30 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Target Sub PIN Polio Terlewati, Ada 23 Kabupaten/Kota yang Kurang

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Pekan Imunisasi Sub PIN Polio tahap pertama yang digelar mulai 15 Januari sudah selesai. 97 persen anak usia 0 sampai 7 tahun di Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Kabupaten Sleman sudah diimunisasi. Jumlah ini melebihi targetnya, yakni 95 persen.

Pemberian imunisasi novel Oral Polio Vaccine Type 2 (nOPV2) menargetkan 8,4 juta anak berusia 0- 7 tahun. Secara rinci, di Jawa Timur ada 4,4 juta anak, Jawa Tengah 3,9 anak, dan Kabupaten Sleman sebanyak 149 ribu anak.

Di Jawa Tengah ada 15 kabupaten/kota yang belum memenuhi target 95 persen. Sementara di Jawa Timur terdapat tujuh kabupaten/kota yang dibawah target. “Kegiatan Sub PIN ini berlangsung satu pekan dan akan dilanjutkan satu pekan lagi untuk sweeping,” kata Direktur Pengelolaan Imunisasi Kemenkes Prima Yosephine kemarin (22/1). Tujuan sweeping ini untuk mengejar anak-anak yang belum mendapat imunisasi.

Prima menyatakan ada beberapa kendala daerah yang belum memenuhi target. Pertama adalah sosialisasi dan edukasi ke masyarakat terkait pentingnya Sub PIN Polio belum optimal. Selain itu juga peran serta dari lintas sektor terutama pemuka agama dan masyarakat belum maksimal. “Imunisasi tambahan melalui kegiatan Sub PIN bertujuan untuk menghentikan penularan virus polio type 2,” katanya.

Seperti diketahui, akhir tahun lalu ditemukan tiga bocah di Madura dan Klaten yang mengalami lumpuh layu dan dinyatakan polio. Kemenkes juga menemukan sembilan sampel dari anak tidak bergejala tapi teridentifikasi polio. Menanggapi hal ini Prima menyebut sembilan anak ini tidak dimasukan dalam kasus polio. “Keadaan ini menunjukkan bahwa virus polio sudah bersirkulasi di daerah tersebut,” ungkapnya.

Head of Health Save the Children Indonesia dr Firda Yani Dewi menyatakan, perlu ada kerjasama dengan stakeholder lain untuk menyukseskan vaksinasi. Sebab kesehatan bukan hanya tanggungjawab sektor kesehatan saja. “Tingkat pastisipasi masyarakat ini bukan hanya orang tua saja tapi juga stakeholder lain,” ungkapnya.

Selain itu Firda juga mengingatkan bahwa selain vaksinasi, yang perlu digaungkan lagi untuk menanggulangi adanya polio adalah cuci tangan. Sebab penularan virus polio ini melalui oral atau mulut. Salah satu potensinya yakni melalui makanan dan minuman. “Sehingga cuci tangan pakai sabun sebelum makan atau dari toilet ini perlu disosialisaikan,” katanya. (lyn/jpg/ila)

Selain itu juga sosialisasi larangan buang air besar sembarangan. Sebab tinja dari anak polio bisa menularkan virus tersebut. “Sehingga perlu ada sanitasi yang baik di setiap rumah,” ujarnya. (lyn/jpg/ila)

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Pekan Imunisasi Sub PIN Polio tahap pertama yang digelar mulai 15 Januari sudah selesai. 97 persen anak usia 0 sampai 7 tahun di Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Kabupaten Sleman sudah diimunisasi. Jumlah ini melebihi targetnya, yakni 95 persen.

Pemberian imunisasi novel Oral Polio Vaccine Type 2 (nOPV2) menargetkan 8,4 juta anak berusia 0- 7 tahun. Secara rinci, di Jawa Timur ada 4,4 juta anak, Jawa Tengah 3,9 anak, dan Kabupaten Sleman sebanyak 149 ribu anak.

Di Jawa Tengah ada 15 kabupaten/kota yang belum memenuhi target 95 persen. Sementara di Jawa Timur terdapat tujuh kabupaten/kota yang dibawah target. “Kegiatan Sub PIN ini berlangsung satu pekan dan akan dilanjutkan satu pekan lagi untuk sweeping,” kata Direktur Pengelolaan Imunisasi Kemenkes Prima Yosephine kemarin (22/1). Tujuan sweeping ini untuk mengejar anak-anak yang belum mendapat imunisasi.

Prima menyatakan ada beberapa kendala daerah yang belum memenuhi target. Pertama adalah sosialisasi dan edukasi ke masyarakat terkait pentingnya Sub PIN Polio belum optimal. Selain itu juga peran serta dari lintas sektor terutama pemuka agama dan masyarakat belum maksimal. “Imunisasi tambahan melalui kegiatan Sub PIN bertujuan untuk menghentikan penularan virus polio type 2,” katanya.

Seperti diketahui, akhir tahun lalu ditemukan tiga bocah di Madura dan Klaten yang mengalami lumpuh layu dan dinyatakan polio. Kemenkes juga menemukan sembilan sampel dari anak tidak bergejala tapi teridentifikasi polio. Menanggapi hal ini Prima menyebut sembilan anak ini tidak dimasukan dalam kasus polio. “Keadaan ini menunjukkan bahwa virus polio sudah bersirkulasi di daerah tersebut,” ungkapnya.

Head of Health Save the Children Indonesia dr Firda Yani Dewi menyatakan, perlu ada kerjasama dengan stakeholder lain untuk menyukseskan vaksinasi. Sebab kesehatan bukan hanya tanggungjawab sektor kesehatan saja. “Tingkat pastisipasi masyarakat ini bukan hanya orang tua saja tapi juga stakeholder lain,” ungkapnya.

Selain itu Firda juga mengingatkan bahwa selain vaksinasi, yang perlu digaungkan lagi untuk menanggulangi adanya polio adalah cuci tangan. Sebab penularan virus polio ini melalui oral atau mulut. Salah satu potensinya yakni melalui makanan dan minuman. “Sehingga cuci tangan pakai sabun sebelum makan atau dari toilet ini perlu disosialisaikan,” katanya. (lyn/jpg/ila)

Selain itu juga sosialisasi larangan buang air besar sembarangan. Sebab tinja dari anak polio bisa menularkan virus tersebut. “Sehingga perlu ada sanitasi yang baik di setiap rumah,” ujarnya. (lyn/jpg/ila)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/