25 C
Medan
Tuesday, November 26, 2024
spot_img

Stimulasi Otak Membentuk Karakter Anak

Setiap orangtua menginginkan anak-anaknya cerdas, berkarakter positif dan mudah berkonsentrasi pada setiap pelajaran serta percaya diri.  Salah satu metode yang belakangan mulai dilirik orang tua adalah dengan mengikutsertakan anaknya pada program Genius Mind Consultancy (GMC).

GMC adalah program pengembangan pendidikan anak dengan menggunakan metode stimulasi  otak anak, hal ini dimaksudkan agar dapat mengoptimalkan kemampuan berfikir, konsentrasi, daya ingat dan kreatifitas.

Master Lisensi GMC Sumut  Ingen Bangun mengatakan,   pada masa pertumbuhan anak, yang perlu dilakukan orangtua adalah pembentukan karakter anak. Dengan pembentukan karakter ini, diharapkan anak dapat menentukan pilihan dalam hidupnya. Sebenarnya,  lanjutnya,   tidak sulit membentuk karakter anak, asal anak diberi kebebasan bermain untuk menimbulkan rasa bahagia.  “Yang sering dilupakan orangtua adalah kesempatan bermain anak.  Padahal hak anak adalah bermain,  dengan bermain anak akan bahagia, dan bahagia akan membuka otak anak,” ujar  Ingen saat menggelar program pendidikan  GMC di Hotel Grand Antares (9/6) lalu.

Dirinya menjelaskan,  salah satu metoda pembentukan karakter anak adalah dengan stimulasi otak.  Stimulasi otak inilah yang ditekankan pada program pendidikan GMC. ‘’Program pendidikan GMC  ini sendiri memberi manfaat dalam peningkatan memori atau konsentrasi anak, meningkatkan kepercayaan diri, meningkatkan kreativitas atau daya ingat, mengubah karakter dan menstabilkan emosi,”ujarnya.

Untuk stimulasi otak ini, yang diperlukan cukup mudah. Misalnya dengan latihan fisik, audiovisual, dan mendengarkan musik. Untuk latihan fisik  yang dilakukan dengan menarik nafas sebanyak 10 kali. Dengan cara, tangan diatas pusat (pusar), secara bersamaan tangan menakan pusar. Dan usahakan tarikan nafas dilakukan via hidung. “Sesering mungkin dilakukan pada anak, agar anak lebih rileks, dan kosentrasi meningkat,” tambah wanita asal Bandung ini.

Gerakan fisik lain, berupa memberikan tekanan di belakang bawah telinga dengan gerakan memutar. “Di belakang telinga banyak saraf. Nah, untuk membuat saraf ini lebih santai dengan memberikan sentuhan memutar ini,” lanjutnya. Gerakan pada tubuh lain, seperti perengganan jari-jari tangan, dimana jari diputar kedepan kebelakang. “Perengagan ini dilakukan sambil cerita. Selain mengajak bermain juga untuk kosentrasi,” tambahnya.
Olahraga fisik lain yang dapat dilakukan dengan gerakan bola mata. Dengan cara bola mata yang bermain, tanpa diikuti gerakan kepala.  Selain latihan fisik, yang dilakukan adalah memberikan suguhan audiovisual. “Dalam audiovisual ini, kita memberikan tontonan pada anak yang membuat dirinya bersyukur akan keberadaannya. Misalnya, anak cacat, orangtua tidak mampu, dan lainnya,” ungkapnya.

Faktor lain untuk stimulasi otak ini, adalah dengan mendengarkan musik.

Nah, semua kegiatan tersebut harus senantiasa dilakukan, agar neuron yang sudah tumbuh tidak menjadi mati lagi. “Saat kita melakukan semua kegiatan tersebut, neuron akan bertumbuh. Tapi kalau tidak dilakukan lagi, akan membuat neuron mati,” ujar Ingen.   (ram)

 

Setiap orangtua menginginkan anak-anaknya cerdas, berkarakter positif dan mudah berkonsentrasi pada setiap pelajaran serta percaya diri.  Salah satu metode yang belakangan mulai dilirik orang tua adalah dengan mengikutsertakan anaknya pada program Genius Mind Consultancy (GMC).

GMC adalah program pengembangan pendidikan anak dengan menggunakan metode stimulasi  otak anak, hal ini dimaksudkan agar dapat mengoptimalkan kemampuan berfikir, konsentrasi, daya ingat dan kreatifitas.

Master Lisensi GMC Sumut  Ingen Bangun mengatakan,   pada masa pertumbuhan anak, yang perlu dilakukan orangtua adalah pembentukan karakter anak. Dengan pembentukan karakter ini, diharapkan anak dapat menentukan pilihan dalam hidupnya. Sebenarnya,  lanjutnya,   tidak sulit membentuk karakter anak, asal anak diberi kebebasan bermain untuk menimbulkan rasa bahagia.  “Yang sering dilupakan orangtua adalah kesempatan bermain anak.  Padahal hak anak adalah bermain,  dengan bermain anak akan bahagia, dan bahagia akan membuka otak anak,” ujar  Ingen saat menggelar program pendidikan  GMC di Hotel Grand Antares (9/6) lalu.

Dirinya menjelaskan,  salah satu metoda pembentukan karakter anak adalah dengan stimulasi otak.  Stimulasi otak inilah yang ditekankan pada program pendidikan GMC. ‘’Program pendidikan GMC  ini sendiri memberi manfaat dalam peningkatan memori atau konsentrasi anak, meningkatkan kepercayaan diri, meningkatkan kreativitas atau daya ingat, mengubah karakter dan menstabilkan emosi,”ujarnya.

Untuk stimulasi otak ini, yang diperlukan cukup mudah. Misalnya dengan latihan fisik, audiovisual, dan mendengarkan musik. Untuk latihan fisik  yang dilakukan dengan menarik nafas sebanyak 10 kali. Dengan cara, tangan diatas pusat (pusar), secara bersamaan tangan menakan pusar. Dan usahakan tarikan nafas dilakukan via hidung. “Sesering mungkin dilakukan pada anak, agar anak lebih rileks, dan kosentrasi meningkat,” tambah wanita asal Bandung ini.

Gerakan fisik lain, berupa memberikan tekanan di belakang bawah telinga dengan gerakan memutar. “Di belakang telinga banyak saraf. Nah, untuk membuat saraf ini lebih santai dengan memberikan sentuhan memutar ini,” lanjutnya. Gerakan pada tubuh lain, seperti perengganan jari-jari tangan, dimana jari diputar kedepan kebelakang. “Perengagan ini dilakukan sambil cerita. Selain mengajak bermain juga untuk kosentrasi,” tambahnya.
Olahraga fisik lain yang dapat dilakukan dengan gerakan bola mata. Dengan cara bola mata yang bermain, tanpa diikuti gerakan kepala.  Selain latihan fisik, yang dilakukan adalah memberikan suguhan audiovisual. “Dalam audiovisual ini, kita memberikan tontonan pada anak yang membuat dirinya bersyukur akan keberadaannya. Misalnya, anak cacat, orangtua tidak mampu, dan lainnya,” ungkapnya.

Faktor lain untuk stimulasi otak ini, adalah dengan mendengarkan musik.

Nah, semua kegiatan tersebut harus senantiasa dilakukan, agar neuron yang sudah tumbuh tidak menjadi mati lagi. “Saat kita melakukan semua kegiatan tersebut, neuron akan bertumbuh. Tapi kalau tidak dilakukan lagi, akan membuat neuron mati,” ujar Ingen.   (ram)

 

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/