitu; X-Force – Next Gen SOC – untuk memantau sumber daya internal perusahaan;Radar – Next Gen SOC – untuk memantau sumber daya eksternal perusahaan; Sentinel – Next Gen Antivirus untuk 0-days, APT, dan perlindungan seluler; Black – Pengujian Penetrasi Otomatis dengan simulasi tim merah/hitam dunia nyata.

Tahun ini, Protergo juga mengantongi sertifikat CREST. Sertifikasi CREST adalah akreditasi yang menetapkan standar profesional untuk pengujian penetrasi. Sertifikasi CREST diakui di seluruh dunia oleh industri jasa profesional dan pembeli sebagai indikasi terbaik dari pengetahuan, keterampilan, dan kompetensi.

Keamanan siber masih menjadi masalah di Indonesia. Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) melaporkan telah terjadi lebih dari 108 juta serangan siber yang ditujukan ke Indonesia sejak 1 Januari hingga 7 September 2022. Presiden Joko Widodo (Jokowi) saat membuka sesi ketiga KTT G20 di Bali November lalu menyebutkan potensi kerugian kejahatan dunia maya terhadap ekonomi dunia bisa mencapai US$ 5 triliun atau Rp 78.096 triliun (asumsi kurs Rp 15.615 per dolar AS) pada 2024 mendatang.

“Serangan siber masih menjadi musuh yang harus kita lawan bersama. Sepanjang tahun 2022, Protergo berhasil mendeteksi dan memblokir lebih dari 100.000 serangan siber. Tidak hanya itu, serangan seluler meningkat secara dramatis pada tahun 2022. Protergo saat ini mendeteksi dan memblokir 15.000 serangan per hari dan menyadari bahwa dalam 6 bulan terakhir, ancaman seluler telah meningkat secara eksponensial,” tambah Marco Cioffi.

Beberapa tantangan dunia maya lainnya seperti (1) kebutuhan alat kolaborasi untuk meningkatkan keamanan dunia maya; (2) perlu melindungi sistem cloud; (3) manajemen terintegrasi keamanan siber atau DevSecOps; Protergo juga telah diproyeksikan sebagai tren tantangan dunia maya yang akan dialami Indonesia di tahun depan.

“Protergo dan Indonesia harus bergerak untuk mengembangkan sektor keamanan siber yang lebih kuat. Indonesia memiliki lebih dari 260 juta penduduk, oleh karena itu kita harus memanfaatkan ini untuk membangun sektor layanan yang kuat. Selain itu, kita harus mulai mengembangkan perangkat lunak keamanan siber sendiri untuk perlindungan nasional.

Kami telah mengembangkan Sentinel – perangkat lunak perlindungan keamanan siber pertama untuk aplikasi seluler dan sekarang kami meluncurkan Vigo – pemindai keamanan siber pertama yang khusus berfokus untuk infrastruktur digital Indonesia. Protergo tidak akan pernah berhenti memanfaatkan apa yang kami miliki untuk memperluas dan memperkuat sistem pertahanan siber kami untuk memberikan perlindungan maksimal kepada pengguna kami.” pungkas Marco Cioffi.(mag-1/ram)

SUMUTPOS.CO – Kinerja Protergo mengalami perkembangan yang signifikan. Protergo telah dipercaya oleh lebih dari 100 klien korporat lintas bisnis.

Sejak didirikan, Protergo terus berkomitmen untuk memperkuat keamanan siber dan melindungi Indonesia dari berbagai ancaman siber dengan memaksimalkan talenta lokal.

Marco Cioffi, Co-Founder PT Protergo Siber Sekuriti, mengatakan, pihaknya berterima kasih kepada semua pihak yang telah mendukung tidak hanya bisnis Protergo tetapi juga ekosistem siber di Indonesia untuk membuatnya lebih kuat.

“Kami telah membangun segmen layanan yang kuat dalam 3 tahun terakhir dan mengembangkan lebih dari 150 talenta lokal dalam keamanan siber. Kita harus bergerak sekarang untuk mengembangkan produk inovatif untuk sektor keamanan siber yang dapat diekspor ke luar negeri,” ujarnya.

Melindungi keamanan cyber secara holistik, Protergo memiliki 4 produk yaitu; X-Force – Next Gen SOC – untuk memantau sumber daya internal perusahaan;Radar – Next Gen SOC – untuk memantau sumber daya eksternal perusahaan; Sentinel – Next Gen Antivirus untuk 0-days, APT, dan perlindungan seluler; Black – Pengujian Penetrasi Otomatis dengan simulasi tim merah/hitam dunia nyata.

Tahun ini, Protergo juga mengantongi sertifikat CREST. Sertifikasi CREST adalah akreditasi yang menetapkan standar profesional untuk pengujian penetrasi. Sertifikasi CREST diakui di seluruh dunia oleh industri jasa profesional dan pembeli sebagai indikasi terbaik dari pengetahuan, keterampilan, dan kompetensi.

Keamanan siber masih menjadi masalah di Indonesia. Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) melaporkan telah terjadi lebih dari 108 juta serangan siber yang ditujukan ke Indonesia sejak 1 Januari hingga 7 September 2022. Presiden Joko Widodo (Jokowi) saat membuka sesi ketiga KTT G20 di Bali November lalu menyebutkan potensi kerugian kejahatan dunia maya terhadap ekonomi dunia bisa mencapai US$ 5 triliun atau Rp 78.096 triliun (asumsi kurs Rp 15.615 per dolar AS) pada 2024 mendatang.

“Serangan siber masih menjadi musuh yang harus kita lawan bersama. Sepanjang tahun 2022, Protergo berhasil mendeteksi dan memblokir lebih dari 100.000 serangan siber. Tidak hanya itu, serangan seluler meningkat secara dramatis pada tahun 2022. Protergo saat ini mendeteksi dan memblokir 15.000 serangan per hari dan menyadari bahwa dalam 6 bulan terakhir, ancaman seluler telah meningkat secara eksponensial,” tambah Marco Cioffi.

Beberapa tantangan dunia maya lainnya seperti (1) kebutuhan alat kolaborasi untuk meningkatkan keamanan dunia maya; (2) perlu melindungi sistem cloud; (3) manajemen terintegrasi keamanan siber atau DevSecOps; Protergo juga telah diproyeksikan sebagai tren tantangan dunia maya yang akan dialami Indonesia di tahun depan.

“Protergo dan Indonesia harus bergerak untuk mengembangkan sektor keamanan siber yang lebih kuat. Indonesia memiliki lebih dari 260 juta penduduk, oleh karena itu kita harus memanfaatkan ini untuk membangun sektor layanan yang kuat. Selain itu, kita harus mulai mengembangkan perangkat lunak keamanan siber sendiri untuk perlindungan nasional.

Kami telah mengembangkan Sentinel – perangkat lunak perlindungan keamanan siber pertama untuk aplikasi seluler dan sekarang kami meluncurkan Vigo – pemindai keamanan siber pertama yang khusus berfokus untuk infrastruktur digital Indonesia. Protergo tidak akan pernah berhenti memanfaatkan apa yang kami miliki untuk memperluas dan memperkuat sistem pertahanan siber kami untuk memberikan perlindungan maksimal kepada pengguna kami.” pungkas Marco Cioffi.(mag-1/ram)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/