25.6 C
Medan
Friday, May 10, 2024

500 Aktivis Anti Pemerintah Ditangkap

BEIRUT – Krisis politik di Syria semakin parah. Tak sekedar merepresi oposisi yang terus mendesak Presiden Bashar al-Assad mundur, pasukan pemerintah pun menangkapi demonstran. Kemarin (26/4), tak kurang dari 500 aktivis anti pemerintah diciduk dari Kota Damaskus dan sekitarnya sampai Kota Jableh di pesisir pantai utara.
Sawasiah, organisasi pembela HAM di Syria, melaporkan bahwa pasukan pemerintah menangkap sekitar 500 aktivis prodemokrasi setelah bentrok berdarah Senin lalu (25/4). Kepada Reuters, jubir Sawasiah di Kota Damaskus mengatakan, penangkapan itu terjadi di beberapa kota. Terutama di Kota Daraa (Deraa) yang menjadi pusat bentrok aparat dan demonstran beberapa hari terakhir.

“Kami tidak bisa memastikan jumlah aktivis yang ditangkap. Sangat sulit mengonfirmasikan berita tersebut karena jaringan telpon diputus,” ungkap pimpinan Syrian Observatory for Human Rights, Rami Abdul-Rahman.

Hingga kemarin, mayat para korban tewas masih dibiarkan tergeletak di pinggir jalan. “Tak ada seorang pun yang berani menyentuh mayat-mayat itu. Kami menjadi korban pembantaian. Anak-anak kami ketakutan,” kata salah seorang warga Daraa. Warga sipil yang menjadi korban kepentingan politik rezim Assad dan oposisi pun harus bertahan tanpa listrik dan air bersih di kota tersebut.

Penangkapan aktivis prodemokrasi yang diawali dengan baku tembak di beberapa kota itu mengundang keprihatinan Amnesti Internasional (AI). “Dengan meminjam tangan militer dalam merepresi oposisi, pemerintah Syria telah membulatkan tekad mereka untuk membungkam suara para aktivis damai negeri itu,” sesal Malcolm Smart, direktur AI untuk Timur Tengah dan Afrika Utara.

Beredar luasnya gambar kebrutalan pasukan pemerintah itu mengundang reaksi keras Gedung Putih. Kemarin, Presiden Amerika Serikat (AS) Barack Obama mengecam pemerintahan Assad. “Tindakan seperti ini sama sekali tak bisa dibenarkan,” tandas pemimpin 49 tahun tersebut. Konon, negara yang dibenci Assad itu tengah mempersiapkan sanksi untuk menghentikan kebrutalan militer Syria. (ap/afp/rtr/hep/jpnn)

BEIRUT – Krisis politik di Syria semakin parah. Tak sekedar merepresi oposisi yang terus mendesak Presiden Bashar al-Assad mundur, pasukan pemerintah pun menangkapi demonstran. Kemarin (26/4), tak kurang dari 500 aktivis anti pemerintah diciduk dari Kota Damaskus dan sekitarnya sampai Kota Jableh di pesisir pantai utara.
Sawasiah, organisasi pembela HAM di Syria, melaporkan bahwa pasukan pemerintah menangkap sekitar 500 aktivis prodemokrasi setelah bentrok berdarah Senin lalu (25/4). Kepada Reuters, jubir Sawasiah di Kota Damaskus mengatakan, penangkapan itu terjadi di beberapa kota. Terutama di Kota Daraa (Deraa) yang menjadi pusat bentrok aparat dan demonstran beberapa hari terakhir.

“Kami tidak bisa memastikan jumlah aktivis yang ditangkap. Sangat sulit mengonfirmasikan berita tersebut karena jaringan telpon diputus,” ungkap pimpinan Syrian Observatory for Human Rights, Rami Abdul-Rahman.

Hingga kemarin, mayat para korban tewas masih dibiarkan tergeletak di pinggir jalan. “Tak ada seorang pun yang berani menyentuh mayat-mayat itu. Kami menjadi korban pembantaian. Anak-anak kami ketakutan,” kata salah seorang warga Daraa. Warga sipil yang menjadi korban kepentingan politik rezim Assad dan oposisi pun harus bertahan tanpa listrik dan air bersih di kota tersebut.

Penangkapan aktivis prodemokrasi yang diawali dengan baku tembak di beberapa kota itu mengundang keprihatinan Amnesti Internasional (AI). “Dengan meminjam tangan militer dalam merepresi oposisi, pemerintah Syria telah membulatkan tekad mereka untuk membungkam suara para aktivis damai negeri itu,” sesal Malcolm Smart, direktur AI untuk Timur Tengah dan Afrika Utara.

Beredar luasnya gambar kebrutalan pasukan pemerintah itu mengundang reaksi keras Gedung Putih. Kemarin, Presiden Amerika Serikat (AS) Barack Obama mengecam pemerintahan Assad. “Tindakan seperti ini sama sekali tak bisa dibenarkan,” tandas pemimpin 49 tahun tersebut. Konon, negara yang dibenci Assad itu tengah mempersiapkan sanksi untuk menghentikan kebrutalan militer Syria. (ap/afp/rtr/hep/jpnn)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/