Tuhan telah memberikan akal pada setiap manusia, maka gunakanlah. Jika tidak digunakan berarti tidak mensyukuri pemberian-NYA bukan?
Kalimat di atas saya ingat terus terkait maraknya barang aspal alias asli tapi palsu yang beredar beberapa waktu ke belakang. Akhir pekan lalu, di Tebingtinggi tertangkap meterai 6000 palsu, jumlahnya ribuan. Kemarin, pihak Poldasu malah memberi informasi ada 137 BlackBerry palsu yang berhasil diamankan dari Plaza Millenium. Bayangkan, yang tertangkap jumlahnya sebanyak itu, bagaimana dengan yang tak tertangkap atau yang sudah terjual? Wow.
Menyadari hal itu, saya merasa takjub. Ya, bukan terkejut. Pasalnya, saya menjadi salut dengan mereka yang mampu memalsukan sesuatu. Dengan kata lain, mereka pasti orang-orang yang menggunakan akalnya. Memang cenderung mengakali, namun untuk berbuat itu kan butuh sebuah penelitian tertentu. Misalnya soal meterai, seorang pemalsu tentunya tidak sembarangan memalsukan. Tentunya dia butuh pengetahuan khusus soal meterai; baik bentuk hingga desainnya. Selain itu, dia juga butuh kemampuan teknis dalam memalsukan; dia butuh pengetahuan komputer untuk mendesain meterai tadi. Begitu juga soal pengetahuan bahan baku; kertas meterai dan kertas biasa pasti beda. Tidak sampai di situ saja, dia juga harus paham pasar. Dengan kata lain, dia harus bisa memilih lokasi penjual.
Soal BlackBerry tak jauh berbeda. Seorang pemalsu wajib tahu tentang telepon pintar tersebut. Apalagi, menurut pihak Poldasu, ratusan BlackBerry yang diamankan itu merupakan barang rekondisi. Dengan kata lain, BlackBerry lama disulap menjadi baru. Namanya sulap, tentunya butuh pengetahuan tersendiri bukan? Nah, untuk BlackBerry, seorang perekondisi, tentunya punya pengetahuan teknis secara mendalam. Maksudnya begini, begitu ada BlackBerry rusak, dia akan mencari suku cadang dari BlackBerry rusak lainnya atau yang bekas. Lalu, dia gabungkanlah yang masih bagus. Setelah itu, dia jadikan BlackBerry seakan-akan baru. Dengan kata lain, perangkat yang ada di dalamnya barang bekas, namun dijual layaknya BlackBerry baru.
Untuk menjadikan seolah-olah baru tentunya memilki kemampuan khusus. Minimal si pelaku harus memiliki pengetahuan merakit. Belum lagi soal pengetahuan teknis lainnya, BlackBerry kan teknologi canggih, berarti dia harus punya pengetahuan yang canggih pula.
Dan, semua itu harus menggunakan akal!
Untungnya, akal diberikan Tuhan kepada setiap manusia. Pemalsuan itu akhirnya terpecahkan. Meterai palsu berhasil diamankan karena fisiknya mencurigakan. Mereka yang menangkap, tentunya punya pengetahuan yang mendalam tentang meterai hingga tidak terkecoh. Bagi yang terkecoh, ya, tahankanlah…
Begitu juga dengan BlackBerry rekondisi. Situs Djawir.com mempublikasikan cara melihat BlackBerry rekondisi. Menurut situs itu, barang rekondisi dapat terlihat jelas dari dus, logo, serata PIN dan IMEI. Untuk dus: sablon dus kasar, di bagian bawah biasanya tidak terdapat notifikasi hak paten dalam berbagai bahasa, biasanya di sisi kanan tidak ada stiker indentitas handheld, dan sebagainya. Untuk logo: biasanya pada bodi welcome screen dan Internet Browser tidak sesuai dengan di dus. Contohnya di BB pada saat welcome screen keluar tulisan T- Mobile tapi dus polos/bukan dus keluaran T-Mobile. Sedngkan untuk PIN dan IMEI: BlackBerry rekondisi PIN-nya tidak tetap alias berubah-ubah, IMEI ketika dicek di numbering plans biasanya tidak sesuai dengan handset.
Nah, untuk mendapat pengetahuan itu, tentunya sang penemu perbedaan rekondisi dan BlackBerry resmi memiliki pengetahuan juga kan? Dan, itu berarti dia menggunakan akal.
Begitulah, akal memang dimiliki setiap manusia. Kini tinggal bagaimana menggunakannya. Masih banyak kasus pemalsuan yang dapat diungkap oleh pihak berwajib, begitu juga sebaliknya. Berhasil diungkap karena pihak berwajib tidak berhasil diakali. Sedangkan yang belum terungkap, ya, karena sang pemalsu lebih hebat mengakali. Bukankah begitu? (*)