26 C
Medan
Saturday, November 23, 2024
spot_img

Pemerintah Bahrain Belum Menyerah

MANAMA- Demonstran anti pemerintah Bahrain belum menunjukkan tanda-tanda untuk menyerah. Kelompok oposisi menyatakan pemerintah belum menerima syarat pra kondisi yang diajukan untuk melakukan dialog.
Demonstran tidak akan meninggalkan Lapangan Mutiara dan menyebut diri sebagai ‘Martir Bundaran’ atau Martyr’s Roundabout. Di bundaran persimpangan utama Ibu Kota Manama, demonstran mengibarkan bendera merah-putih disertai tujuh nama demonstran yang tewas dalam bentrokan terakhir dengan polisi.

“Siapa pun yang berpikir bahwa mereka bisa membubarkan kami dengan menawarkan sebuah dialog, semua itu hanya ilusi,” tulis sebuah poster yang ditambatkan di antara dua batang pohon palm di Lapangan Mutiara.
Ribuan demonstran yang mayoritas Syiah setiap hari membanjiri Lapangan Mitiara sejak 14 Februari. Sebagian dari mereka menuntut lengsernya dinasti Suni, Al-Khalifa, yang berkuasa di Bahrain selama lebih dari 200 tahun.
Kelompok oposisi utama telah berhenti menyuarakan tuntutan serupa. Mereka kemudian meminta dilakukannya reformasi, termasuk pemilihan umum bagi seorang perdana menteri dan penyusunan konstitusi monarki.
Dalam sebuah pernyataan resminya Rabu (23/2), koalisi oposisi menyatakan bahwa tawaran dialog oleh Pangeran Mahkota Sheikh Salman bin Hamad al-Khalifa sama sekali tidak berdasar.

“Dialog seharusnya dibangun dengan fondasi yang jelas,” tulis pernyataan tersebut. “(Tapi) Tidak ada satu pun hal mendasar yang disebutkan oleh pangeran dalam ajakan dialog tersebut,” tambahnya.
Oposisi menuntut seluruh pejabat pemerintah yang dipimpin oleh paman dari Raja Hamad, Sheikh Khalifa bin Salman, sebagai syarat pra-kondisi sebelum dialog dilakukan.

Koalisi oposisi Bahrain terdiri atas Asosiasi Islam Nasional Bersatu (INAA), kelompok Syiah terbesar di Bahrain, enam partai Syiah lainnya, liberal, kelompok garis kiri, dan nasionalis Arab. INAA menguasai 18 kursi di parlemen Bahrain yang terdiri atas 40 kursi.

Untuk menenangkan demonstran, Raja Hamad memerintahkan pembebasan sejumlah tahanan politik Syiah, dengan status diampuni oleh kerajaan. AFP melaporkan, mereka yang dibebaskan tersebut tampak telah bergabung dengan para demonstran di Lapangan Mutiara, Rabu malam (23/2) waktu setempat.

Para aktivis tersebut mengaku telah disiksa saat berada dipenjara. “Mereka menyiksa kami dengan setrum, pukulan, dan cacian,” ujar salah satu aktivis, Sheikh Mohammed Habib al-Muqdad, kepada harian lokal Al-Wasat. Salah satu aktivis yang diampuni adalah pimpinan gerakan Haq, Hassan Mashaima, ditahan di Lebanon saat akan pergi ke Manama dari Inggris.
Sejumlah ulama ternama Bahrain menyerukan demonstrasi lebih besar hari ini, Jumat (25/2) untuk mengenang para korban tewas. Mereka juga meminta demonstran tidak bergeser dari Lapangan Mutiara. Setelah terjadi penggerebekan oleh polisi, pekan lalu, kini, otoritas melarang penggunaan kekerasan kepada para demonstran. (cak/dos/jpnn)

MANAMA- Demonstran anti pemerintah Bahrain belum menunjukkan tanda-tanda untuk menyerah. Kelompok oposisi menyatakan pemerintah belum menerima syarat pra kondisi yang diajukan untuk melakukan dialog.
Demonstran tidak akan meninggalkan Lapangan Mutiara dan menyebut diri sebagai ‘Martir Bundaran’ atau Martyr’s Roundabout. Di bundaran persimpangan utama Ibu Kota Manama, demonstran mengibarkan bendera merah-putih disertai tujuh nama demonstran yang tewas dalam bentrokan terakhir dengan polisi.

“Siapa pun yang berpikir bahwa mereka bisa membubarkan kami dengan menawarkan sebuah dialog, semua itu hanya ilusi,” tulis sebuah poster yang ditambatkan di antara dua batang pohon palm di Lapangan Mutiara.
Ribuan demonstran yang mayoritas Syiah setiap hari membanjiri Lapangan Mitiara sejak 14 Februari. Sebagian dari mereka menuntut lengsernya dinasti Suni, Al-Khalifa, yang berkuasa di Bahrain selama lebih dari 200 tahun.
Kelompok oposisi utama telah berhenti menyuarakan tuntutan serupa. Mereka kemudian meminta dilakukannya reformasi, termasuk pemilihan umum bagi seorang perdana menteri dan penyusunan konstitusi monarki.
Dalam sebuah pernyataan resminya Rabu (23/2), koalisi oposisi menyatakan bahwa tawaran dialog oleh Pangeran Mahkota Sheikh Salman bin Hamad al-Khalifa sama sekali tidak berdasar.

“Dialog seharusnya dibangun dengan fondasi yang jelas,” tulis pernyataan tersebut. “(Tapi) Tidak ada satu pun hal mendasar yang disebutkan oleh pangeran dalam ajakan dialog tersebut,” tambahnya.
Oposisi menuntut seluruh pejabat pemerintah yang dipimpin oleh paman dari Raja Hamad, Sheikh Khalifa bin Salman, sebagai syarat pra-kondisi sebelum dialog dilakukan.

Koalisi oposisi Bahrain terdiri atas Asosiasi Islam Nasional Bersatu (INAA), kelompok Syiah terbesar di Bahrain, enam partai Syiah lainnya, liberal, kelompok garis kiri, dan nasionalis Arab. INAA menguasai 18 kursi di parlemen Bahrain yang terdiri atas 40 kursi.

Untuk menenangkan demonstran, Raja Hamad memerintahkan pembebasan sejumlah tahanan politik Syiah, dengan status diampuni oleh kerajaan. AFP melaporkan, mereka yang dibebaskan tersebut tampak telah bergabung dengan para demonstran di Lapangan Mutiara, Rabu malam (23/2) waktu setempat.

Para aktivis tersebut mengaku telah disiksa saat berada dipenjara. “Mereka menyiksa kami dengan setrum, pukulan, dan cacian,” ujar salah satu aktivis, Sheikh Mohammed Habib al-Muqdad, kepada harian lokal Al-Wasat. Salah satu aktivis yang diampuni adalah pimpinan gerakan Haq, Hassan Mashaima, ditahan di Lebanon saat akan pergi ke Manama dari Inggris.
Sejumlah ulama ternama Bahrain menyerukan demonstrasi lebih besar hari ini, Jumat (25/2) untuk mengenang para korban tewas. Mereka juga meminta demonstran tidak bergeser dari Lapangan Mutiara. Setelah terjadi penggerebekan oleh polisi, pekan lalu, kini, otoritas melarang penggunaan kekerasan kepada para demonstran. (cak/dos/jpnn)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/