26 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Tabrak Burung, Pesawat Jatuh

19 Penumpang Tewas

KATHMANDU- Pesawat Dornier 228 yang dioperasikan Sita Air itu baru beberapa menit lepas landas dari Bandara Internasional Tribhuvan, Kathmandu, Nepal, kemarin ketika petugas di air traffic control bandara menangkap manuver tak lazim pesawat yang dinaiki 19 orang tersebut. Benar saja, pilot mengatakan bahwa burung besi yang dikendalikannya itu baru saja menabrak burung nasar.

PUING: Petugas pemadam menjinakkan api  puing-puing pesawat Sita Air Dornier  jatuh  Manohara, Kathmandu.//AFP PHOTO
PUING: Petugas pemadam menjinakkan api di puing-puing pesawat Sita Air Dornier yang jatuh di Manohara, Kathmandu.//AFP PHOTO

Tabrakan itu rupanya mengakibatkan mesin di bagian depan pesawat macet dan memercikkan api. Api tersebut juga mengakibatkan mesin cadangan tak berfungsi. Petugas, seperti ditirukan General Manager Bandara Tribhuvan Ratish Chandra Lal Suman kepada BBC, lantas meminta pilot melakukan pendaratan darurat.

Sembari memutar arah untuk balik ke ibu kota Nepal itu, pilot memilih mendaratkan pesawat di Sungai Monahara, di pinggiran Kathmandu, dengan harapan bisa memadamkan api. Tapi, pesawat yang sudah sulit dikontrol itu malah nyungsep di lapangan sepak bola di pinggir sungai dan hancur. Ke-19 orang yang ada di dalamnya pun tewas seketika.

Tujuh di antara 19 korban jiwa itu merupakan turis dari Inggris yang hendak mendaki puncak Everest. Lima korban lain adalah warga Tiongkok dan tujuh sisanya berasal dari Nepal. Tiga di antara tujuh korban dari Nepal tersebut merupakan pilot dan kru pesawat, seorang polisi, dan dua pejabat penerbangan setempat.

Seperti dilaporkan BBC, pesawat itu menuju Lukla, wilayah transit sebelum mendaki Everest. Musim pendakian ke puncak tertinggi di dunia itu memang baru saja dibuka dan ribuan pendaki, terutama dari Barat, membanjiri Nepal.

“Pilot sepertinya berusaha melakukan pendaratan darurat di tepi sungai, tapi sayangnya pesawat sudah lebih dulu terbakar,” kata Binod Singh, juru bicara kepolisian setempat, kepada AFP.

Bhagwan Bhandari, polisi yang menjadi salah seorang petugas penyelamat yang paling duluan datang ke lokasi kejadian, menggambarkan suasana yang “mengerikan”. “Api membubung dari pesawat sampai ketinggian hampir 20 meter,” terang dia.

Sejumlah penduduk yang tinggal di dekat lokasi kejadian menyatakan mendengar teriakan para penumpang yang juga melambaikan tangan di dekat jendela untuk meminta pertolongan saat pesawat hampir nyungsep. “Warga tidak berani langsung menyiramkan air untuk memadamkan api karena khawatir pesawat itu bakal meledak. Kami memilih menunggu petugas pemadam datang sekitar sepuluh menit setelah pesawat jatuh. Api padam sekitar 40 menit kemudian,” ujar Tulasa Pokhrel, salah seorang warga, kepada Daily Telegraph.

Insiden kemarin semakin memperpanjang daftar kecelakaan pesawat di Nepal. Empat bulan lalu 15 orang juga tewas saat pesawat Agni Air yang mengangkut para peziarah Hindu dari India jatuh di bagian utara negeri itu.

September tahun lalu sebuah pesawat juga jatuh di daerah perbukitan dekat Kathmandu sehingga menewaskan 19 orang. Total sejak pesawat pertama mendarat di Nepal pada 1949, sudah terjadi 70 kecelakaan yang melibatkan pesawat dan helikopter dengan berbagai sebab. Total korban jiwa mencapai 650 orang.

Pendaki senior Inggris yang sudah berulang-ulang ke Everest, Alan Hinkes, mengatakan, jalur penerbangan ke Lukla memang berbahaya. Termasuk saat mendarat di Bandara Lukla.

“Di ujung runway Bandara Lukla itu gunung. Sering pesawat gagal melakukan pengereman hingga akhirnya menabrak gunung,” tutur Hinkes kepada BBC. (c11/ttg/jpnn)

19 Penumpang Tewas

KATHMANDU- Pesawat Dornier 228 yang dioperasikan Sita Air itu baru beberapa menit lepas landas dari Bandara Internasional Tribhuvan, Kathmandu, Nepal, kemarin ketika petugas di air traffic control bandara menangkap manuver tak lazim pesawat yang dinaiki 19 orang tersebut. Benar saja, pilot mengatakan bahwa burung besi yang dikendalikannya itu baru saja menabrak burung nasar.

PUING: Petugas pemadam menjinakkan api  puing-puing pesawat Sita Air Dornier  jatuh  Manohara, Kathmandu.//AFP PHOTO
PUING: Petugas pemadam menjinakkan api di puing-puing pesawat Sita Air Dornier yang jatuh di Manohara, Kathmandu.//AFP PHOTO

Tabrakan itu rupanya mengakibatkan mesin di bagian depan pesawat macet dan memercikkan api. Api tersebut juga mengakibatkan mesin cadangan tak berfungsi. Petugas, seperti ditirukan General Manager Bandara Tribhuvan Ratish Chandra Lal Suman kepada BBC, lantas meminta pilot melakukan pendaratan darurat.

Sembari memutar arah untuk balik ke ibu kota Nepal itu, pilot memilih mendaratkan pesawat di Sungai Monahara, di pinggiran Kathmandu, dengan harapan bisa memadamkan api. Tapi, pesawat yang sudah sulit dikontrol itu malah nyungsep di lapangan sepak bola di pinggir sungai dan hancur. Ke-19 orang yang ada di dalamnya pun tewas seketika.

Tujuh di antara 19 korban jiwa itu merupakan turis dari Inggris yang hendak mendaki puncak Everest. Lima korban lain adalah warga Tiongkok dan tujuh sisanya berasal dari Nepal. Tiga di antara tujuh korban dari Nepal tersebut merupakan pilot dan kru pesawat, seorang polisi, dan dua pejabat penerbangan setempat.

Seperti dilaporkan BBC, pesawat itu menuju Lukla, wilayah transit sebelum mendaki Everest. Musim pendakian ke puncak tertinggi di dunia itu memang baru saja dibuka dan ribuan pendaki, terutama dari Barat, membanjiri Nepal.

“Pilot sepertinya berusaha melakukan pendaratan darurat di tepi sungai, tapi sayangnya pesawat sudah lebih dulu terbakar,” kata Binod Singh, juru bicara kepolisian setempat, kepada AFP.

Bhagwan Bhandari, polisi yang menjadi salah seorang petugas penyelamat yang paling duluan datang ke lokasi kejadian, menggambarkan suasana yang “mengerikan”. “Api membubung dari pesawat sampai ketinggian hampir 20 meter,” terang dia.

Sejumlah penduduk yang tinggal di dekat lokasi kejadian menyatakan mendengar teriakan para penumpang yang juga melambaikan tangan di dekat jendela untuk meminta pertolongan saat pesawat hampir nyungsep. “Warga tidak berani langsung menyiramkan air untuk memadamkan api karena khawatir pesawat itu bakal meledak. Kami memilih menunggu petugas pemadam datang sekitar sepuluh menit setelah pesawat jatuh. Api padam sekitar 40 menit kemudian,” ujar Tulasa Pokhrel, salah seorang warga, kepada Daily Telegraph.

Insiden kemarin semakin memperpanjang daftar kecelakaan pesawat di Nepal. Empat bulan lalu 15 orang juga tewas saat pesawat Agni Air yang mengangkut para peziarah Hindu dari India jatuh di bagian utara negeri itu.

September tahun lalu sebuah pesawat juga jatuh di daerah perbukitan dekat Kathmandu sehingga menewaskan 19 orang. Total sejak pesawat pertama mendarat di Nepal pada 1949, sudah terjadi 70 kecelakaan yang melibatkan pesawat dan helikopter dengan berbagai sebab. Total korban jiwa mencapai 650 orang.

Pendaki senior Inggris yang sudah berulang-ulang ke Everest, Alan Hinkes, mengatakan, jalur penerbangan ke Lukla memang berbahaya. Termasuk saat mendarat di Bandara Lukla.

“Di ujung runway Bandara Lukla itu gunung. Sering pesawat gagal melakukan pengereman hingga akhirnya menabrak gunung,” tutur Hinkes kepada BBC. (c11/ttg/jpnn)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/