Ketika Jagoan Partai Besar Kalah
JAKARTA- Kemenangan quick count pasangan Joko Widodo-Basuki Tjahaja Purnama (Jokowi-Ahok) atas pasangan Fauzi Boqo-Nachrowi Ramli (Foke-Nara), dianggap banyak pihak menjadi pukulan bagi partai-partai pendukungnya. Meski demikian, Partai Demokrat mengelak mengakui kalau mesin partai mereka tidak bekerja optimal memenangkan duet Foke-Nara.
Wasekjen DPP PD Saan Mustopa menegaskan, kalau seluruh kader partainya telah bekerja maksimal. “Partai sudah bekerja, mesin partai sudah bekerja maksimal,” tegas Saan.
Seperti halnya PPP, dia mengungkapkan, kalau gawe pemilihan langsung juga sangat dipengaruhi masalah figur. “Tentu ada banyak faktor, dan faktor tokoh di sini (pemilihan langsung) sangat lah dominan,” tandasnya.
Sebagaimana diketahui, baik Foke maupun Nara sama-sama merupakan kader Demokrat. Fauzi Bowo merupakan salah satu anggota Dewan Pembina PD. Sedang Nachrowi Ramli adalah Ketua DPD PD DKI Jakarta.
Meski demikian, dia juga menegaskan, bahwa hasil pilkada DKI kali ini akan serta merta berbanding lurus dengan perolehan suara partainya dalam Pemilu 2014 mendatang. “Bukan jaminan gara-gara (kekalahan) yang terjadi di DKI ini akan linier nanti dengan 2014, jadi tidak perlu dihubung-hubungkan,” tandasnya.
Menjadi bahan evaluasi partai-partai. Partai Persatuan Pembangunan (PPP), diantaranya. Hasil pengamatan internal PPP menyebutkan, militansi kader PPP untuk memilih pasangan Foke-Nara tidak optimal.
Ditemui usai melepas penerbangan perdana calon jamaah haji menuju Madinah di bandara Soekarno-Hatta kemarin (21/9), Ketua Umum PPP Suryadharma Ali menuturkan bahwa hanya ada sekitar 75 persen kader PPP yang tetap militant memilih pasangan Foke-Nara. Sisanya sebanyak 25 persen kader “membangkang” dan mengalihkan pilihannya kepada pasangan Jokowi-Ahok.
“Potensi peralihan pilihan tadi terjadi karena ada massa parpol yang tidak mengikat. Yang biasa kita sebut massa mengambang,” kata dia. Pria yang juga menjabat sebagai Menteri Agama (Menag) itu menuturkan, kondisi ini tentu tidak bisa dibiarkan. Dia mengatakan, PPP dan parta-partai lain pendukung Foke-Nara pasti melakukan evaluasi atas hasil Pilkada DKI ini.
Pria yang akrab disapa SDA itu mengatakan, wajar jika di tingkat kader akar rumput terjadi perbedaan pilihan. “Itu mungkin saja terjadi. Karena di jajaran elitnya saja ada perbedaan,” kata dia. Seperti diketahui, jajaran elit PPP sempat pecah menjelang Pilkada DKI tahap dua.
Sikap DPP PPP sudah tegas mengalihkan dukungannya kepada Foke-Nara. Tetapi ada unsur elit PPP lain yang bersebrangan. Yaitu malah memberikan dukungan kepada pasangan Jokowi-Ahok. SDA juga menuturkan, massa yang pada Pemilu 2009 lalu memilih Partai Demokrat, belum tentu memilih pasangan Foke-Nara yang notabene didukung Partai Demokrat. “Termasuk juga massa yang memilih PPP di pemilu 2009 lalu, belum tentu memilih pasnagan yang didukung PPP,” kata dia.
Secara keseluruhan, SDA mengakui jika kemenangan Jokowi-Ahok tidak hanya disebabkan adanya massa mengambang (swing voter). Lebih dari itu, SDA mengatakan jika figure Fauzi Bowo memang kalah popular ketimbang sosok Jokowi.
Di tempat terpisah Ketua Badan Penelitian dan Pengembangan Dewan Pimpinan Pusat Partai Golongan Karya (Golkar), Indra J Piliang mengatakan, kesalahan besar bagi partai Golkar untuk mendukung pasangan calon Gubernur DKI, Fauzi Bowo-Nachrowi Ramli.
“Ya, saya kira kesalahan terbesar Partai Golkar mendukung dua orang dari Partai Demokrat itu. Sementara ke depan nanti di Pemilihan Presiden (Pilpres) tahun 2014, lawan kita itu ya Partai Demokrat,” kata Indra Pilliang, di Warung Daun, Jakarta, Sabtu, (22/9).
Dikatakannya, Fauzi Bowo pada saat putaran kedua terlihat takut dengan tidak akan adanya dukungan yang diberikan kepada Fauzi-Nachrowi. “Fauzi Bowo memasukkan elemen kepentingan partai politik, Pak Foke, sapaan akrab Fauzi Bowo, kelihatan begitu ketakutan tidak akan didukung. Foke itu Dewan Pembina Partai Demokrat, Pak Nara Ketua Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Demokrat,” kata Indra.
Dia lalu mengaharapkan pasangan Joko Widodo-Basuki Tjahaja Purnama menghindarkan politik transaksional. “Kami berharap Pak Jokowi-Basuki menghindarkan dari politik transaksional. Nanti 2014 periode politik anggaran habis-habisan. Bantuan sosial yang akan digunakan politisi aksi-aksi sinterklas di masyarakat. Masyarakat harus disadarkan untuk tidak melakukan hal ini di Jakarta,” katanya.
Indra juga menyakini pasangan Jokowi-Basuki adalah pasangan yang profesional dan tidak takut kehilangan sebuah jabatan. “Saya yakin Pak Ahok (sapaan akrab Basuki) tidak mengenal takut. Pak Jokowi itu profesional dan humble, tidak ada ketakutan akan kehilangan jabatan. Perubahan yang harus diciptakan,” ujarnya.
Dalam Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) DKI Jakarta putaran pertama, Partai Golkar berkoalisi dengan Partai Persatuan Pembangunan (PPP) dan Partai Damai Sejahtera (PDS) untuk mengusung pasangan Alex Noerdin-Nono Sampono. Namun, pasangan itu harus puas berada di posisi kelima dan dikalahkan oleh pasangan Independen nonpartai Faisal Basri-Biem Benjamin.
Sementara itu Ketua Badan Pemenangan Pemilu Partai Amanat Nasional(PAN), Viva Yoga Mauladi membantah kekalahan sang cagub incumbent itu diantaranya disebabkan kurang maksimalnya kerja partainya. “Secara organisatoris, PAN mendukung Foke-Nara. Mesin politik PAN juga sudah berjalan maksimal,” ujar Viva, Sabtu (22/9).
Meski begitu, kata Viva, ternyata warga Jakarta lebih banyak memilih Jokowi-Ahok. “Ahok juga kawan saya sewaktu di DPR,” ujarnya.
Menurut Viva, perilaku pemilih dalam Pemilukada DKI Jakarta lebih banyak ditentukan oleh figur dan kinerja incumbent yang maju kembali. Bila kinerja incumbent kurang memuaskan masyarakat, maka bila maju kembali pasti akan berkurang dukungannya.
“Begitu pula dengan Jokowi yang sudah berjanji untuk memperbaiki Jakarta. Bila nanti janjinya tidak terbukti dan membuat masyarakat kecewa, jika maju menjadi kandidat lagi, tentu tidak akan dipilih lagi,” kata Viva. Bagi Viva, inilah dinamika masyarakat rasional, yang memiliki kesadaran politik dan mandiri dalam bersikap. “Pembangunan politik harus diarahkan seperti itu agar masyarakatnya menjadi bagian penting dalam menentukan kualitas demokrasi,” tukasnya.
Hal yang sama juga dikatakan Sekjen Partai Amanat Nasional(PAN), Taufik Kurniawan. Dia menyebutkan kekuatan figur tidak boleh diremehkan begitu saja. PAN, kata Taufik juga akan terus mendorong dalam pilkada faktor figur atau sosok dari calon pemimpin.
“Belajar dari DKI, memang sejauh ini kekuatan figur memang tidak boleh diremehkan. Ini yang oleh PAN terus didorong dalam pilkada dan pileg dimana faktor figur akan sangat menjadi pertimbangan. Karena sekarang ini pilihan dari masyarakat sangat menentukan, maka tinggal partai dalam menentukan figur harus mendengar suara masyarakat,” kata Taufik.
Meski kekautan figur menjadi catatan penting, menurut Taufik apapun partai politik tetap menjadi elemen penting sebagai pilar demokrasi. Tinggal perbaikannya bagaimana artikulasi yang dikemas parpol itu adalah suara dari masyarakat. Dalam konteks Pilkada DKI lanjut Taufik, saat ini figur Jokowi dinilai tepat dengan kebutuhan masyarakat.
“Tetapi, itu menurut saya tidak menggambarkan secara umum ini sebagai kegagalan partai. Karena di Singkawang PAN menang. PAN dengan Golkar menang di Cilacap. Jadi tidak bisa digeneralisir itu persepsikan kekuatan politik 2014. Tidak bisa juga dikatakan ini kegagalan partai besar,” katanya.
Lebih jauh Taufik menambahkan pilkada DKI tentunya menjadi sangat menarik karena Ibukota, dan menjadi hal yang menurutnya proses di dalam sangat demokratis, buah dari reformasi, itulah yang dimaksud aspek demokrasi bisa dijalankan.
Wakil Ketua DPR ini menjelaskan saat pilkada DKI Jakarta, demokrasi benar-benar berjalan, bagaimana lembaga survei sudah memprediksi tetapi di menit terakhir berbeda dari prodiksi. Karena memang dalam demokrasi yang sudah mulai maju, kandidat yang bisa manfaatkan swing voter, bisa diterima, maka bisa menguat.
“Nah kalau soal kemenangannya meski lawannya didukung banyak partai, sekarang ini masyarakatnya memang sudah tidak larut dalam politik aliran, tetapi lebih pada figur. Kalau dulu kan lebih ke aliran karena yang dilihat adalah partai, nasionalis, atau agamis, tetapi sekarang kekuatannya di figur yang bisa menarik,” ujar Taufik.
Sedangkan salah satu pendiri Partai Keadilan, Yusuf Supendi, menyatakan kebijakan PKS untuk mengarahkan kader dan simpatisannya agar memilih pasangan Fauzi Bowo-Nachrowi Ramli pada Pemilukada DKI putaran kedua ternyata tidak efektif di lapangan. Karenanya, keputusan politik PKS itu harus bisa menjadi pelajaran berharga.
Menurut Yusuf, Figur yang diusung dalam Pemilukada menjadi faktor penting, jauh melebihi hitung-hitungan angka suara partai politik hasil Pemilu Legislatif. “Yang menentukan adalah figuritas, keteladanan, integritas, kesederhanaan, dan bersatu-padunya potensi rakyat, terutama rakyat kecil pendukung kebenaran dan perubahan secara jelas dan ikhlas,” kata Yusuf kepada JPNN, Jumat (21/9).
Menurutnya, perkembangan teknologi membuat rakyat kian cerdas dan pintar, serta cepat tanggap memahami permasalahan. Karenanya, rakyat pemilih juga sigap menentukan sikap dan tidak mudah direkayasa atau dibodohi. “Yang harus dicatat juga, uang bukan segalanya,” tegasnya.
Yusuf yang sebelumnya pernah meramalkan Jokowi akan unggul dalam kisaran 8-10 persen atas Foke itu menambahkan, keputusan PKS mengusung calon gubernur incumbent terbukti lebih didasarkan sikap pragmatis. Namun ternyata hitung-hitungan partai koalisi yang mayoritas mendukung Foke tak mampu memenangkan incubent yang berpasangan dengan Nachrowi Ramli itu.
Yusuf mencontohkan sikap rendah hati Jokowi yang memang mampu menarik simpati pemilih di DKI. Sikap santun Jokowi, kata Yusuf, ditunjukkan tak hanya semasa kampanye tetapi juga pascapemilihan yang diketahui hasilnya.
“Sikap sportif Jokowi, meminta maaf kepada Foke jika ada kesalahan selama kampanye, dan juga menghormati Foke sebagai seniornya adalah wujud keteladanan dan kerendahan hati Jokowi yang membuat kian simpatinya rakyat. Jokowi-Ahok tinggal merealisasikan janji-janji kepedulian dan pengayoman terhadap rakyat terutama yang terzalimi akibat sistem kapitalisme,” tegasnya.Sebab menurut Yusuf, kemenangan Jokowi juga karena dukungan rakyat jelata. Pria berjenggot putih itu pun mengutip sabda Nabi Muhammad tentang kekuatan doa kaum yang dhuafa. “Sesungguhnya kemenangan kalian karena dukungan yang lemah-lemah atas doa dan keikhlasan mereka,” pungkasnya. (dyn/wan/bbs/jpnn)
Janji Kerja Speed Tinggi
Joko Widodo (Jokowi) menjanjikan banyak terobosan saat kampanye. Apa prioritas yang akan dikerjakannya setelah resmi menjadi gubernur DKI Jakarta? Berikut petikan wawancara Jokowi dengan Jawa Pos
(grup Sumut Pos).
Selamat atas kemenangan Anda.
Terima kasih. Tapi, ini kemenangan seluruh warga Jakarta.
Saat ditelepon Fauzi Bowo, Anda meminta kesediaan Fauzi Bowo untuk membantu, persisnya bantuan apa dan bagaimana respons Fauzi Bowo?
Oh iya, pertama saya minta maaf kepada beliau. Mungkin ada sindiran, gesekan waktu debat, ada hal-hal lain yang kurang berkenan. Pak Fauzi Bowo bilang, o nggak apa-apa Mas Jokowi, biasa itu. Terus, saya juga bilang, Pak Fauzi Bowo, saya mohon nanti dibantu informasi yang belum saya ketahui mengenai Jakarta, mengenai lapangan. Beliau menjawab, oh iya saya bantu, setiap saat saya siap.
Setelah dilantik nanti, apa prioritas dalam beberapa bulan ke depan?
Kartu Jakarta Pintar dan Kartu Jakarta Sehat harus segera terdistribusi ke seluruh masyarakat Jakarta dalam waktu tiga bulan. Semua rencana yang ada itu, sudahlah, jangan sekadar tertulis. Blueprint harus segera dieksekusi. Kapan selesainya, itu yang kita atur tahapannya. Setiap tahun ada progres atau perkembangan riil yang bisa dilihat.
Terkait penanganan banjir, Anda berjanji meneruskan program Banjir Kanal Timur, pembangunan tanggul banjir, dan polder penampung air hujan di tiap kecamatan serta mengintegrasikan saluran drainase dengan kanal banjir. Saat ini mulai masuk musim hujan, langkah apa yang akan Anda ambil?
Kita harus cepet-cepetan mengeruk kali-kali kecil dan drainase, asal tidak didahului oleh banjirnya. Kesempatan mengeruk kali-kali kecil dan drainase itu memang sebelum banjir.
Biar segera bekerja, tentu Anda berharap tidak ada gugatan hasil pilkada ke Mahkamah Konstitusi?
Ha-ha. Saya memang ingin bekerja dengan speed yang tinggi.
Anda juga berjanji tidak memakai voorijder. Sudah siap merasakan parahnya kemacetan Jakarta?
Kita harus merasakan apa yang dirasakan rakyat. Saya selama tujuh tahun (menjadi wali kota Solo) nggak pernah pakai voorijder. Paling hanya pas jemput menteri. Biar tidak telat, ya diatur jamnya. Kalau perjalanan diperkirakan 2 jam, kita berangkat 2,5 jam sebelumnya. Di mobil juga bisa sambil telepon kepala dinas. Kalau ikut merasakan macet dan kejengkelannya, kita akan terdorong untuk melakukan perubahan. Kalau lancar-lancar saja karena pakai voorijder, ya nggak bisa merasakan itu.
Masih terkait kemacetan, Anda akan menambah 1.000 unit bus Transjakarta dan merintis subway. Bahkan, Anda juga berencana mengubah busway menjadi railbus. Apa tidak sekalian railbus saja?
Kalau sudah ada railbus, busway digeser ke pinggiran Jakarta. Memang masih kurang. Nanti dihitung, kehadiran railbus mengurangi busway berapa. Itu gampang. Yang jelas, moda transportasi umum tetap, master plan tetap, blueprint juga tetap. Penyebarannya saja yang diganti. Kalau jalur padat diganti dengan railbus, selesai masalah.
Anda optimistis itu bisa mengubah pola berkendara masyarakat Jakarta agar mengoptimalkan moda transportasi umum daripada kendaraan pribadi?
Singapura butuh 11 tahun. Kalau Jokowi, lebih cepat daripada itu.
Salah satu agenda besar Anda yang lain adalah membenahi birokrasi agar bersih dan profesional. Apa akan ada perombakan besar-besaran?
Kita ingin merombak sistemnya, bukan birokrasi (strukturnya). Birokrasinya itu sudah paten. Merombak sistem itu cepat.
Termasuk berkantor hanya satu jam di balai kota serta sisanya berkantor di kelurahan dan keliling kampung?
Ya, itu akan saya buktikan. Mungkin saya akan meminjam istilah pemimpin outdoor.
Kapan Bapak akan menyita pentungan polisi pamong praja?
Secepatnya. Kami ingin membangun dengan jalan yang lebih manusiawi. Mengintervensi dengan pendekatan kelompok dan individu agar terjadi penyadaran kolektif. Kalau ada masyarakat yang tidak benar, dilakukan penyadaran kolektif. Bukan represif, bukan dengan pentungan.
Terus, pentungannya diapakan?
Dikumpulin, terus dijual. Ha-ha. Ya dikumpulin dan digudangkan.
Soal permukiman, Anda berjanji membangun kampung susun dan kampung deret untuk merevitalisasi permukiman padat penduduk dan di bantaran sungai tanpa penggusuran. Kapan itu dilaksanakan?
Pokoknya, yang paralel yang bisa saya putuskan langsung saya putuskan. Saya ingin memberi contoh. Apalagi, perencanaannya sudah lama. Sudah ada di bappeda. Saya juga dapat (konsepnya) dari sana kok. Hanya model dan gambarnya, itu kan masalah teknis. Tapi, perencanaannya sudah ada semua, tinggal dijalankan. Mau cari perencanaan apa” Konsep monorel bukan cuma satu, mungkin puluhan. Mau model mana” Maket banjir sudah puluhan. Tinggal eksekusi.
Anda akan membangun mal untuk PKL. Tapi, pada masa pemerintahan Anda, apa Anda juga akan memberikan izin pembangunan mal non PKL?
Disebut mal biar istilahnya keren saja. Intinya, PKL dikumpulin, dibuatkan tempat agar punya ruang mengais rezeki. Soal izin pembangunan mal baru, selama itu sudah cukup, ya tidak. Katanya Jakarta sudah kebanyakan mal. Ini soal demand dan supply. Saya ingin mengarahkan masyarakat agar tidak konsumtif, tapi berusaha produktif.
Apa jaminan Anda tidak akan maju Pilpres 2014 atau menerima tawaran menteri?
Pekerjaan di DKI dan problemnya besar sekali. Tidak usah bayangin yang aneh-aneh lah.
Saat pilgub putaran kedua, Anda dikeroyok banyak partai. Tidak khawatir nanti dipersulit DPRD DKI Jakarta?
Semuanya akan dirangkul. Mulai masyarakat, ormas, komunitas, sampai elemen partai politik. Ini masalah komunikasi politik yang akan kami lakukan sehingga semua dalam posisi kebersamaan membangun Jakarta. Tidak ada yang merasa ditinggal. (pri/c11/ca/jpnn)
SBY: Selamat Bertugas Jokowi…
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sudah menelepon Fauzi Bowo dan Joko Widodo terkait hasil hitung cepat Pemilihan Umum Kepala Daerah DKI Jakarta.
Kamis tengah malam, Presiden SBY menelepon Joko Widodo dan mengucapkan selamat kepada Joko Widodo atas kemenangannya berdasarkan hasil hitung cepat. Presiden berharap Joko Widodo menjalankan tugas dengan baik sebagai Gubernur DKI Jakarta 2012-2017
Julian Aldrin Pasha, Juru Bicara Kepresidenan, menjelaskan, Presiden pada Kamis malam menelepon Fauzi Bowo dan meminta Fauzi bisa menerima kemenangan sementara Joko Widodo berdasarkan hitung cepat. “Presiden mengucapkan terima kasih atas kerja keras Fauzi Bowo selama menjabat Gubernur DKI Jakarta 2007-2012,” demikian kata Julian.
“Kamis tengah malam, Presiden menelepon Joko Widodo dan mengucapkan selamat atas kemenangannya berdasarkan hasil hitung cepat. Presiden berharap Joko Widodo menjalankan tugas dengan baik sebagai Gubernur DKI Jakarta 2012-2017,” jelas Julian.
“Bagi Presiden, ini tradisi politik yang baik di mana yang kalah bisa menerima dan mendukung yang menang,” ungkapnya.
Terkait kondisi keamanan Ibu Kota, Presiden sudah menginstruksikan jajaran keamanan di Ibu Kota untuk menjaga stabilitas keamanan terutama terkait kepergiannya pada Sabtu siang untuk berpidato di markas PBB, New York, Amerika Serikat.
Selain Presiden juga mengapresiasi terjaganya situasi dan antusiasme warga Jakarta dalam pilgub putaran kedua 20 September.
“Kedua pasangan juga tampak bekerja sama untuk memelihara sportivitas,” tambah Staf Khusus Presiden Bidang Komunikasi Politik Daniel Sparringa. Saat hari pemungutan suara, SBY memantau dari kediaman pribadinya di Puri Cikeas, Bogor.
Seperti diberitakan sebelumnya, persoalan keamanan Jakarta menjadi perhatian SBY. Bahkan, masalah itu sempat di bawa ke meja sidang kabinet paripurna 18 September 2012. Sehari kemudian, SBY kembali memanggil sejumlah menteri terkait untuk menerima update mengenai antisipasi gangguan keamanan paska hari pemungutan suara di pilgub DKI Jakarta.
Sebab pernah terjadi ekses, berupa aksi kekerasan dan pengrusakan setelah pelaksanaan pilkada. SBY juga meminta komitmen dan tanggung jawab calon gubernur untuk menjaga keamanan Jakarta yang menjadi barometer keamanan negara.
Warga Jakarta, lanjut Daniel, sudah memberikan suaranya dan hasilnya wajib dihormati. “Presiden menyatakan bahwa apa yang kita lihat hingga hari ini mencerminkan demokrasi Indonesia yang makin tumbuh,dan matang,” terang Daniel.
Meski begitu, dia meminta untuk menunggu hasil resmi yang akan diumumkan KPUD. Presiden mengharapkan, proses tersebut bisa berjalan lancar, tertib, transparan, dan akuntabel. “Presiden juga memberi sokongan moral agar KPUD dan Bawaslu dapat menuntaskan proses ini dengan sebaik baiknya,” kata Daniel.
Sementara itu, Menko Polhukam Djoko Suyanto mengatakan, proses pilkada di ibukota negara itu bisa menjadi contoh bagi proses serupa di daerah lain. Yakni partisipasi masyarakat dan kedewasaan demokrasi sehingga sejak proses kampanye, pencoblosan, dan paska penghitungan cepat dapat tercipta suasana aman dan tertib. “Ini bisa menjadi contoh bagi proses serupa di tanah air,” kata Djoko. (fal/jpnn)