MEDAN – Kadangkala, Good Intention atau niat baik kita belum tentu menghasilkan sesuatu yang baik. Sama seperti pada saat kita mengajar anak kita. Kadangkala kita sering membantu mereka karena kasihan atau rasa sayang, tapi sebenarnya malah membuat mereka tidak mandiri.
Untuk itulah penting bagi orang tua memahami cara dan moment terbaik menuju pembentukan karakter anak. Selama ini kita menganggap, fase pertumbuhan anak paling penting saat anak berusia 17 tahun. Padahal, fase pertumbuhan karakter anak terjadi 2 kali. Pertama saat usia 2 hingga 4 tahun, dan fase selanjutnya saat memasuki usia 11 hingga 13 tahun.
Menurut Psikolog Anak, Novita Tandry, bila 2 fase tersebut berjalan dengan sukses akan membuat si anak lebih teratur dan disiplin. Tetapi bila tidak, sebaliknya akan membuat si anak menjadi pemberontak dan sulit diatur. “Keseringan kita menyatakan usia 17 tahun anak merupakan fase pertumbuhan anak, anak berontak dan lainnya.
Pembentukan karakter pada usia 17 tahun tersebut, merupakan hasil pembentukkan saat usia 2 hingga 13 tahun,”ujarnya. Lebih rinci Novita memaparkan karakter anak sesuai fase pertumbuhannya ;
1. Fase pertumbuhan Usia 2 hingga 4 tahun
Pada usia ini, anak akan sulit diatur, sulit berbagi, dan mau menang sendiri. Bahkan, dalam berbagai hal kecendrungan anak selalu ingin menang sendiri, dan semuanya harus sesuai dengan keinginannya.
Bila pada usia ini karakter anak belum bisa diatasi, maka akan memberikan kecendrungan anak menjadi sulit diatur. Semua keinginan harus dapat, dan ini yang akan sulit diatasi oleh orangtua,” ujar Novita.
2. Fase pertumbuhan anak usia 11 hingga 13 tahun
Pada usia ini, anak mengalami fase perubahan, dari anak-anak menjadi remaja yang akan beranjak dewasa. Anak akan cenderung mengeluarkan sisi feminim atau maskulinnya. Sesuai dengan pembentukkan karakter anak saat usia dini. Pola pikir anak juga berubah, dari yang condong ke orangtua dan keluarga, berubah menjadi lebih peduli ke teman dan lingkungan sekitar. “Pada usia ini, orangtua harus terus mendampingi anak, jangan sampai kehilangan momen,” lanjut Novita.
Untuk menghadapi fase ini, yang harus dilakukan oleh orangtua adalah disiplin dan konsisten.
Dimanapun dan siapapun yang mendidik anak harus sama seperti kita mendidiknya. “Kalau dirumah anak dilarang minum es, maka dimanapun dan siapapun yang menjaga anak juga dilarang minum es. Jangan berubah-berubah , karena akan membuat karakter anak tidak tetap,” ujarnya.
Kalaupun ingin menegur anak, maka usahakan tidak menggunakan suara keras apalagi dengan menggunakan pukulan, cukup dengan penekanan suara saja. “Jangan buat anak takut pada kita, buat anak respect pada kita,” lanjutnya. (ram)