JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Tepat sepekan pasca meninggalnya Pratu Hamdan di Distrik Yal, Kabupaten Nduga, Papua Pegunungan, Angkatan Darat kembali kehilangan prajurit.
Minggu sore (9/4), Sertu Robertus Simbolon meninggal dunia usai kontak tembak dengan Kelompok Separatis Teroris (KST). Dia merupakan personel Satuan Tugas (Satgas) Yonif Para Raider 305/Tengkorak.
Berdasar informasi yang diterima oleh Jawa Pos (Grup Sumut Pos), satgas tersebut berasal dari Karawang, Jawa Barat. Mereka bertugas di Papua sejak tahun lalu. Kepala Penerangan Kodam (Kapendam) XVII/Cenderawasih Kolonel Kavaleri Herman Taryaman menyampaikan bahwa kontak tembak yang menyebabkan Sertu Robertus terjadi di Kampung Titigi, Distrik Sugapa, Kabupaten Intan Jaya.
Kontak tembak antara KST dengan Satgas Yonif Para Raider 305/Tengkorak terjadi sore hari. Persisnya pukul 16.00 WIT. “Kontak tembak aparat keamanan TNI dengan gerombolan KST,” ungkap dia kepada awak media kemarin (10/4).
Pasca kontak tembak tersebut, jenazah Sertu Robertus langsung disemayamkan di RSUD Sugapa untuk diterbangkan ke Timika, Kabupaten Mimika.
Menurut Herman, prajurit TNI di Distrik Sugapa masih mewaspadai kemungkinan munculnya serangan susulan oleh KST. “Situasi saat ini di Sugapa, aparat TNI melaksanakan siaga untuk mengantisipasi serangan dari gerombolan KST,” kata perwira menengah TNI AD dengan tiga kembang di pundak itu.
Serangan oleh KST di Papua terjadi di tengah ikhtiar penyelamatan Pilot Susi Air Philip Mark Mehrtens. Sampai kemarin, pilot berkewarganegaraan Selandia Baru itu masih disandera oleh KST.
Philip sudah berada di tangan kelompok separatis tersebut lebih dari dua pekan. Komandan Komando Pelaksana Operasi Pencarian Pilot Susi Air Brigjen TNI J. O. Sembiring memastikan bahwa langkah-langkah yang dilakukan oleh TNI – Polri bukan operasi militer.
Menurut Sembiring, pihaknya masih mengedepankan komunikasi dengan pemerintah daerah dan para tokoh. “Semua kegiatan itu memerlukan waktu yang tidak singkat karena kami memprioritaskan keselamatan pilot sebagai yang utama,” tegasnya.
Dia pun meminta semua pihak mendoakan tim yang bekerja untuk menyelamatkan pilot tersebut.
Secara tegas, jenderal bintang satu TNI AD itu menyampaikan bahwa tidak ada operasi militer dalam pencarian Philip.
“Yang kami lakukan selama ini adalah smart approach. Yaitu soft approach dan hard approach melalui negosiasi dan penegakan hukum yang dilakukan oleh Tim Gabungan,” ujar dia. (syn/jpc/ila)