25 C
Medan
Tuesday, November 26, 2024
spot_img

Bertemu Pedagang Kaki Lima Asal Jawa Timur

Melihat Lokasi Wisata Selangor, Batu Caves

Saat berkunjung ke Malaysia, maka tidak sah bila melewatkan tempat wisata yang cukup popular di Selangor yaitu Batu Caves. Di sini, Patung Dewa Murugan berwarna keemasan yang merupakan patung Dewa Hindu tertinggi di dunia langsung mencuri perhatian.

Farida Noris Ritonga, Kuala Lumpur

Patung itu makin menarik karena ketinggiannya mencapai 43 meter. Selain itu,  di bagian belakangnya, terdapat 272 anak tangga curam menuju gua di atas bukit kapur yang di dalamnya terdapat kuiln
Kemarin, Sumut Pos beserta rombongan SMK Penerbangan Angkasa Nasional (SPAN) Medan berkunjung ke tempat wisata ini dengan menaiki bus. Lokasi dari penginapan menuju Batu Caves hanya berjarak sekitar 14 km. Untuk mengunjungi kawasan ini, tidak dikenakan biaya. Meski begitu, pada hari biasa, tempat ini tidak begitu ramai oleh wisatawan.

Setibanya di lokasi ini, pengunjung disambut halaman luas dengan ribuan merpati yang beterbangan. Pengunjung juga dapat memberi makan merpati dengan membeli snack yang banyak dijual di lokasi tersebut. Kawasan ini sekitar 80 persennya dihuni oleh umat Hindu, maka tak heran bila para pedagangnya juga kebanyakan umat Hindu.

“Pada bulan kedua mengikuti kalender Hindia atau biasanya pada Februari, diadakan festival Thaipusam sebagai penyucian diri oleh para umat Hindu. Pada festival ini banyak digelar atraksi-atraksi yang aneh seperti orang kesurupan dan bagian anggota tubuhnya dicucuk atau tempeli paku. Saat itu, lokasi Batu Caves sangat padat karena banyak pengunjung dari berbagai negara untuk menyaksikannya,” jelas Azzam selaku pemandu wisata.

Batu Caves memiliki tiga gua utama dan satu gua kecil. Dalam perjalanan ke atas menaiki anak tangga, pemandangan monyet liar berkeliaran sudah menjadi hal biasa. Di sebelah kiri tangga, terdapat gua yang bernama ‘Dark Cave’ sepanjang 2 km yang di dalamnya hidup berbagai jenis hewan aneh. “Hati-hati dengan monyet liar ini, mereka bisa mencuri apapun yang kita bawa,” tambah Azzam.

Namun, tak semua pengunjung mampu melanjutkan perjalanannya hingga naik ke puncak tangga. Sebagian orangtua maupun anak-anak, akan berhenti dipertengahan anak tangga saja karena jarak tempuh yang sangat jauh.
Sesampainya di puncak, terdapat papan tanda ‘No Exercise Beyond This Area’. Ternyata, tanda ini dipasang karena banyak yang menggunakan tangga tersebut sebagai sarana olahraga.

“Bagi para orangtua maupun anak-anak tidak begitu dianjurkan menaiki tangga ini. Batu Caves juga dijaga beberapa pendeta yang beribadah di kuil ini. Biasanya didahi kita akan ditempeli tanda berwarna putih. Bahkan di dalam gua terdapat banyak kelelawar,” terang Azzam lagi.

Saat menginjakkan kaki di gua ini, pengunjung akan merasakan sensasi religius dan suasana yang lembab. Batu-batu curam ke bawah menitikkan air. Di saat musim panas, keadaan di dalam gua tetap basah karena sifat bukit kapur yang menyerap air dan kelembapan. Bau-bau dupa pun menusuk hidung. Pasalnya, pada saat itu umat Hindu sedang beribadah.

Namun, pemandangan unik terlihat di sini. Meski, nuansa rohani sangat terasa dengan banyaknya kuil serta patung yang dicat berwarna-warni, juga terdapat beberapa kios penjual makanan dan souvenir. Bahkan di beberapa bagian kuilnya, bertebaran sampah yang sangat merusak pemandangan. Di sana, Sumut Pos bertemu dengan salah seorang penjaga kios yang berasal dari Jawa Tengah.

“Sudah dua tahun saya buka kios disini. Biasalah buka kios kecil-kecilan. Biasanya setiap hari Kamis dan Jumat pengunjung dari berbagai negara berdatangan. Saat itu, lokasi ini padat bukan main. Dulunya saya kerja di rumah tangga. Tapi nggak enak, sempat bermasalah juga karena paspor saya dipegang majikan. Jadi saya kabur dan ikut teman jualan di sini,” tukas Murni dengan logat Jawa nya.

Dengan membuka kios di lokasi itu, lanjut Murni, paling tidak bisa memenuhi pengeluaran. “Setidaknya kita bisa bebas dan nggak terikat dengan majikan. Lagi pun di sini saya punya banyak kawan biarpun kita beda bangsa. Tapi mereka baik sama saya. Kita manfaatkanlah turis yang datang ke sini. Mereka bisa tawar souvenir yang kita jual. Lumayan jualan disini, nyaman, bisa refreshing juga,” ucapnya.

Tak terasa, waktu sekitar dua jam hanya untuk melihat lokasi ini berjalan begitu cepat. Sumut Pos dan rombongan SPAN harus kembali ke tempat berkumpul karena bus telah menunggu. Tentunya harus menuruni anak tangga yang jumlahnya tidak sedikit. Kalau tidak cepat, dikhawatirkan jalanan akan macet. Setelah para taruna sudah lengkap, bus pun berjalan menuju hotel di kawasan China Town tempat rombongan menginap. (*)

Melihat Lokasi Wisata Selangor, Batu Caves

Saat berkunjung ke Malaysia, maka tidak sah bila melewatkan tempat wisata yang cukup popular di Selangor yaitu Batu Caves. Di sini, Patung Dewa Murugan berwarna keemasan yang merupakan patung Dewa Hindu tertinggi di dunia langsung mencuri perhatian.

Farida Noris Ritonga, Kuala Lumpur

Patung itu makin menarik karena ketinggiannya mencapai 43 meter. Selain itu,  di bagian belakangnya, terdapat 272 anak tangga curam menuju gua di atas bukit kapur yang di dalamnya terdapat kuiln
Kemarin, Sumut Pos beserta rombongan SMK Penerbangan Angkasa Nasional (SPAN) Medan berkunjung ke tempat wisata ini dengan menaiki bus. Lokasi dari penginapan menuju Batu Caves hanya berjarak sekitar 14 km. Untuk mengunjungi kawasan ini, tidak dikenakan biaya. Meski begitu, pada hari biasa, tempat ini tidak begitu ramai oleh wisatawan.

Setibanya di lokasi ini, pengunjung disambut halaman luas dengan ribuan merpati yang beterbangan. Pengunjung juga dapat memberi makan merpati dengan membeli snack yang banyak dijual di lokasi tersebut. Kawasan ini sekitar 80 persennya dihuni oleh umat Hindu, maka tak heran bila para pedagangnya juga kebanyakan umat Hindu.

“Pada bulan kedua mengikuti kalender Hindia atau biasanya pada Februari, diadakan festival Thaipusam sebagai penyucian diri oleh para umat Hindu. Pada festival ini banyak digelar atraksi-atraksi yang aneh seperti orang kesurupan dan bagian anggota tubuhnya dicucuk atau tempeli paku. Saat itu, lokasi Batu Caves sangat padat karena banyak pengunjung dari berbagai negara untuk menyaksikannya,” jelas Azzam selaku pemandu wisata.

Batu Caves memiliki tiga gua utama dan satu gua kecil. Dalam perjalanan ke atas menaiki anak tangga, pemandangan monyet liar berkeliaran sudah menjadi hal biasa. Di sebelah kiri tangga, terdapat gua yang bernama ‘Dark Cave’ sepanjang 2 km yang di dalamnya hidup berbagai jenis hewan aneh. “Hati-hati dengan monyet liar ini, mereka bisa mencuri apapun yang kita bawa,” tambah Azzam.

Namun, tak semua pengunjung mampu melanjutkan perjalanannya hingga naik ke puncak tangga. Sebagian orangtua maupun anak-anak, akan berhenti dipertengahan anak tangga saja karena jarak tempuh yang sangat jauh.
Sesampainya di puncak, terdapat papan tanda ‘No Exercise Beyond This Area’. Ternyata, tanda ini dipasang karena banyak yang menggunakan tangga tersebut sebagai sarana olahraga.

“Bagi para orangtua maupun anak-anak tidak begitu dianjurkan menaiki tangga ini. Batu Caves juga dijaga beberapa pendeta yang beribadah di kuil ini. Biasanya didahi kita akan ditempeli tanda berwarna putih. Bahkan di dalam gua terdapat banyak kelelawar,” terang Azzam lagi.

Saat menginjakkan kaki di gua ini, pengunjung akan merasakan sensasi religius dan suasana yang lembab. Batu-batu curam ke bawah menitikkan air. Di saat musim panas, keadaan di dalam gua tetap basah karena sifat bukit kapur yang menyerap air dan kelembapan. Bau-bau dupa pun menusuk hidung. Pasalnya, pada saat itu umat Hindu sedang beribadah.

Namun, pemandangan unik terlihat di sini. Meski, nuansa rohani sangat terasa dengan banyaknya kuil serta patung yang dicat berwarna-warni, juga terdapat beberapa kios penjual makanan dan souvenir. Bahkan di beberapa bagian kuilnya, bertebaran sampah yang sangat merusak pemandangan. Di sana, Sumut Pos bertemu dengan salah seorang penjaga kios yang berasal dari Jawa Tengah.

“Sudah dua tahun saya buka kios disini. Biasalah buka kios kecil-kecilan. Biasanya setiap hari Kamis dan Jumat pengunjung dari berbagai negara berdatangan. Saat itu, lokasi ini padat bukan main. Dulunya saya kerja di rumah tangga. Tapi nggak enak, sempat bermasalah juga karena paspor saya dipegang majikan. Jadi saya kabur dan ikut teman jualan di sini,” tukas Murni dengan logat Jawa nya.

Dengan membuka kios di lokasi itu, lanjut Murni, paling tidak bisa memenuhi pengeluaran. “Setidaknya kita bisa bebas dan nggak terikat dengan majikan. Lagi pun di sini saya punya banyak kawan biarpun kita beda bangsa. Tapi mereka baik sama saya. Kita manfaatkanlah turis yang datang ke sini. Mereka bisa tawar souvenir yang kita jual. Lumayan jualan disini, nyaman, bisa refreshing juga,” ucapnya.

Tak terasa, waktu sekitar dua jam hanya untuk melihat lokasi ini berjalan begitu cepat. Sumut Pos dan rombongan SPAN harus kembali ke tempat berkumpul karena bus telah menunggu. Tentunya harus menuruni anak tangga yang jumlahnya tidak sedikit. Kalau tidak cepat, dikhawatirkan jalanan akan macet. Setelah para taruna sudah lengkap, bus pun berjalan menuju hotel di kawasan China Town tempat rombongan menginap. (*)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/