Masyarakat Yogyakarta mengenal kirab Ruwahan Apeman, biasanya diadakan di sepanjang jalan Malioboro, Yogyakarta sekitar seminggu sebelum puasa. Kirab ini merupakan simbol mohon ampun kepada Tuhan sebelum menjalankan ibadah puasa.
Adapun di Bogor, masyarakat melakukan pawai obor. Rabu(18/7) sejumlah warga membawa obor saat Tarhib Ramadan di Kampung Laladon Gede, Desa Laladon, Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Tarhib Ramadahan diikuti ratusan orang, terdiri dari anak-anak, remaja dan orangtua yang bershawalat keliling kampun. Tujuannya untuk mengingatkan warga akan datangnya bulan suci Ramadan 1433 H serta mempersiapkan diri baik secara fisik dan mental dalam menjalankan ibadah puasa.
Warga Bogor juga memiliki tradisi Cucurak, yaitu makan bersama sebelum puasa. Pawai riuh juga dilakukan di Semarang. Ada tradisi Dugderan. Asal nama pawai itu diambil dari kata Dug yang dimaksudkan sebagai suara bedug masjid dipukul berkali-kali, dan Der yang berarti suara petasan. Tradisi ini sudah berlangsung ratusan tahun dan digelar kira-kira satu sampai dua minggu sebelum puasa. Ajang ini juga sekaligus menjadi pesta rakyat.
Kalau di Riau tepatnya di Kabupaten Kuantan Singingi, warganya memiliki tradisi yang mirip dengan lomba dayung lho, namanya tradisi ‘Jalur Pacu;. Tradisi ini digelar di sungai-sungai di Riau dengan menggunakan perahu tradisional, kawan. Seluruh warga Riau pasti akan beramai-ramai datang menyambut acara tersebut. Tradisi yang hanya digelar satu tahun sekali ini akan ditutup dengan ‘Balimau Kasai’ atau bersuci menjelang matahari terbenam hingga malam.
Di Jakarta terkenal ritual ‘Nyorog’. Tradisi ini berasal dari Betawi. ‘Nyorog’ mempunyai arti membagi-bagikan bingkisan makanan kepada anggota keluarga yang lebih tua, seperti bapak/ibu, mertua, paman, kakek/nenek, sebelum datangnya bulan Ramadan.
Biasanya bingkisan tersebut berisi bahan makanan mentah, tapi ada juga yang berisi daging kerbau, ikan bandeng, kopi, susu, gula, sirup, dan lainnya. Tradisi ‘Nyorog’ di masyarakat Betawi memiliki makna sebagai tanda saling mengingatkan, kalau bulan suci Ramadan akan segera datang, selain itu tradisi ‘Nyorog’ juga bisa sebagai pengikat tali silahturahmi antar-keluarga.
Adapun warga Indramayu menyambut Ramadan dengan pesta laut yang mereka sebut Nadran Nelayan Rajungan. Warga menaiki perahu rajungan yang dihiasi bendara, buada minuman botol. Pesta laut ini bertujuan untuk mengungapkan rasa syukur nelayan atas hasil tangkapan dan keselamatan ketika melaut. Mereka membuang kepala kerbau sebagai sesaji ke tengah laut.
Tradisi mandi sebelum puasa biasa dilakukan warga Enrekang, Sulawesi Selatan. Tradisi ini diikuti ratusan warga yang datang ke Sungai Mata Sadang, dimaksudkan untuk menyucikan badan. Biasanya mereka juga membawa makanan untuk makan bersama peserta lainnya. Makanan yang habis disantap dianggap berkah.
Ritual mandi di sungai juga dilakukan di Lampung, disebut ‘Belangiran’. Tradisi turun temurun ini diadakan di Kali Akar, Teluk Betung, Bandar Lampung. Adapun di Palembang, disebut ‘Mandi Balimau’. Belakangan, tradisi ini dikritik keras karena justru dimanfaatkan kaum muda Palembang untuk berpacaran.
Ritual membersihkan diri juga diadakan di Karanganyar, Jawa Tengah, tepatnya di Air Terjun Jumog. Mereka menyebutnya tradisi padusan, diyakini bisa membersihkan dosa sebelum menjalankan ibadah puasa. Warga Palembang mengenal arak-arakan ziarah kubra. Mereka berziarah ke pemakaman Kawah Tengkurep 3 Ilir untuk mengingat jasa para ulama setempat. Kalau di Banyumas, dikenal tradisi ‘Unggahan’.
Sejumlah warga trah Kyai Bonokeling melakukan tradisi ‘Unggahan’ yang dilakukan sejak tahun 1.400 untuk menyambut datangnya bulan puasa. Mereka melakukan bersih makam dan membawa hasil bumi untuk dimasak dan dimakan bersama.
Di Aceh dikenal ‘Meugang’. Menjelang bulan Ramadan, mereka patungan untuk membeli kerbau, menyembelihnya, lalu memakannya bersama-sama. Orang yang lebih mampu secara finansial biasanya juga memberikan sumbangan agar masyarakat yang kurang mampu dapat ikut serta menikmati tradisi ini.
Di Sumatera Barat, acara ‘Balimau ‘merupakan tradisi menyambut Ramadan. Dalam bahasa Minangkabau ‘Balimau’ berarti mandi disertai keramas. Hal itu merupakan lambang pembersihan diri sebelum puasa dimulai. Acara balimau ini juga dilakukan secara beramai-ramai di sungai, danau, atau kolam.
Di kecamatan Kalianda, Lampung Selatan, ada tradisi ‘Ngelop’. ‘Ngelop’ yaitu kegiatan mandi di laut beramai-ramai dengan niat menyucikan diri sebelum melakukan puasa Ramadan. ‘Ngelop’ biasanya di lakukan di Pantai Ketang Kalianda pada sore hari hingga maghrib, bertepatan dengan pergantian tanggal memasuki Ramadan.Nun jauh di Semarang sana mengakar tradisi dugderan yang berbentuk festival dan pasar malam. Dugderan biasanya dilakukan satu minggu sebelum puasa.
Banyak barang yang dijual para pedagang. Mulai dari mainan hingga pakaian. Ada pula hiburan seperti komidi putar. Konon, dugderan berasal dari gabungan kata “dug” (suara bedug) dan “der” (suara meriam). Kedua benda ini dahulu dipakai untuk menandakan datangnya bulan suci Ramadan.
Sementara, masyarakat Surabaya lazim mengonsumsi kue apem saat bulan puasa datang. Diduga, nama apem berasal dari bahasa Arab ‘Afwan’ yang artinya maaf. Karena itu, secara simbolis apem diartikan meminta maaf kepada keluarga, teman, dan sanak saudara. Acara memakan kue apem bersama-sama dilanjutkan dengan bersalam-salaman dan tahlilan.
Adapun di Banyumas, menjelang bulan Ramadan diadakan ‘Perlon Unggahan’, yang merupakan acara makan besar. Banyak makanan yang disajikan, namun yang pasti ada adalah nasi bungkus, serundeng sapi, dan sayur becek. Serundeng sapi dan sayur becek harus disiapkan oleh 12 laki-laki, karena banyaknya ternak kambing dan sapi yang disembelih.
***
TAK ada yang tahu kapan tradisi mandi gede (mandi besar, Red), nyekar atau ziarah kubur serta ‘ngabedug’ (tabuh bedug, Red) membudaya di sebagian masyarakat di Kabupaten Pandeglang. Namun tradisi itu seolah wajib dilakukan menjelang Ramadan guna menyambut datangnya bulan penuh berkah tersebut.
‘Kaprah’. Demikian sebagian warga masyarakat Kabupaten Pandeglang menyebutkan kebiasaan-kebiasaan tersebut. Sebuah kata yang memberikan makna, tradisi warga atau kebiasaan. Ya, tradisi menyambut datangnya Ramadan, bisa jadi berbeda-beda di setiap daerah. Tak terkecuali di Kabupaten Pandeglang. Di kabupaten berjuluk Kota Santri itu, sepekan menjelang datangnya Ramadan, suasananya begitu meriah.
Hampir setiap hari, warga pun tumpah ruah melakukan mandi bersama di tempat-tempat pemandian umum, dari mulai kolam pemandian hingga sungai. Salah satu lokasi pemandian umum yang sudah sangat terkenal di Kabupaten Pandeglang adalah pemandian Cikoromoy dan Batu Quran. Kedua lokasi pemandian itu ada di Desa Kadubungbang, Kecamatan Cimanuk, menjadi pilihan utama warga mandi besar jelang Ramadan. Lantaran, di lokasi itu selain bisa melaksanakan tradisi, warga juga bisa liburan.
Seperti Minggu (15/7) lalu, ratusan warga memadati tempat pemandian umum tersebut. Anak-anak, muda-mudi, hingga para orangtua terlibat riuhnya tradisi mandi bersama menyambut Ramadan. Sejumlah warga mengaku, mereka sengaja datang ke Cikoromoy dalam rangka mandi gede menyambut datangnya Ramadan. Yusup Supriyadi, warga asal Rangkasbitung, Kabupaten Lebak, mengaku sengaja melakukan ritual mandi besar menyambut puasa lebih awal. Sebab, kata dia, dirinya hanya libur diakhir pekan.
Sehingga melakukan tradisi mandi besar jauh sebelum puasa tiba. ”Ini kan Minggu terakhir menjelang puasa, jadi sekalian saya manfaatkan untuk mandi besar di Cikoromoy. Namun nanti satu hari menjelang puasa, saya juga akan mandi besar lagi di Rangkasbitung,” ungkapnya.
Dirinya berharap, setelah melewati tradisi mandi gede, semua kotoran di dalam jiwa hanyut terbawa air dan kembali suci pada saat melaksanakan puasa nanti. Selain tradisi mandi gede, kata Yusup juga, biasanya tradisi lain yang secara rutin dilaksanakan menjelang datangnya Ramadan yaitu nyekar ke makam keluarga. Tujuannya yaitu untuk mendoakan keluarga yang lebih dulu meninggal dan berharap di bulan puasa nanti mendapat keberkahan dari Gusti Allah. Keramaian juga tampak bukan hanya di kolam-kolam pemandian umum, namun juga di sejumlah tempat pemakaman umum dan komplek pemakaman keluarga di berbagai tempat.
Bahkan mereka yang melakukan tradisi nyekar, bukan hanya masyarakat yang tinggal di sekitar komplek pemakaman namun juga ada yang datang dari Jakarta, bahkan Lampung. Seperti terlihat di TPU Kadurucak, Kampung Cibulakan Batu Quran, Desa Kadubungbang. TPU Kadurucak seluas satu hektare ini kebanyakan berisi makam warga dan sudah ada sejak ratusan tahun lalu.
Sukra, salah seorang pejaga makam mengaku, lokasi pemakaman ramai dikunjungi sejak Minggu lalu. Para penziarah bukan warga setempat saja, namun juga datang dari Lampung dan Jakarta. Hal itu tejadi karena, beberapa warga asli Desa Kadubungbang yang merantau kembali ke tanah kelahirannya guna bersilaturahmi dan mendoakan keluarganya yang telah meninggal.
”Sejak satu minggu ini sudah banyak warga yang ziarah. Tradisi ini selalu terjadi begini dari tahun ke tahun,” katanya. Sejumlah tradisi yang kerap dilakukan warga, diakui Ustad Holil, tokoh masyarakat Kampung Garokgek, Desa Kadubungbang, Kecamatan Cimanuk, Kabupaten Pandeglang memang turun temurun.
Menurutnya, mandi gede, membersihkan makam dan nyekar, serta ‘ngabedug ‘ (tabuh bedug) memang diturunkan dari sesepuh mereka dulu.
Dia mengaku tidak tahu persis kapan beberapa tradisi menyambut datangnya Ramadan itu dimulai. Namun dia meyakini, semua tradisi itu memiliki makna dan pesan moral yang mendalam jika dilaksanakan dengan ikhlas. ”Saya tidak tahu sejak kapan tradisi ini dimulai, namun semua itu baik untuk dilaksanakan. Semua masyarakat melaksanakan tradisi ini dengan penuh keriangan, saya berharap tradisi ini bertahan,” cetusnya.
Kata dia, tradisi ‘ngabedug’ biasanya dilaksanakan satu hari menjelang datangnya Ramadan. ‘Ngabedug’ biasa dilakukan di musala atau masjid dan kebanyakan di tabuh oleh remaja dan anak-anak dari pagi hari hingga menjelang magrib. Berkat tradisi ini, datangnya Ramadan yang disambut dengan suka cita akan menjadi lebih meriah.
Di belahan wilayah Jawa Barat lainnya ada tradisi munggah yang merupakan tradisi yang dijalankan setiap tahun menjelang Ramadan. Ada yang mengisinya dengan berziarah kemakam keluarga, ada yang pulang kampung untuk melewatkan sahur pertama bersama orang tua, ada pula yang mengisinya dengan melakukan ritus ‘mandi besar’. Ternyata, munggah merupakan tradisi yang sudah sangat tua dan berhubungan dengan kebiasaan masyarakat Jawa Barat pada zaman prasejarah.
Dalam bahasa Sunda, kata ‘munggah’ berarti ‘naik’ dan mengandung makna ‘peningkatan’ atau ‘perubahan’. Budayawan Usep Romli mengatakan, dalam konteks menyambut Ramadan, munggah berarti menuju peningkatan demi mencapai tahap yang lebih baik. Apalagi, di sebutkan, Ramadan – melalui perintah saum – akan menjadikan orang-orang mukmin mencapai tingkat taqwa.
“Urgensinya, ketika masuk ibadah saum, kita sudah siap lahir dan batin karena sudah dibersihkan waktu munggah itu,” ujarnya.
Di dalam syariat Islam, tradisi munggah sebenarnya tidak dikenal. Di Arab Saudi, masyarakat hanya memiliki kebiasaan membaca doa melihat hilal menjelang datangnya bulan Ramadan, itu pun dilakukan secara perseorangan. Dengan kata lain, tradisi ‘munggah’, termasuk takbir keliling dan mamaleman (‘mencari’ Lailatulkadar), hanya tradisi lokal yang dipadukan dengan unsur religius islam. Usep menyebutkannya sebagai transformasi dan variasi budaya sebagai bentuk ‘lokalisasi Islam’.
Hal itu dibenarkan oleh Budayawan Jakob Sumardjo. Menurut dia, sejumlah kegiatan dalam tradisi munggah merupakan kegiatan yang sebenarnya dilakukan pada upacara yang bermakna ‘manunggal dengan nenek moyang’ pada zaman purba. Sisa-sisa upacara itu masih lestari dalam bentuk bersih desa, ngalaksa, seren taun, ngarot, dan sejenisnya. Dalam upacara-upacara semacam itu, dilakukan penyatuan manusia sebagai mikrokosmos dengan alam sebagai makrokosmos dan arwah nenek moyang berupa mitos, mitos sebagai metakosmos.
Rangkaian upacara dari mulai mandi bersama (bersih badan). Pantang dan puasa, ziarah kubur, seni pertunjukan yang mementaskan kisah mitologi nenek moyang pendiri wilayah, dan akhirnya makan bersama atau kenduri. Tempatnya bisa di tanah lapang balai desa, leuwi, mata air, bisa juga diperkuburan desa. Pada upacara-upacara tahunan seperti itulah semua penduduk kampung berkumpul.
Sewaktu agama Islam masuk Indonesia, tradisi lama itu kemudian disesuaikan dengan kepentingan Islam. Soalnya, jika tak dilakukan, masyarakat akan merasa ada sesuatu yang hilang dari bagian dirinya sebagai kelompok. Momentum yang tepat untuk pelaksanaan upacara pun bergeser. Bukan lagi pada saat panen, melainkan menjelang bulan puasa dan lebaran. Artinya, kedua momentum itu dianggap sama istimewanya dengan waktu panen.
Seperti mudik, ‘munggah’ akan selalu menjadi tradisi yang istimewa karena, entah mengapa, selalu sukses memunculkan suasana religius yang haru dan romantis serta rasa rindu terhadap ‘rumah’.
Selain sejarah yang panjang mengenai tradisi itu, mungkin kesan itulah yang membuat tradisi ‘munggah’ masih terus eksis dalam peradaban umat Islam di Indonesia. Paling tidak sampai Ramadan tahun ini! (met/jpnn)
Mengintip Prospek Peluang Usaha Musiman
Bulan Ramadan sudah tiba. Bulan yang penuh dengan berkah ini selalu dinantikan oleh seluruh umat muslim. Berkah Ramadan datang satu kali dalam setahun, jadi sayang untuk dilewatkan. Berkah usaha pun ikut dirasakan banyak orang dengan datangnya bulan Ramadhan. Banyak muncul usaha musiman yang memanfaatkan potensi pasar di bulan suci. Mengintip peluang bisnis menjelang puasa, pada saat puasa dan saat lebaran tiba memang cukup menarik. Melihat di tahun-tahun sebelumnya peluang bisnis ini cukup baik. Peluang usaha yang dapat dijalankan baik itu menjelang puasa, pada saat puasa dan lebaran tiba, banyak sekali jenisnya. Berikut beberapa alternatif peluang usaha tersebut.
Bisnis Makanan Berbuka Puasa
Saat adzan maghrib berkumandang, saatnya berbuka puasa. Moment ini menjadi salah satu kenikmatan tersendiri pada bulan Ramadanyang tidak ada pada bulan- bulan lainnya. Oleh karena itu, waktu berbuka puasa pun menjadi komoditas bisnis yang menarik bagi beberapa pelaku usaha. Bisnis ini dipercaya dapat mendatangkan keuntungan cepat.
Bagi para pekerja yang sibuk diluar rumah tentu jajanan ini merupakan pilihan praktis. Setiap bulan Ramadanatau bulan puasa, di berbagai daerah banyak muncul pasar kaget, atau pasar musiman yang hanya ada pada waktu-waktu tertentu.
Di bulan Ramadhan, Pasar Kaget tersebut biasanya menyediakan berbagai penganan untuk berbuka atau sahur seperti kolak kolak,es campur,es buah, es dawet, kue talam, dadar gulung, kelapa muda dan tidak lupa kurma. Permintaan kurma akan naik menjelang puasa hingga lebaran.
Ada beberapa tips jika ingin melakukan usaha ini yaitu, pilih tempat yang strategis yang orang sering berlalu lalang, pasang papan yang berisi daftar menu sekaligus dengan harganya dengan tulisan yang besar agar menarik orang untuk membaca, gunakan nama-nama yang unik untuk menuliskan nama menu seperti kolak manis kembang desa, atau es kelapa muda penyejuk kalbu dll (kata-kata yang nyeleneh tersebut bisa jadi akan menarik perhatian pembeli), berusaha proaktif menawarkan jualannya kepada setiap pengguna jalan yang melintas.
Bisnis makanan berbuka puasa adalah peluang bisnis yang kelihatannya kecil tapi omzetnya bisa jutaan rupiah perhari mengingat mereka mulai berdagang dari jam 4 sore sampai menjelang maghrib
Bunga Tabur
Tradisi nyekar atau berziarah menjelang puasa sudah ada pada masyarakat Indonesia sejak dulu. Satu minggu sebelum memasuki masa puasa, jumlah peziarah pemakaman biasanya melebihi hari-hari biasa dan hal ini tentunya berdampak pada tingginya permintaan akan bunga tabur.
Pada awal memasuki bulan Ramadan, permintaan bunga tabur melonjak hingga 3 kali lipat terlebih lagi memasuki lebaran dan setelah lebaran.
Tradisi yang berlaku di momen ini bisa jadi sebagai salah satu peluang bisnis musiman yang menjanjikan. Omsetnya bahkan bisa mencapai jutaan per hari. (*)
Bisnis Busana Muslim dan Perlengkapan Ibadah
Memasuki bulan Ramadanhingga menjelang lebaran, belanja baju muslim ikut meningkat. Kebiasaan untuk mengadakan acara berbuka bersama dengan teman, relasi, atau keluarga besar menjadi salah satu pendorong orang membeli baju muslim.
Tentu saja umat Islam membutuhkan pakaian muslim untuk dipakai, baik itu baju koko maupun baju gamis. Selain itu, perlengkapan ibadah seperti sarung, mukena, kopiah, sajadah, peci dan tasbih juga banyak dicari. Bisnis busana termasuk yang paling menikmati panen raya pada bulan puasa ini.
Apabila jeli melihat peluang, pandai memetakan kebutuhan pasar dan tahu sumber pakaian lebaran berkualitas baik, berharga murah dan bisa dikonsinyasi, Anda dapat meraih keuntungan yang lumayan dari bisnis baju lebaran ini. Cara menjualnya bisa dilakukan dengan menawarkan secara langsung kepada rekan kantor, berjualan dipasar kaget, atau berjualan didekat rumah. Pintar-pintarlah membangun saluran distribusi.
Bisnis Kue Lebaran
Meskipun sifatnya musiman, namun cukup menjanjikan. Banyak yang menjalankan bisnis ini murni untuk mencari keuntungan di balik momen Idul Fitri atau hanya mencari kesibukan di bulan Ramadan.
Momen lebaran menjadi poin lebih dalam berbisnis kue entak suju, lidah kucing, nastar, kue keju, atau coklat. Pada masa-masa menjelang Lebaran, permintaan akan kue-kue Lebaran sangat tinggi. Kondisi seperti ini jarang terjadi pada hari-hari biasa.
Yang perlu diperhatikan dalam bisnis ini tak hanya pintar membuat kue dan punya peralatan saja. Tapi juga harus mampu memilih sistem pemasaran kue-kue tersebut dengan tepat, misalnya dititipkan di toko atau supermarket dan sistem pesanan atau jual langsung. Pemilihan jenis kue patut menjadi perhatian. Diperlukan kejelian dalam membaca selera pasar, sehingga kue yang diproduksi bisa dijual dengan cepat dan laris di pasaran. Berbisnis kue lebaran di paruh terakhir bulan puasa selalu memberi rezeki bagi para pembuat kue. (*)
Rental Mobil
Jasa persewaan mobil pun tidak kalah menggiurkan dengan bisnis lainnya. Karena kurangnya kapasitas angkutan umum yang tersedia, banyak masyarakat mencari kendaraan sewaan. Maka, tak heran saat bulan puasa dan menjelang lebaran, permintaan akan mobil sewaan meningkat.
Utamanya adalah membawa sanak keluarga untuk sowan ke rumah orang tua. Saat paling ramai untuk ini adalah merayakan tradisi kumpul bersama pada sahur hari pertama dan kedua.
Semoga uraian singkat ini bisa memberikan gambaran usaha bagi Anda dan semoga apa pun usaha yang akan dijalankan dapat memberi keberkahan untuk semua. (*)
Bisnis Parsel
Parcel lebaran tidak hanya berupa makanan dan minuman, bisa juga peralatan rumah tangga, alat shalat, buah-buahan, bahkan barang elektronik. Kunci dari bisnis ini adalah menda- patkan sumber barang-barang yang akan ditata dalam parsel dengan harga relatif murah, kreasi desain parsel, dan tentu saja para calon pembeli yang sesuai segmen pasar parsel Anda . (*)
Katering
Pada saat bulan Ramadanbiasanya banyak yang mengadakan buka puasa bersama, baik instansi maupun sebuah perkumpulan, jadi bisa dipastikan kebutuhan katering untuk buka puasa meningkat. Tidak ada salahnya memulai usaha katering pada bulan ini dengan membidik segmen ‘buka bersama’ sebagai pasar utama. (*)
Politik Energi Jelang Lebaran
SEOLAH sudah menjadi sebuah tradisi bagi republik ini bahwa menjelang Ramadan dan Lebaran, masyarakat semakin disibukkan oleh kegiatan untuk mempersiapkan momen tersebut.
Hal ini pada akhirnya akan meningkatkan aktivitas ekonomi secara agregatif dan menimbulkan peningkatan permintaan atas berbagai bahan kebutuhan pokok. Aktivitas distribusi barang dan jasa juga ikut meningkat dan mengakibatkan mobilitas transportasi dan logistik menjadi makin tinggi. Akibatnya permintaan terhadap bahan bakar minyak (BBM) pun semakin meningkat. Pertamina memprediksi, permintaan BBM di masyarakat pada Ramadan dan Lebaran ini akan meningkat 10 persen.
Hal ini sebenarnya sudah menjadi hal yang lumrah dan dapat diprediksi. Sayangnya, eksternalitas dari kondisi ini, yaitu kenaikan harga BBM dan bahan-bahan pokok lainnya, masih seringkali terjadi dan belum dapat dihindari. Parahnya, pemerintah tidak melihat fenomena ini sebagai bagian dari strategi rutin yang harusnya sudah sistematis. Kenaikan berbagai harga bahan pokok ini menciptakan sebuah kegelisahan sendiri di masyarakat.
Alih-alih mempersiapkan diri menghadapi bulan suci, masyarakat justru lebih suka menimbun berbagai barang kebutuhan pokok yang pada akhirnya hal ini seringkali disalahgunakan oleh para spekulan untuk menaikkan harga bahan-bahan pokok tersebut menjadi lebih tinggi. Akibatnya, kondisi ekonomi rakyat, khususnya rakyat menengah ke bawah yang sebelumnya sudah sulit,menjadi lebih sulit karena daya beli yang semakin rendah. Kenaikan harga BBM menjelang puasa ini berdampak luas.
Pada level mikro, distribusi berbagai barang dan jasa yang pasti disokong oleh ketersediaan bahan bakar menjadi lebih costly mengingat harga BBM yang juga naik. Secara makro, kenaikan berbagai harga bahan kebutuhan pokok ini akan memancing kenaikan inflasi akibat bertambahnya uang yang beredar di masyarakat. Dalam skala yang lebih luas, perekonomian menjadi tidak stabil. Terdapat beberapa hal yang menyebabkan kenaikan harga BBM ini menjelang Ramadan dan Lebaran. Pertama, kenaikan permintaan dari masyarakat yang direspons oleh para agen untuk menimbun stok BBM yang ada.
Para agen ini biasanya baru menjual ke masyarakat ketika harga mulai merangkak naik. Kedua, kenaikan permintaan PLN atas BBM untuk sektor listrik seiring dengan peningkatan permintaan energi menjelang Ramadan. Ketiga, tradisi mudik Lebaran meningkatkan permintaan pengusaha transportasi atas BBM karena tingginya jumlah permintaan perjalanan oleh masyarakat. Isu kelangkaan BBM menjelang puasa dan Lebaran seringkali digulirkan ke masyarakat oleh berbagai pihak. Padahal sebenarnya isu utama pada kemampuan dan keseriusan pemerintah untuk mengelola supply dan demand energi dari hulu sampai ke hilir dengan seksama.
Persoalan kenaikan BBM ini padahal terjadi hampir setiap tahun, namun mengapa hal ini selalu terulang dan pemerintah terkesan cenderung menganggap hal tersebut sebagai sebuah kewajaran. Begitu harga di masyarakat mulai merangkak naik, pemerintah baru melakukan operasi pasar. Operasi pasar pun memiliki banyak kelemahan, salah satunya tidak dapat mengurai permasalahan sampai ke akarnya. Belakangan ini pemerintah mengklaim bahwa stok untuk energi, khususnya BBM dan listrik, serta bahan makanan selama Ramadan dan Lebaran sudah terpenuhi.
Presiden menyebutkan bahwa rapat terbatas antara dirinya dan anggota kabinet seringkali dilakukan untuk menghindari kelangkaan bahan kebutuhan pokok. Seolah terjadi kesesatan dalam berpikir, pemerintah hanya menganggap persoalan energi sebagai persoalan sederhana yang dapat diatasi oleh tindakan mendadak dan buru-buru pemerintah. Padahal jelas, lebih dari itu semua, energi adalah persoalan yang kompleks.
Energi memengaruhi dan dipengaruhi oleh berbagai hal seperti yang dikemukakan oleh Demirbas, “Energy affects all aspects of modern life.The demand for energy is increasing at an exponential rate due to the significant growth of the world population”.
Seperti yang dikemukakan oleh Demirbas, energi memengaruhi seluruh aspek dalam kehidupan modern ini. Karena itu, ketika daya jangkau terhadap energi menjadi menurun oleh sebab apa pun, banyak aspek dalam kehidupan pun akan ikut terganggu.
Brenda Shaffer pernah menyebutkan, “Modern life – from the production of goods and the means of travel and entertainment to the methods of wagging war – is heavily dependent on access to energy”. Tanpa akses terhadap energi, kehidupan akan sulit berjalan secara baik karena kelumpuhan yang akan terjadi pada berbagai sektor kehidupan seperti ekonomi, sosial, dan politik.
Fenomena kenaikan harga BBM yang terjadi selama Ramadan dan Lebaran ini mungkin dapat mencerminkan hal tersebut. Akibat tidak berjalannya sistem pengawasan oleh pemerintah terhadap sistem energi di hulu dan hilir, stok energi yang sejatinya ada dan mencukupi menjadi langka dan sulit diakses oleh masyarakat. Karena itu, tidak salah ketika ada yang mengatakan bahwa apa yang dilakukan pemerintah saat ini untuk menanggulangi kenaikan harga BBM, kelangkaan BBM, dan isu lain terkait energi belum cukup serius dan menyeluruh.
Rapat terbatas dan operasi pasar tidak akan mampu menyelesaikan masalah ini. Pemerintah perlu melakukan suatu hal yang berani dan tegas. Sistem pengelolaan energi Indonesia harus kembali ditata secara rapi.
Kelembagaan energi harus kembali difungsikan sesuai dengan aturan yang sudah ditetapkan. Dalam fenomena kenaikan harga BBM menjelang Ramadan dan Lebaran ini, peran Pertamina dan BPH Migas sebagai lembaga yang mengatur distribusi minyak dan gas kepada masyarakat sebenarnya cukup signifikan. Jika sampai terjadi penimbunan secara besar-besaran oleh beberapa pihak dengan tujuan untuk mencari keuntungan, BPH Migas yang paling bertanggung jawab. Lebih daripada itu semua, pemerintah harus menata kembali berbagai kebijakan energi yang ada.
Pada akhirnya, persoalan kenaikan dan kelangkaan energi yang terjadi di Indonesia dan di berbagai belahan bumi yang lain pada era modern ini sebenarnya tidak terlepas dari ketidakefektifan kebijakan yang ada untuk menciptakan ketahanan energi dan mengurai permasalahan energi.
Karena itu, politik energi sebagai sebuah mekanisme dalam menciptakan kebijakan energi harus menjadi sebuah hal yang sakral dan tidak dianggap main-main. (*)