25 C
Medan
Wednesday, December 4, 2024
spot_img

Suasana Ramadan di Masjid Lama Gang Bengkok, Gelar Pengajian hingga Berbuka Puasa

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Masjid Lama Gang Bengkok adalah merupakan masjid tertua di Kota Medan setelah Masjid Al-Osmani. Masjid ini dibangun pada tahun 1874, dan menjadi salah satu saksi bisu berkembangnya agama Islam di Kota Medan. Corak dan ornamen yang menggambarkan keterwakilan sejumlah kehidupan budaya di Medan menjadi daya tarik dari Masjid ini.

CORAK dan ornamen yang ada dalam masjid inilah bukti bahwa Kota Medan sejak ratusan tahun silam sudah merupakan kota multi etnis. Masjid ini berada di Jalan Masjid Nomor 62, Kelurahan Kesawan, Kecamatan Medan Barat, Kota Medan.

Sebelum menjadi masjid, awalnya Masjid Lama Gang Bengkok merupakan sebuah surau atau langgar dengan bangunan sederhana yang berada di depan sebuah gang kecil. Kemudian pada 1887, surau tersebut dibangun menjadi sebuah masjid oleh saudagar kaya dermawan berkebangsaan Tiongkok, Tjong A Fie.

Hal itulah yang menggambarkan dan sekaligus menjelaskan bahwa Kota Medan merupakan kota yang multi etnis dan tingginya kerukunan umat beragama yang tercipta. Dalam membangun masjid tersebut, Tjong A Fie bekerjasama dengan tokoh masyarakat sekitar yang terkenal dengan sebutan Datuk Kesawan, yang memberikan wakaf atas tanah tersebut.

Masyarakat sekitar yang bermukim di sekitar masjid menganggap, Masjid Lama Gang Bengkok adalah saksi dari toleransi antar ernis dan umat beragama di Kota Medan. Setelah pembangunan selesai, masjid tersebut diserahkan ke Sultan Deli IX, Makmun Al Rasyid Alamsyah Perkasa.

Masjid yang sudah mencapai usia 135 tahun ini terlihat masih berdiri kokoh dengan cat warna kuning cerah yang membaluti di setiap ornamennya. Saat ini masjid tersebut dikelola H Muchlis Tanjung, generasi keempat dari Syekh Muhammad Yaqub, seorang penasehat Sultan Makmun, yang juga merupakan Sekretaris Badan Kemakmuran Kenajiran Mesjid saat ini.

Pada Ramadan 1444 Hijriah kali ini, kegiatan di masjid ini bertambah. Tidak hanya melaksanakan buka puasa bersama masyarakat, tetapi juga sudah ada kegiatan tambahan lainnya yang sudah terjadwal. Yaitu, pada Hari Senin, Selasa, dan Rabu diadakan pengajian, dan untuk Hari Kamis dikosongkan untuk kelompok masyarakat yang mau mengisinya.

“Jadi untuk Hari Kamis kita sengaja kosongkan, kita beri ruang bagi instansi-instansi pemerintah maupun pihak swasta dan masyarakat lain yang ingin berkegiatan di masjid ini. Dan kegiatan kita ini diadakan selesai salat Zuhur,” jelas Muchlis.

Pada Ramadan pertama yaitu tanggal 23 Maret 2023 lalu, Muchlis mengatakan, jamaah salat Zuhur mencapai 500 orang. “Alhamdulillah, pada hari pertama kemarin jamaah kita mencapai 500 orang. Padahal di hari pertama itu termasuk masih pada hari libur,” terang Muchlis.

Terkait jadwal berbuka puasa, pada Hari pertama Ramadan kemarin, masyarakat yang ikut berbuka puasa ada sekitar 150 orang. Dengan menu utama adalah bubur anyang pedas. “Setiap hari kita menyediakan menu utama bubur anyang pedas yang merupakan bubur khas Melayu selama Ramadhan, selain ada menu-menu tambahan lainnya. Dan untuk bubur itu memang kita dari Kenaziran yang buat,” pungkas Muchlis. (ika/adz)

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Masjid Lama Gang Bengkok adalah merupakan masjid tertua di Kota Medan setelah Masjid Al-Osmani. Masjid ini dibangun pada tahun 1874, dan menjadi salah satu saksi bisu berkembangnya agama Islam di Kota Medan. Corak dan ornamen yang menggambarkan keterwakilan sejumlah kehidupan budaya di Medan menjadi daya tarik dari Masjid ini.

CORAK dan ornamen yang ada dalam masjid inilah bukti bahwa Kota Medan sejak ratusan tahun silam sudah merupakan kota multi etnis. Masjid ini berada di Jalan Masjid Nomor 62, Kelurahan Kesawan, Kecamatan Medan Barat, Kota Medan.

Sebelum menjadi masjid, awalnya Masjid Lama Gang Bengkok merupakan sebuah surau atau langgar dengan bangunan sederhana yang berada di depan sebuah gang kecil. Kemudian pada 1887, surau tersebut dibangun menjadi sebuah masjid oleh saudagar kaya dermawan berkebangsaan Tiongkok, Tjong A Fie.

Hal itulah yang menggambarkan dan sekaligus menjelaskan bahwa Kota Medan merupakan kota yang multi etnis dan tingginya kerukunan umat beragama yang tercipta. Dalam membangun masjid tersebut, Tjong A Fie bekerjasama dengan tokoh masyarakat sekitar yang terkenal dengan sebutan Datuk Kesawan, yang memberikan wakaf atas tanah tersebut.

Masyarakat sekitar yang bermukim di sekitar masjid menganggap, Masjid Lama Gang Bengkok adalah saksi dari toleransi antar ernis dan umat beragama di Kota Medan. Setelah pembangunan selesai, masjid tersebut diserahkan ke Sultan Deli IX, Makmun Al Rasyid Alamsyah Perkasa.

Masjid yang sudah mencapai usia 135 tahun ini terlihat masih berdiri kokoh dengan cat warna kuning cerah yang membaluti di setiap ornamennya. Saat ini masjid tersebut dikelola H Muchlis Tanjung, generasi keempat dari Syekh Muhammad Yaqub, seorang penasehat Sultan Makmun, yang juga merupakan Sekretaris Badan Kemakmuran Kenajiran Mesjid saat ini.

Pada Ramadan 1444 Hijriah kali ini, kegiatan di masjid ini bertambah. Tidak hanya melaksanakan buka puasa bersama masyarakat, tetapi juga sudah ada kegiatan tambahan lainnya yang sudah terjadwal. Yaitu, pada Hari Senin, Selasa, dan Rabu diadakan pengajian, dan untuk Hari Kamis dikosongkan untuk kelompok masyarakat yang mau mengisinya.

“Jadi untuk Hari Kamis kita sengaja kosongkan, kita beri ruang bagi instansi-instansi pemerintah maupun pihak swasta dan masyarakat lain yang ingin berkegiatan di masjid ini. Dan kegiatan kita ini diadakan selesai salat Zuhur,” jelas Muchlis.

Pada Ramadan pertama yaitu tanggal 23 Maret 2023 lalu, Muchlis mengatakan, jamaah salat Zuhur mencapai 500 orang. “Alhamdulillah, pada hari pertama kemarin jamaah kita mencapai 500 orang. Padahal di hari pertama itu termasuk masih pada hari libur,” terang Muchlis.

Terkait jadwal berbuka puasa, pada Hari pertama Ramadan kemarin, masyarakat yang ikut berbuka puasa ada sekitar 150 orang. Dengan menu utama adalah bubur anyang pedas. “Setiap hari kita menyediakan menu utama bubur anyang pedas yang merupakan bubur khas Melayu selama Ramadhan, selain ada menu-menu tambahan lainnya. Dan untuk bubur itu memang kita dari Kenaziran yang buat,” pungkas Muchlis. (ika/adz)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/