26.7 C
Medan
Tuesday, May 7, 2024

Senang dapat BLSM, Asalkan Harga Tak Naik

Tak kurang 2.100 Rumah Tangga Sasaran (RTS) di enam kelurahan di wilayah Kecamatan Medan Barat, yakni Karangberombak, Kesawan, Silalas, Sei Agul, Glugur Kota, dan Pulo Brayan Kota menerima penyaluran Bantuan Langsung Sementara Masyarakat (BLSM) tahap awal. Para warga pemegang pemegang Kartu Perlindungan Sosial (KPS) pun mengantre di Kantor Pos Besar Medan di Jalan Pulau Pinang dan loket penyaluran BLSM di Kantor Pos cabang Pulo Brayan Kota, sejak Sabtu (22/6) pagi.

BLSM CERIA: Seorang nenek didampingi kerabatnya tersenyum ceria saat menerima BLSM  Kantor Pos Jalan Balai Kota Medan, Sabtu (22/6). //AMINOER RASYID/SUMUT POS
BLSM CERIA: Seorang nenek didampingi kerabatnya tersenyum ceria saat menerima BLSM di Kantor Pos Jalan Balai Kota Medan, Sabtu (22/6). //AMINOER RASYID/SUMUT POS

Penyaluran dana BLSM ini sebagai kompensasi atas kebijakan penaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi yang diumumkan pada Jumat (21/6) malam.

Ahmad Zuliani, kepala keluarga berusia 40 tahun merupakan salah seorang warga yang turut mengantri menuturkan, dirinya mengikuti saja kebijakan pemerintah. Ahmadi juga senang menerima Rp300 ribu, dana BLSM untuk dua bulan yang dibayarkan sejaligus. “Dikasih duit, yah tentu saya terimalah,” kata Ahmad Zuliani.

Warga lainnya, Sri Rahayu sangat senang mendapatkan dana BLSM. Dana itu bias dimanfaatkannya membantu memenuhi kebutuhan rumahtangga serta bantuan untuk biaya pendidikan lima anaknya.

“Pas kali kemarin aku baru daftarkan anak bungsu masuk sekolah dasar,” ujar ibu 35 tahunan yang bekerja sebagai pedagang kecil-kecilan di rumahnya ini.

Tapi berbeda dengan Lenny, seorang ibu merasa BLSM Rp300 ribu untuk dua bulan tak membantunya jika harga-harga naik sebagai dampak kenaikan harga BBM. Menurutnya, uang dengan jumlah itu tak mampu membantunya memenugi kebutuhan sehari-hari mengingat suaminya yang hanya bekerja sebagai buruh bangunan dan dia sebagai buruh cuci dengan empat orang anak.

“Lebih baik pemerintah kasih kerjaan kepada anak saya yang putus sekolah dan menganggur,” ujarnya.

Di sisi lain, beberapa jam setelah direalisasikannya keputusan kenaikan BBM bersubsidi dan saat BLSM dibagikan, kenaikan harga sembako mulai mengalami pergerakan. Hal ini berdasarkan pantauan Sumut Pos di beberapa pusat pasar tradisional Medan.

Seperti situasi harga bahan kebutuhan di pasar tradisional Sukaramai di Jalan AR Hakim Medan. Beberapa pedagang mengatakan kenaikan harga BBM mempengaruhi langsung harga penjualan. Bin Arsh, pedagang bahan kebutuhan mengatakan kenaikan masih relatif, tetapi menurut pengalamannya yang telah berjualan selama belasan tahun kenaikan ini akan terus bergerak perlahan.

“Kenaikan berkisar Rp100 hingga Rp500. Seperti harga minyak goreng curah yang biasanya dijual seharga Rp9 ribu per kilogram (kg) kini seharga Rp9.300 per kg. Sedangkan beras premium yang biasa dijual Rp8,8 ribu per kg naik menjadi Rp9 ribu per kg. Gula yang biasanya dijual Rp12 ribu, kini menjadi Rp12,5 ribu perkilo,” rincinya.

Hal yang sama diungkapkan B Marbun. Pedagang yang juga berjualan sembako di Pasar Sukaramai mengatakan kenaikan tidak bisa dibendung lagi, sebab harga dari distributor memang sudah naik. Disusul pembelian secara borongan oleh sebagian pelanggan.

“Banyak pelanggan yang membeli secara berlebihan. Mereka mengatakan untuk stok dibulan puasa. Biasanya sih mereka menyetok gula, minyak, mentega dan tepung,” ujarnya.

Situasi seperti itu juga dirasakan pedagang di Pusat Pasar Sambu Medan, Ahuang, pedagang yang menjual bahan kebutuhan pokok juga membenarkan pembelian secara berlebihan didorong rasa panik (panic buying) oleh konsumennya.

“Kondisi pembelian bahan kebutuhan pokok sudah terjadi sejak dua pekan lalu, tetapi beberapa hari belakangan ini mereka membeli banyak dan tak seperti biasanya. Bahan yang distok mereka biasanya bahan yang tidak cepat rusak seperti gula dan tepung,” ungkapnya.

Dijelaskan Ahuang lagi bahwa kenaikan ini hanya merupakan kepanikan masyarakat akan kenaikan BBM, disusul menjelang bulan Ramadhan yang cenderung memakai bahan yang lumayan banyak untuk membuat kue lebaran.

Sementara itu, Yati seorang pembeli yang kebetulan berbelanja di kedai Ahuang membenarkan jika dia khawatir kalau harga sembako melonjak. Diakuinya juga bahwa dia terpaksa membuka tabungannya untuk menyetok bahan kebutuhan.

“Kalau tidak seperti ini maka kita akan rugi nanti. Sebab kenaikan harga kan gak bisa kita prediksi. Makanya saya gunakan tabungan saya untuk menyetok bahan kebutuhan supaya uang yang dicari bisa ditabung kembali,” ungkapnya.

Harga Ikan Laut Ikut Melonjak

Setelah pemerintah resmi menetapkan kenaikan harga BBM, harga penjualan ikan segar di pasaran melonjak tanjam. Sejumlah pedagang beralasan mahalnya harga jual ikan dikarenakan ongkos produksi dan angkutan sudah mulai naik. Kenaikan harga ikan dan sembako menjelang bulan Ramadan tersebut banyak dikeluhkan masyarakat, Sabtu (22/6) kemarin.

Dari amatan sumut pos di Pasar Tradisional Marelan, untuk harga jual ikan gembung kuring dari sebelumnya Rp26 ribu, naik menjadi Rp32 ribu per kilogram. Ikan selayang Rp22 ribu per kg, naik Rp24 ribu per kg, ikan gulama dari Rp12 ribu per kg naik menjadi Rp15 ribu per kg dan ikan biji nangka dari sebelumnya Rp10 ribu per kg melonjak Rp13 ribu per kg.

Marham (38) seorang pedagang ikan saat ditanyai beralasan, kenaikan harga penjualan ikan disebabkan ongkos angkutan dan pengambilan ikan dari sentral pelelangan ikan di Gabion Belawan melonjak. “Biaya pengambilan ikan dari Gabion juga mahal, makanya kami ikut menaikan harga jual. Belum lagi soal ongkos kirim yang mulai naik,” ucapnya.

Melonjaknya harga ikan langsung dikeluhkan masyarakat yang umumnya para ibu rumah tangga. Rosmawati (31) misalnya, ibu beranak tiga ini mengaku, di tengah terjadinya gejolak harga sembako dan ikan, dirinya terpaksa harus bersusah payah dalam mengatur keuangan untuk keperluan sehari-hari.

“Baru satu hari BBM naik, harga-harga kebutuhan bahan pokok terus melambung. Padahal sebelum minyak naik harga barang sudah sempat naik. Aku pun bingung mengatur keuangan untuk biaya keperluan makan dan sekolah anak, sedangkan gaji suamiku di pabrik hanya Rp1,2 juta,” keluhnya.

Pengamat ekonomi dari Universitas HKBP Nomensem, Parulian Simanjuntak mengatakan pada saat situasi dan kondisi ini tidak heran terjadi panic buying di masyarakat. Sebab dalam momentum yang berlipat ganda seperti ini menyebabkan harga akan merangkak terus naik.
“Sedang momentum menjelang bulan suci saja sudah menjadi langganan kenaikan bahan kebutuhan. Ditambah lagi kenaikan yang mencapai 22 persen ini,” jelasnya.

Jadi diharapkan Parulian kondisi seperti ini harus dihadapi secara bijak oleh pemerintah. Karena kondisi seperti ini keseringan dimanfaatkan spekulan untuk menimbun bahan kebutuhanan dan akan dijual kembali ditengah kepanikan masyarakat. (rul/mag-9)

Tak kurang 2.100 Rumah Tangga Sasaran (RTS) di enam kelurahan di wilayah Kecamatan Medan Barat, yakni Karangberombak, Kesawan, Silalas, Sei Agul, Glugur Kota, dan Pulo Brayan Kota menerima penyaluran Bantuan Langsung Sementara Masyarakat (BLSM) tahap awal. Para warga pemegang pemegang Kartu Perlindungan Sosial (KPS) pun mengantre di Kantor Pos Besar Medan di Jalan Pulau Pinang dan loket penyaluran BLSM di Kantor Pos cabang Pulo Brayan Kota, sejak Sabtu (22/6) pagi.

BLSM CERIA: Seorang nenek didampingi kerabatnya tersenyum ceria saat menerima BLSM  Kantor Pos Jalan Balai Kota Medan, Sabtu (22/6). //AMINOER RASYID/SUMUT POS
BLSM CERIA: Seorang nenek didampingi kerabatnya tersenyum ceria saat menerima BLSM di Kantor Pos Jalan Balai Kota Medan, Sabtu (22/6). //AMINOER RASYID/SUMUT POS

Penyaluran dana BLSM ini sebagai kompensasi atas kebijakan penaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi yang diumumkan pada Jumat (21/6) malam.

Ahmad Zuliani, kepala keluarga berusia 40 tahun merupakan salah seorang warga yang turut mengantri menuturkan, dirinya mengikuti saja kebijakan pemerintah. Ahmadi juga senang menerima Rp300 ribu, dana BLSM untuk dua bulan yang dibayarkan sejaligus. “Dikasih duit, yah tentu saya terimalah,” kata Ahmad Zuliani.

Warga lainnya, Sri Rahayu sangat senang mendapatkan dana BLSM. Dana itu bias dimanfaatkannya membantu memenuhi kebutuhan rumahtangga serta bantuan untuk biaya pendidikan lima anaknya.

“Pas kali kemarin aku baru daftarkan anak bungsu masuk sekolah dasar,” ujar ibu 35 tahunan yang bekerja sebagai pedagang kecil-kecilan di rumahnya ini.

Tapi berbeda dengan Lenny, seorang ibu merasa BLSM Rp300 ribu untuk dua bulan tak membantunya jika harga-harga naik sebagai dampak kenaikan harga BBM. Menurutnya, uang dengan jumlah itu tak mampu membantunya memenugi kebutuhan sehari-hari mengingat suaminya yang hanya bekerja sebagai buruh bangunan dan dia sebagai buruh cuci dengan empat orang anak.

“Lebih baik pemerintah kasih kerjaan kepada anak saya yang putus sekolah dan menganggur,” ujarnya.

Di sisi lain, beberapa jam setelah direalisasikannya keputusan kenaikan BBM bersubsidi dan saat BLSM dibagikan, kenaikan harga sembako mulai mengalami pergerakan. Hal ini berdasarkan pantauan Sumut Pos di beberapa pusat pasar tradisional Medan.

Seperti situasi harga bahan kebutuhan di pasar tradisional Sukaramai di Jalan AR Hakim Medan. Beberapa pedagang mengatakan kenaikan harga BBM mempengaruhi langsung harga penjualan. Bin Arsh, pedagang bahan kebutuhan mengatakan kenaikan masih relatif, tetapi menurut pengalamannya yang telah berjualan selama belasan tahun kenaikan ini akan terus bergerak perlahan.

“Kenaikan berkisar Rp100 hingga Rp500. Seperti harga minyak goreng curah yang biasanya dijual seharga Rp9 ribu per kilogram (kg) kini seharga Rp9.300 per kg. Sedangkan beras premium yang biasa dijual Rp8,8 ribu per kg naik menjadi Rp9 ribu per kg. Gula yang biasanya dijual Rp12 ribu, kini menjadi Rp12,5 ribu perkilo,” rincinya.

Hal yang sama diungkapkan B Marbun. Pedagang yang juga berjualan sembako di Pasar Sukaramai mengatakan kenaikan tidak bisa dibendung lagi, sebab harga dari distributor memang sudah naik. Disusul pembelian secara borongan oleh sebagian pelanggan.

“Banyak pelanggan yang membeli secara berlebihan. Mereka mengatakan untuk stok dibulan puasa. Biasanya sih mereka menyetok gula, minyak, mentega dan tepung,” ujarnya.

Situasi seperti itu juga dirasakan pedagang di Pusat Pasar Sambu Medan, Ahuang, pedagang yang menjual bahan kebutuhan pokok juga membenarkan pembelian secara berlebihan didorong rasa panik (panic buying) oleh konsumennya.

“Kondisi pembelian bahan kebutuhan pokok sudah terjadi sejak dua pekan lalu, tetapi beberapa hari belakangan ini mereka membeli banyak dan tak seperti biasanya. Bahan yang distok mereka biasanya bahan yang tidak cepat rusak seperti gula dan tepung,” ungkapnya.

Dijelaskan Ahuang lagi bahwa kenaikan ini hanya merupakan kepanikan masyarakat akan kenaikan BBM, disusul menjelang bulan Ramadhan yang cenderung memakai bahan yang lumayan banyak untuk membuat kue lebaran.

Sementara itu, Yati seorang pembeli yang kebetulan berbelanja di kedai Ahuang membenarkan jika dia khawatir kalau harga sembako melonjak. Diakuinya juga bahwa dia terpaksa membuka tabungannya untuk menyetok bahan kebutuhan.

“Kalau tidak seperti ini maka kita akan rugi nanti. Sebab kenaikan harga kan gak bisa kita prediksi. Makanya saya gunakan tabungan saya untuk menyetok bahan kebutuhan supaya uang yang dicari bisa ditabung kembali,” ungkapnya.

Harga Ikan Laut Ikut Melonjak

Setelah pemerintah resmi menetapkan kenaikan harga BBM, harga penjualan ikan segar di pasaran melonjak tanjam. Sejumlah pedagang beralasan mahalnya harga jual ikan dikarenakan ongkos produksi dan angkutan sudah mulai naik. Kenaikan harga ikan dan sembako menjelang bulan Ramadan tersebut banyak dikeluhkan masyarakat, Sabtu (22/6) kemarin.

Dari amatan sumut pos di Pasar Tradisional Marelan, untuk harga jual ikan gembung kuring dari sebelumnya Rp26 ribu, naik menjadi Rp32 ribu per kilogram. Ikan selayang Rp22 ribu per kg, naik Rp24 ribu per kg, ikan gulama dari Rp12 ribu per kg naik menjadi Rp15 ribu per kg dan ikan biji nangka dari sebelumnya Rp10 ribu per kg melonjak Rp13 ribu per kg.

Marham (38) seorang pedagang ikan saat ditanyai beralasan, kenaikan harga penjualan ikan disebabkan ongkos angkutan dan pengambilan ikan dari sentral pelelangan ikan di Gabion Belawan melonjak. “Biaya pengambilan ikan dari Gabion juga mahal, makanya kami ikut menaikan harga jual. Belum lagi soal ongkos kirim yang mulai naik,” ucapnya.

Melonjaknya harga ikan langsung dikeluhkan masyarakat yang umumnya para ibu rumah tangga. Rosmawati (31) misalnya, ibu beranak tiga ini mengaku, di tengah terjadinya gejolak harga sembako dan ikan, dirinya terpaksa harus bersusah payah dalam mengatur keuangan untuk keperluan sehari-hari.

“Baru satu hari BBM naik, harga-harga kebutuhan bahan pokok terus melambung. Padahal sebelum minyak naik harga barang sudah sempat naik. Aku pun bingung mengatur keuangan untuk biaya keperluan makan dan sekolah anak, sedangkan gaji suamiku di pabrik hanya Rp1,2 juta,” keluhnya.

Pengamat ekonomi dari Universitas HKBP Nomensem, Parulian Simanjuntak mengatakan pada saat situasi dan kondisi ini tidak heran terjadi panic buying di masyarakat. Sebab dalam momentum yang berlipat ganda seperti ini menyebabkan harga akan merangkak terus naik.
“Sedang momentum menjelang bulan suci saja sudah menjadi langganan kenaikan bahan kebutuhan. Ditambah lagi kenaikan yang mencapai 22 persen ini,” jelasnya.

Jadi diharapkan Parulian kondisi seperti ini harus dihadapi secara bijak oleh pemerintah. Karena kondisi seperti ini keseringan dimanfaatkan spekulan untuk menimbun bahan kebutuhanan dan akan dijual kembali ditengah kepanikan masyarakat. (rul/mag-9)

Artikel Terkait

Rekening Gendut Akil dari Sumut?

Pedagang Emas Kian Ketar-ketir

Selalu Menghargai Sesama

Dahlan Iskan & Langkanya Daging Sapi

Terpopuler

Artikel Terbaru

/