Jelang Lebaran, bisnis parsel di berbagai tempat mulai menggeliat di banyak tempat. Selain supermarket, puluhan toko roti dan pecah-belah ikut menjajakan parsel berbagai ukuran. Bentuknya bermacam-macam dengan berbagai ragam isi. Mulai dari isi makanan atau barang pecah belah.
BANYAK masyarakat berburu parsel sebagai bingkisan yang dikirim ke relasi atau kerabat. Peluang ini pun tak dilewatkan oleh para pedagang parsel. Tak heran, pada Ramadan ini, banyak pedagang yang menjajakan keranjang parsel di Kota Medan. Pantauan Sumut Pos di berbagai lokasi, terlihat banyak bingkisan parsel bernuansa Islami dijajakan. Salah satu toko parsel yang ada di supermarket.
Andi, staf pemasaran supermarket ‘Maju Bersama’, mengatakan meskipun ramai tapi berdasarkan pengalaman, peningkatan penjualan parsel baru terlihat dua minggu sebelum Lebaran. Biasanya, penjualan parsel di tempatnya bisa naik hingga 33 persen. Jika biasanya hanya terjual 10 parsel setiap harinya, maka mendekati Lebaran bisa menjual 40 parsel.
Supermarket ini menyediakan dua jenis parsel, yakni parsel yang berisi makanan kering dan parsel keramik. Biasanya parsel makanan kering diisi oleh biskuit, coklat, sirup, teh, kopi dan makanan kecil. Sedangkan, untuk parsel keramik isinya bisa dipilih.
Pilihannya adalah tea set, toples kue, toples permen, atau kitchen set yang berisi peralatan masak. Toko yang terletak persis di bawah stasiun itu membanderol satu unit parsel makanan sebesar Rp 300 ribu hingga Rp 800 ribu. “Namun kalau ada yang mau pesan mix, perpaduan keduanya harganya Rp 1 juta,” ujar Andi.
Andi mengungkapkan, tidak ada yang mendominasi untuk penjualan kedua jenis parselnya itu. “Permintaan parsel makanan dan keramik sama aja, tidak ada yang dominan,” katanya.
Dalam sehari produksi parsel toko Kembar pun terbilang cukup banyak yaitu sebanyak 20 parsel-30 parsel. “Waktu pembuatan tidak lama, tidak sampai satu jam,” ujarnya.
Andi menuturkan, salah satu kendala yang dihadapi dalam bisnis ini adalah kesulitan untuk alas parsel. Biasanya alas parsel menggunakan rotan atau kerajinan dari Tasikmalaya, Jawa Barat, yang biasa disebut mendong. Andi menjelaskan kalau mau Lebaran seperti sekarang ini pasokan rotan suka kurang. “Karena pas Lebaran kan banyak orang yang buat parsel juga, bukan di sini saja,” ujarnya.
Tingginya harga parsel saat ini juga mengharuskan para pedagang menyiapkan modal yang tidak sedikit. Namun para pedagang akan mendapatkan keuntungan hingga 100% saat ramainya permintaan jelang Lebaran. Besarnya modal yang harus dikeluarkan pemilik usaha parsel ini bahkan mencapai ratusan juta rupiah. Seperti yang diungkapkan Rey, salah satu pedagang parsel di daerah Petisah.
“Kalau modal bikin parsel kaya gini bisa ratusan juta. Tergantung isinya juga kan ada jam, lukisan, ukiran gading, keramik juga ada,” katanya, Jumat (10/8).
Modal itu sebanding dengan omzet yang diraup oleh pedagang parsel, bahkan keuntungannya pun menjanjikan. Menurut pengakuan Rey, keuntungan yang bisa didapatkan hampir dua kali lipat, tergantung ramainya pesanan.
Keuntungan yang bisa didapatkan dari penjualan per parselnya kira-kira sekitar 80 persen – 100 persen. “Kalau dari satu parsel misalnya modalnya sekitar Rp300 ribu – Rp500 ribu bisa dijual harganya Rp900.000. Jadi untungnya sekitar kurang lebih dua kali lipatnya lah,” katanya.
Ia menambahkan saat ini jenis parsel berisi hiasan terbilang cukup mahal namun lebih laku dibandingkan dengan parcel makanan. Para pedagang parcel mengaku lebih suka membuat parsel hiasan dibanding parsel makanan karena bisa disimpan kembali jika parsel tidak laku.
“Kalau parsel kaya keramik sama hiasan gini kan masih bisa disimpen sampai tahun depan juga bisa tinggal diganti-ganti. Kalo parsel makanan kan bisa kadaluarsa kalau nggak laku,” ungkap Rey.
Parsel berisi keramik saat ini memang menjadi kegemaran para pemburu parsel karena selain lebih indah dilihat, juga bisa digunakan untuk waktu yang lebih lama. Harga untuk parsel keramik ini berkisar antara Rp300 ribu – Rp 1.000.000.
Harga tersebut belum termasuk ongkos kirim karena untuk pemesanan yang bisa langsung dikirimkan ke alamat tujuan akan dikenakan biaya tambahan tergantung jauh dekatnya alamat yang dituju.
“Kalau biaya kirimnya saja dikenakan Rp50 ribu. Tapi itu ditanggung nggak pecah. Kalau pecah resiko kita ganti dengan yang baru,” timpal Abeng yang merupakan salah satu pemilik usaha Parsel.
Pengiriman parsel vis pos memasuki penghujung Ramadan tercatat mulai meningkat. Permintaan pengiriman parsel diperkirakan meningkat mulai 10 hari hingga tiga hari menjelang Lebaran.
Manager Marketing PT Pos Indonesia Kanwil Medan, Suhana, mengatakan parsel merupakan komoditi yang paling sering dikirimkan via pos dengan jumlah besar setiap bulan. Peningkatan permintaan pengiriman parsel tersebut sudah terasa saat hari pertama memasuki Ramadan.
“Pada hari biasa, jumlah permintaan pengiriman parsel melalui kantor pos dapat mencapai angka 1.500 per bulan. Namun memasuki bulan Ramadan, jumlah permintaan meningkat hingga 40 persen atau sekitar 2.000 permintaan pengiriman,” ujar Suhana, Jumat (3/8).
Erwin, salah seorang penjual parsel di Pasar Petisah, mengatakan permintaan parsel meningkat hingga 20 persen dari hari biasa. Iman memproduksi parsel dalam jumlah banyak. “Kalau hari biasa saya hanya membuat parsel sesuai permintaan. Namun saat bulan puasa seperti ini saya stok parsel yang banyak karena pasti permintaan juga tinggi,” ujarnya.
Dia mengaku dalam sehari parselnya dapat laku tiga hingga lima paket. Jumlah tersebut menurutnya akan meningkat hingga dua kali lipat saat H-7 Lebaran. Karena pada saat itu, kaum muslim giat memberikan bingkisan parsel kepada rekan kerja atau sanak saudara.
Geliat bisnis keranjang hadiah ini memang semakin hidup semakin mendekati Lebaran. Hari, salah seorang penjual parsel di Jalan Jamin Ginting, misalnya, mengungkapkannya. Ditemui di sela-sela kesibukannya, Selasa (7/8), Hari menuturkan jika tahun ini konsumen banyak mencari parsel yang memadukan antara makanan dan barang pecah belah. Dia menjual parsel dengan beragam harga dari mulai harga Rp100 ribu yang berisi makanan ringan, hingga Rp1,5 juta yang berisi seperangkat gelas keramik yang cantik lengkap dengan tekonya. Yang paling banyak diburu, kata Iman, adalah parsel paket makanan ringan dan buah yang dijual dengan harga Rp100 ribu sampai Rp350 ribu. “Kalau parsel yang isinya buah, biasanya saya bikin dadakan. Karena kalau dipajang lama, takutnya akan busuk,” ujarnya.
“Tahun sekarang tuh, banyaknya yang pesen parsel makanan yang dilengkapi sama tea-set ataupun coffee-set, katanya parselnya enggak sekedar buat dimakan, tapi bisa juga buat dipajang, buat kenang-kenangan katanya,” ujar Hari.
Hari yang membanderol parselnya dari harga Rp100 ribu hingga Rp2 juta ini menerima pesanan parsel sesuai dengan keinginan konsumen. “Konsumen bisa mesen parsel isinya mau apa, mau segede apapun juga bisa, asal pesennya lebih dari 20 paket,” tukasnya.
Sama halnya dengan supermarket Vigo yang menjual parsel di Jalan Kapten Pattimura, Padangbulan. Menurut Untung, salah seorang pegawainya, konsumen bisa pesan parsel sesuai keinginan. “Di samping menyediakan model parsel yang sudah ada, kami juga biasa bikinin parsel sesuai model yang diinginkan,” katanya.
Di supermarket tempatnya bekerja, Untung menuturkan jika banyak konsumen yang menginginkan isi parselnya tidak hanya makanan, tapi juga barang-barang porselen. “Sekarang tuh lagi musim, parsel isi makanan ringan dan barang pecah belah, jadi selain makanan parselnya ditambah mangkok, piring, gelas tentunya juga dengan model-model yang cantik dan menarik,” dia menambahkan.
Parsel yang biasa digunakan sebagai bingkisan di hari raya ini diakui banyak orang sebagai perekat tali silaturahmi. “Banyak yang menghadiahkan buat keluarga, sahabat, bahkan relasi bisnis. Parsel itu kan ibarat rantangan yang diantar ke tetangga-tetangga pas lebaran,” tukas Untung menirukan ucapan bosnya.
Begitupun, para penjual parsel yakin omzet penjualan akan mengalami puncaknya pada pekan ketiga Ramadan atau pada H-10 lebaran. Pada waktu-waktu itu bisa saja satu toko ‘melengserkan’ hingga 200 parsel setiap hari, dari berbagai ukuran dan jenis.
“Paarsel yang dipesan pejabat paling banyak menguntungkan pedagang. Selain jumlahnya banyak, harganya bisa mencapai jutaan rupiah,” kata seorang pedagang parsel berkulit putih yang mengaku punya pengorder dari kalangan pejabat di kota ini.
Dijelaskannya, harga parsel yang ditawarkan bervariasi tergantung pesanan yang diminta. Mulai dari Rp500 ribu hingga Rp10 juta per parsel. Isinya juga bervariasi. Ada yang berisi paket makanan dan minuman, ada juga peralatan shalat, bahkan barang pecah belah rumah tangga.
Dia mengungkapkan omzet penjualan parsel mengalami peningkatan tidak hanya pada saat menjelang Lebaran saja, namun juga pada peringatan pada hari raya keagamaan lainnya, seperti Natal, Imlek, atau Tahun Baru.
Namun, perempuan yang sudah menekuni bisnis parsel selama sepuluh tahun ini tak mau menjelaskan berapa besar omset atau keuntungan yang diperolehnya pada waktu-waktu tersebut. “Seperti saat ini, parsel yang dibuat kebanyakan bernuansa Islami. Tapi, semua tergantung permintaan pembeli, mau model yang seperti apa. Dan biasanya permintaannya juga beda-beda. Yang jelas, kita mendesain parsel dengan tujuan agar si penerima ingat sama si pemberi parsel. Jadi, ada kesan yang diingat,” tandasnya.
Ridha, seorang marketing perusahaan Telekomunikasi, yang tinggal di kawasan Menteng, Medan, mengaku kerap mengirim parsel saat menjelang Lebaran. Menurutnya, parsel yang ia beli untuk dikirimkan ke kolega atau klien perusahaannya. ”Biasanya sengaja membeli parsel menjelang hari H,” katanya. (tim)
Makna Parsel Jelang Lebaran
UNDANG-undang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi melarang para penyelenggara negara, baik pegawai negeri sipil, militer maupun kepolisian, menerima apa pun yang diberikan terkait tugas di lembaga negara. Kalau parsel? Sebentar lagi kan Lebaran.
Parsel juga ilegal karena termasuk bentuk gratifikasi. Tidak peduli mau Idul Fitri, Natal, Imlek atau hari besar keagamaan lainnya. Aturannya jelas: dilarang menerima segala bentuk hadiah berupa uang, barang, bingkisan atau parsel, diskon, voucher, fasilitas penginapan, perjalanan wisata, maupun pemberian lainnya dari bawahan, rekan kerja dan atau rekanan atau pengusaha yang berhubungan dengan jabatannya.
Bagi pegawai negeri atau penyelenggara negara yang menerima gratifikasi diwajibkan melapor ke Komisi Pemberantasan Korupsi selambat-lambatnya 30 hari kerja setelah penerimaan. Selanjutnya, KPK akan menetapkan status kepemilikan gratifikasi tersebut menjadi milik penerima atau milik negara.
Tetapi, seperti biasa, menjelang Lebaran isi UU No 20 Tahun 2001 yang amat jelas itu bisa berubah menjadi abu-abu. Masih ada saja daerah yang menghalalkan parsel. Bagi sejumlah pejabat, parsel dianggap tidak masalah selama nilainya wajar.
Wajarnya berapa? Beda tempat, pasti beda patokan. Koordinator Wilayah (Korwil) Pusat Monitoring Politik dan Hukum Indonesia (PMPHI) Sumatera Utara, Gandi Parapat, menyebut: ”Angkanya jangan sampai di atas Rp5 juta.”
Bandingkan dengan nilai kewajaran bingkisan Natal di Amerika Serikat yang dipatok maksimum 20 dollar AS (Rp180 ribu). Itu pun yang boleh menerimanya hanya petugas pos. Lebih dari itu, dia wajib mengembalikan kelebihannya kepada si pemberi. Di sana, 20 dollar AS adalah upah minimum dua jam kerja. Di Tangerang, Rp5 juta hampir senilai empat bulan UMK.
Begitu dermawankah bangsa Indonesia? Yang pasti, tak seorang pun pejabat atau pegawai negeri sipil, militer, dan polisi yang sudi menerima bingkisan senilai dua jam UMK. Juga karena rekanan atau relasi instansi pemerintahan cuma tahu bahwa nilai dua jam UMK hanya cukup untuk bayar parkir mobil dua jam saja.
Sesuai maknanya, Idul Fitri memang momentum yang pas untuk memberi. Tapi tidak dalam konteks pemberian parsel dari rekanan kepada penyelenggara, atau dari bawahan kepada atasan. Pemberian dalam konteks ini – berapa pun nilainya – bahkan tidak bisa dikategorikan gratifikasi, melainkan suap. Menyuap di bulan puasa itu keterlaluan.
Melihat kenyataan bahwa masih banyak aparatur negara, pengusaha, dan LSM yang belum menyimak undang-undang tentang pemberantasan korupsi, tampaknya KPK harus bekerja lebih keras lagi. Sosialisasi perundang-undangan juga sama pentingnya dengan langkah-langkah penindakan terhadap para penerima dan pemberi suap.
Pemberian parsel menjelang Lebaran atau hari-hari besar keagamaannya adalah tradisi mulia. Memberi dan menerima, alias berbagi, memang fitrah manusia. Dan dalam konteks Idul Fitri, parsel sebaiknya diperuntukkan bagi keluarga, saudara, dan handai tolan. Atau dari yang kaya untuk yang miskin. Dari majikan kepada buruh. Bukan untuk melicinkan sebuah kesepakatan antara rekanan dengan pejabat berwenang. (val)