26 C
Medan
Monday, November 25, 2024
spot_img

Ramai-ramai Menari Tortor

Festival Seni Budaya Tradisional Daerah Sumut Pasca Klaim Malaysia

FESTIVAL Seni dan Budaya Tradisional Daerah Sumut digelar di kampus Universitas Medan Area (UMA) pada tanggal 19-20 Juni 2012. Festival ini mendapat perhatian luas karena beberapa peserta menampilkan atraksi tari tortor yang sempat diklaim Malaysia sebagai kebudayaan mereka.

Peserta atraksi seni dan budaya yang diikuti siswa Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) sederajat di Medan sekitarnya menampilkan tari tortor yang berasal dari budaya Batak tersebut. Selain tari, kegiatan di kampus UMA menampilkan bazar jajanan tradisional dan photography competition on the spot.
Wakil Rektor UMA diwakili Wakil Rektor III Bidang Kemahasiswaan Ir Zulhery Noer MP saat membuka festival mengungkap rasa miris dan protes atas klaim Malaysia atas tortor dan Gordang Sembilan. Dihadapan para mahasiswa dan siswa SLTA, Zulhery menggunggah kepedulian semua kalangan terutama pemerintah dan dunia pendidikan di Indonesia dalam merawat kesenian dan budaya tradisional termasuk di Sumut.

Wakil Rektor UMA menyadari selama ini perhatian terhadap pembinaan seni dan budaya di tanah air belum mendapat perhatian serius. Ia menambahkan, generasi muda di tanah air dapat belajar melihat kepedulian pemerintah negara lain dalam membina seni dan budaya.

“Mari kita merawat dan memelihara kesenian dan kebudayaan tradisional yang merupakan kekayaan bangsa Indonesia. UMA akan terus memberi perhatian pada pembinaan kesenian dan kebudayaan yang diikuti para generasi muda bangsa. Tahun depan, kita akan menggelar festival serupa dengan lebih besar dalam memeriahkan 30 tahun UMA,’’ kata Zulhery.(*/dmp)

Festival Seni Budaya Tradisional Daerah Sumut Pasca Klaim Malaysia

FESTIVAL Seni dan Budaya Tradisional Daerah Sumut digelar di kampus Universitas Medan Area (UMA) pada tanggal 19-20 Juni 2012. Festival ini mendapat perhatian luas karena beberapa peserta menampilkan atraksi tari tortor yang sempat diklaim Malaysia sebagai kebudayaan mereka.

Peserta atraksi seni dan budaya yang diikuti siswa Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) sederajat di Medan sekitarnya menampilkan tari tortor yang berasal dari budaya Batak tersebut. Selain tari, kegiatan di kampus UMA menampilkan bazar jajanan tradisional dan photography competition on the spot.
Wakil Rektor UMA diwakili Wakil Rektor III Bidang Kemahasiswaan Ir Zulhery Noer MP saat membuka festival mengungkap rasa miris dan protes atas klaim Malaysia atas tortor dan Gordang Sembilan. Dihadapan para mahasiswa dan siswa SLTA, Zulhery menggunggah kepedulian semua kalangan terutama pemerintah dan dunia pendidikan di Indonesia dalam merawat kesenian dan budaya tradisional termasuk di Sumut.

Wakil Rektor UMA menyadari selama ini perhatian terhadap pembinaan seni dan budaya di tanah air belum mendapat perhatian serius. Ia menambahkan, generasi muda di tanah air dapat belajar melihat kepedulian pemerintah negara lain dalam membina seni dan budaya.

“Mari kita merawat dan memelihara kesenian dan kebudayaan tradisional yang merupakan kekayaan bangsa Indonesia. UMA akan terus memberi perhatian pada pembinaan kesenian dan kebudayaan yang diikuti para generasi muda bangsa. Tahun depan, kita akan menggelar festival serupa dengan lebih besar dalam memeriahkan 30 tahun UMA,’’ kata Zulhery.(*/dmp)

Artikel Terkait

Bobby Resmikan Pekan Kuliner Kondang

Dua Artis Meriahkan HMAF 2019

Gagal Jadi Pengusaha, Kini Jadi Pengajar

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/